GELOTOPHOBIA : 021

779 105 13
                                    

Aku memilih mundur, bukan karena aku lelah mencintaimu, tapi karena aku mencoba kuat melihatmu bahagia dengan yang lain.

-Elmira Ardilla

***

ISHITA duduk sendiri di taman belakang sekolah sesekali gadis itu mengusap air matanya yang jatuh tanpa bisa dibendung. Inilah sosok asli Ishita lebih lemah dari Elmira, tapi siapa yang peduli pada gadis itu, ketika semua menganggapnya si antagonis.

Suara isakan tangis Ishita kembali terdengar, membuat Alfi yang sedang berjalan setelah dari toilet bergidik ngeri, bulu kuduknya mulai berdiri, hawa dingin mulai menjalar ke tubuhnya.

Alfi menoleh ke arah taman, ternyata ada seseorang di sana, yang pasti itu adalah sosok manusia karena kakinya menapak di tanah, dengan santai Alfi berjalan menuju Ishita.

"Ta," panggil Alfi.

Ishita menghapus cepat air matanya lalu menoleh ke Alfi.
"Ngapain lo ...."

"Kamu nangis, Ta? Kenapa?" tanya Alfi sebelum Ishita menyelesaikan ucapannya.

Ishita membuang muka, tidak ingin Alfi melihat wajahnya yang mulai membengkak.

"Kalau mau nangis, nangis aja Ta. Aku siap dengerin curhatan kamu," ujar Alfi.

Ishita memeluk Alfi, menangis di pelukan Alfi, lelaki itu tidak masalah jika bajunya basah oleh air mata Ishita, malah ia bersyukur jika Ishita mau menyampaikan segala unek-unek yang ada di kepala.

"Gue ... gue iri sama Elmira, kenapa Mama gue lebih sayang Elmira daripada gue? Padahal gue anak kandung Mama. Apa salah gue Fi? Kenapa gue dibedakan?"

Alfi dengan telaten mengusap punggung Ishita.

"Mama beranggapan kalau gue anak pembangkang, anak nakal, tidak tau aturan, tapi gue seperti itu karena ingin diperhatikan, ingin dianggap ada oleh Mama."

"Gue benci sama Elmira bukan tanpa alasan, tapi karena perlakuan Mama ke Elmira dan ke gue itu beda. Apa aku salah Fi menginginkan perhatian Mama Sebelum Mama dan Papa pisah, gue selalu dimanja oleh Papa, gue masih merasakan kasih sayang dari orang tua. Tapi setelah mereka pisah, gue kehilangan cinta dari mereka, dan penyebab mereka pisah karena Elmira. Gue harus apa, Fi?" lanjut Ishita.

Alfi menghapus air mata di wajah kekasihnya.
"Aku tahu kamu perempuan baik, Ta. Berdamailah dengan Elmira, dan kamu pasti merasakan lagi cinta dari keluarga kamu. Percayalah," nasehat Alfi.

Ishita tersenyum, lalu mengangguk.

"Mau makan siang bareng?" ajak Alfi.

"Tapi kamu yang bayar 'kan?" tanya Ishita.

Alfi tersenyum. "Tentu saja."

***

"Om Kevin," pekik Elmira begitu masuk ke dalam rumahnya dan melihat Kevin yang sedang terduduk di kursi sambil menonton tv.

"Hai Elmira." Kevin menyambut kedatangan Elmira.

Lelaki itu merentangkan tangannya, seolah meminta agar Elmira memeluknya, tanpa pikir panjang Elmira langsung merengkuh tubuh Kevin yang hangat, Kevin membelai rambut Elmira pelan.

"Kau meindukanku?" tanya Kevin dan hanya dijawab anggukan oleh Elmira.

Kevin mendekap Elmira erat, Kevin sangat tahu jika Elmira butuh kasih sayang seorang ayah, tapi tidak ia dapatkan dari Martin, bahkan Martin sangat membenci Elmira. Kevin dengan sepenuh hati ingin membahagiakan Elmira.

Elmira melepaskan pelukannya, setelah menurutnya sudah cukup ia melepas kerinduan kepada Kevin.

"Bagaimana dengan sekolahmu?" tanya Kevin basa-basi.

Elmira menghela napas, melemparkan tasnya di meja lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa.
"Sekolah biasa-biasa saja Om, tidak ada yang spesial," ujar Elmira.

"Ah begitu," Kevin mengangguk, "kalau teman spesial sudah ada dong?"

"Ish, teman spesial apa sih Om? Elmira masih kecil tau! Belum ada perasaan apapun ke lawan jenis," sanggah Elmira.

Kevin duduk di sebelah Elmira.
"Kalau Gio? Itu teman spesial apa bukan?"

Elmira melotot tidak percaya, bagaimana mungkin Kevin tahu nama Gio, Kevin dan Elmira tidak pernah bertemu selama lima tahun, dan Gio baru Elmira kenal tiga tahun lalu, jadi bagaimana mungkin Kevin tahu tentang Gio? Apa Kevin dan Gio memang saling mengenal? Otak Elmira berpikir keras.

"Gimana Elmira? Gio teman spesial kamu kan? Kamu suka kan sama dia? Hayo ngaku," goda Kevin membuat Elmira berdecak.

"Gio siapa? Elmira nggak kenal!" dusta Elmira.

"Yakin nggak kenal? Gio kan sering ke sini nganter kamu pulang, El?" Ranum ikut menggoda Elmira.

Ranum meletakkan dua gelas jus jeruk di atas meja, Elmira langsung meneguk habis jus jeruk buatan Ranum tanpa sisa.

"Jadi, bener kan kalau Gio itu teman spesial kamu?" Kevin semakin memojokkan Elmira.

"Ih, cuma sahabat doang kok!"

"Yakin cuma sama sahabat? Nggak ada rasa lebih gitu? Gini ya El, dua orang sahabat cewek sama cowok pasti salah satunya ada yang menyimpan rasa, kalau nggak cewek pasti cowoknya," ucap Kevin.

"Tapi Gio nggak suka Elmira!"

"Berarti kamu yang suka Gio," tebak Ranum membuat pipi Elmira memanas.

"Ih, Mama apaan sih! Sekarang Elmira tanya, Mama dan Om Kevin kan sahabatan udah lama, jadi diantara Mama sama Om Kevin siapa yang menyimpan rasa?" tanya Elmira to the point.

Kevin dan Ranum saling menatap lalu menunduk, membuat Elmira merasa menang.

"Ternyata mereka saling menyimpan rasa," batin Elmira sok tahu.

***

Lagi rajin update nih.

Vote dan Komentar terus ya, koreksi jika ada typo.

Terimakasih

Salam sayang.

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang