GELETOPHOBIA : 007

1K 134 13
                                    

Ditulis oleh: finicute488

.

.

Kamu tahu teori Lyttleton dalam tata surya? Teori Lyttleton itu seperti kamu ; datang, mendekatiku dan membuatku hancur seketika.
-Elmira Ardilla

***

Bel tanda istirahat berbunyi, Gio mengemasi buku-bukunya ke dalam tas, dilihat lagi gadis di sebelah yang sedari tadi sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Apa kesalahan Gio semalam sangat keterlaluan sampai Elmira tidak mau memaafkannya? Bahkan saat tugas kelompok, Elmira sama sekali tidak mau bergabung dengan kelompoknya, padahal biasanya Elmira selalu bersama dengan Gio. 

Gio mencoba mendekati Elmira, dan mengajak ke kantin.

"El, ke kantin yuk," ajak Gio.

Elmira menoleh sebentar lalu kembali menatap layar ponselnya."Males ah," jawab Elmira sekenanya.

"Gue traktir," kata Gio semangat. Biasanya Elmira suka yang gratisan.

Elmira menghentikan aktivitasnya sejenak."Serius?" tanya Elmira "Enggak ah, lo 'kan pelit." Kembali Elmira bermain dengan ponselnya.

"El, sebegitu marahnya ya lo sama gue?"

Elmira mengangguk.

"Gue bakal lakuin apa aja deh buat lo, tapi jangan nyuruh gue jauhin lo. Gue nggak sanggup."

Elmira mengerjapkan matanya beberapa kali. Jadi, bolehkah Elmira merasa bangga saat ini? Saat tahu Gio ternyata tidak bisa jauh dari dirinya.

"Ok, ok gue maafin. Tapi beliin gue pembalut dulu sana, gue lagi PMS nih,"

Gio melongo. Gio tidak mungkin melakukan itu, ketampanan Gio akan hilang 180 derajat jika ada yang tahu Gio membeli pembalut.

"Gue nggak mau! Malu," tolak Gio mentah-mentah.

"Lo mau gue kutuk?" tanya Elmira memastikan.

"Kutukan lo nggak mempan buat gue," ucap Gio yakin.

"Kutukan orang teraniaya itu manjur,"

Gio menghela napas."Ya udah, mana uangnya?"

"Pakai uang lo dulu,"

"Gue nggak ada uang."

Elmira berdecak pelan."Tadi sok-sokan mau traktir gue," sindir Elmira.

"Itu beda lagi, gue 'kan mau traktir lo makan, bukan traktir beliin lo pembalut." Bela Gio.

Dengan terpaksa, Elmira menyerahkan uang kertas berwarna hijau ke Gio. "Oh iya, ingat! Belinya pembalut malam, panjangnya 29 cm, dan yang ada sayapnya."

Gio menggaruk kepalanya. Mendadak gatal."Ada sayapnya? Memang rajawali?" lirih Gio sambil keluar dari kelas. 

*** 

Ishita memasuki area kantin dengan cepat, semua mata menatap kagum Ishita, bagaimana tidak? Diumurnya yang baru empat belas tahun tapi sudah duduk di kelas satu SMA, bukan hanya pintar tapi Ishita memiliki wajah yang cantik dengan tubuh ramping dengan rok pendek di atas lutut kebanggaannya.

Netha yang sedang meminum jus jambu menatap heran Ishita, ketika tiba-tiba duduk di depannya dengan wajah lesu.

"Ada apa?" tanya Netha penasaran.

"Gue bosan di sekolah. Bolos yuk,"

Dengan cepat Netha menggeleng cepat. Netha tidak mungkin membolos, karena tanpa membolos pun nilainya sudah hancur bagaimana jika ditambah dengan membolos? Bisa hilang semua nilainya.

Ishita mendengus. Meletakan kepalanya di meja.
"Lo tahu Kakak kelas yang kemarin ngajak gue jalan 'kan? Nah, dia tadi nyamperin gue ke kelas, padahal gue udah tolak."

Netha mengingat kembali wajah kakak kelas yang menurutnya tampan itu. Kalau dia jadi Ishita, mungkin dia akan langsung menerima ajakan itu. Meskipun, pada kenyataannya 'dia mah apa atuh, cuma cabai di sayur. Kalau nggak disingkiri ya dibuang'.

"Terima saja ajakan dia, Ta."

Ishita melototkan matanya. Menggeleng. Tidak setuju. Ishita memang nakal, tapi dia bukan gadis yang mau dengan mudahnya menerima ajakan lelaki untuk berkencan.

"Iya, iya, jangan melotot gitu. Gue takut."

Ishita melihat jus jambu milik Netha yang tinggal sedikit, tanpa ragu langsung meminumnya. Karena bagi Ishita, berjalan dari kelas sampai kantin itu membuatnya sangat lelah, padahal tidak sampai seratus meter.

"Ta, itu kakak lo 'kan?" tanya Netha menunjuk gadis dengan rambut diikat bersama dengan lelaki yang ia yakin bernama Gio.

"Dia bukan kakak gue, dia cuma anak pungut."

Netha tidak melanjutkan pertanyaannya. Karena mendengar perubahan suara Ishita, Netha lalu menoleh ke Ishita yang sedang meminum jus miliknya."Ta, ini minuman punya gue, pokoknya lo harus ganti rugi!" kesal Netha. Ketika minumannya ludes oleh Ishita.

"Gue cuma minum sedikit doang," protes Ishita.

"Gue nggak peduli mau sedikit apa banyak, lo harus bayar! Harganya dua ribu lima ratus rupiah." Netha menodongkan tangannya.

Ishita mengambil lima koin uang nominal lima ratus rupiah di saku, lalu menyerahkan ke Netha.

"Lo habis ngambil di celengan?" cibir Netha.

"Mau nggak? Kalau nggak mau, sini balikin."

"Iya gue ikhlas, lumayan buat ngerokin babeh di rumah." senyum Netha mengembang. 

***

Pak Edi datang ke kelas dengan tergesa-gesa karena hari ini ulangan dadakan.

"Semua buku biologi dikumpulkan di depan, tidak ada satu pun peralatan tulis di atas meja kecuali bolpoin," ucap Pak Edi rutin setiap akan ulangan, Elmira sampai hafal.

"Hanya ada soal lima esai, dan waktu yang saya berikan satu setengah jam, saya harap kalian bisa menyelesaikannya dengan baik," tambah Pak Edi.

Pak Edi lalu membagikan lembar soal kepada masing-masing siswa, "jangan ada yang membuka soal sebelum saya suruh!" katanya lagi.

Setelah menurut pak Edi semua siswa sudah mendapatkan soal, ia kembali berucap, "ok, waktunya dimulai dari sekarang. Selamat mengerjakan!"

Elmira membuka soal yang sedari tadi membuatnya penasaran. Elmira mulai mengerjakan soal yang menurutnya mudah dulu, baru kali ini Elmira merasa tidak yakin dengan jawaban yang ia tulis, tapi ia tetap mencoba untuk tenang dan fokus.

Elmira dengan serius mengerjakan soal-soal itu, sampai tiba-tiba ponselnya bergetar. Elmira coba mengabaikan, tapi ponselnya terus bergetar. Elmira kesal setengah mati lalu dengan perlahan ia membuka ponselnya dan tertera nama mama.

Ada apa mama meneleponnya? Apakah ada yang penting?

Tidak beberapa lama ada notifikasi pesan muncul dari ponselnya, Elmira merasa tubuhnya mendadak kaku saat Pak Edi merampas paksa ponselnya.

"Apa yang sedang kau lakukan Elmira? Untuk sementara ponselmu bapak sita!"

"Tapi Pak, saya ...," Elmira mencoba mencari alasan tapi nihil, ia tidak menemukan alasan apa pun.

"Tidak ada alasan apa pun Elmira!" tegas pak Edi.

Semua mata menatap Elmira tampak tidak percaya, sementara Elmira hanya menunduk malu. Seperti maling tertangkap basah mencuri pakaian dalam.

Gio menoleh. Berdehem pelan sampai Elmira menatapnya. Ketika Elmira menoleh ke arahnya, Gio langsung mengangkat alis seolah menanyakan, 'ada apa?' dan hanya dijawab dengan mengangkat bahu oleh Elmira.

Napas Elmira kini sesak, dan tubuhnya mulai gemetar, apa yang harus ia lakukan sekarang? Apa ia bisa bersembunyi kali ini? Elmira ingin menangis.

Gadis itu sebenarnya merasakan tubuhnya kaku bukan karena Pak Edi merampas ponselnya, tapi karena pesan dari sang mama. Hanya dua kata yang Ranum kirim, namun mampu membuat jantung Elmira berhenti sejenak lalu berdetak lebih kencang dari biasanya.

Mama: Dia kembali. 

***

GELOTOPHOBIA update.


Siapa tuh yang kembali? Terus vote dan komentar. 
Karena itu membuat si penulis amatir ini merasa semangat kembali :)

Salam dari Istrinya Mario Maurer.

Fini :)

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang