GELOTOPHOBIA : 011

894 120 17
                                    

Sebuah keinginan terbesarku adalah; aku ingin berdamai dengan masa lalu.

Elmira Ardilla

***

GADIS kecil itu bertepuk tangan setelah meniup lilin ulangtahun berangka 9 di atas kue tart yang baru saja diberikan oleh orangtuanya.

Ishita memotong kue tart-nya dibantu oleh sang mama, lalu ia letakkan ke piring kecil.

"Kue pertama, buat orang yang paling kamu sayang," ucap Ranum mengelus puncak kepala Ishita.

Ishita dengan senyum manis langsung berlari kencang ke kamar seseorang di lantai dua. Kaki mungilnya lincah menaiki tangga, Ranum yang melihat hanya menggelengkan kepalanya.

"Kakak, ini kue buat kakak." Ishita menyerahkan kue yang ia pegang untuk gadis 12 tahun yang sedang serius belajar.

Elmira menoleh, lalu tersenyum ramah. "Terimakasih, Ishita." Elmira berucap tulus.

"Sama-sama, kakak."

Ishita masih diam di tempat, dengan senyuman yang belum luntur dari bibirnya. Tangan Ishita terulur meminta sesuatu dari kakaknya.

"Apa Ishita?" Elmira tersenyum, pura-pura tidak paham dengan kode yang diberikan adiknya.

"Hadiah, kakak."

Elmira mengecup kedua pipi gembul Ishita, "Itu kado dari kakak,"

Ishita menangis keras, membuat Elmira terkekeh pelan. Lali dengan perlahan Elmira mengambil sebuah kotak hijau berukuran sedang dari dalam laci meja belajarnya, kemudian ia serahkan kepada Ishita.

"Buatku?" tanya Ishita sambil mengusap air matanya dengan telapanmk tangan.

Elmira tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Terimakasih, Kak."

Ishita membuka kotak hijau itu, di dalamnya ada sebuah topi rajut yang Elmira rajut sendiri. Dengan cepat Ishita meletakkan topi rajutnya di atas kepala.

"Apa aku terlihat cantik?" tanya Ishita.

"Sangat cantik," puji Elmira.

Ishita melangkahkan kaki keluar dari kamar Elmira lalu kembali ke ruang keluarga, di mana orangtuanya berada.

"Sampai kapan kau mau mengurus anak itu?!" bentak Martin kepada Ranum.

Ishita menghentikan langkahnya ketika hendak membuka pintu. Gadis berumur 9 tahun itu merosotkan tubuhnya di lantai, menggenggam erat topi rajutan dari Elmira.

"Elmira tidak salah apa-apa, kenapa kau membencinya, Martin?"

"Tidak salah apa-apa! Kau tahu, jika dia hidup saja, sudah menjadi kesalahan bagiku," tegas Martin.

Ishita kecil mulai mengintip dari sela pintu, mencoba melihat apa yang sebenarnya terjadi kepada kedua orangtuanya. Kenapa mereka bertengkar karena Elmira.

Ranum sungguh kecewa dengan ucapan suaminya itu. "Jaga ucapanmu, Martin!" bentak Ranum.

"Kau berani membentakku? Aku suamimu! Tidak berhak kau membentak!"

"Untuk apa aku berbicara halus kepada Suami yang tidak menyayangi anaknya," sarkas Ranum.

Martin langsung menghampiri Ranum dengan wajah merah menahan amarahnya. Ranum sudah biasa melihat Martin marah, bahkan dia sering melakukan adegan kekerasan pada Ranum. Hanya saja Ranum selalu diam, dan tidak pernah menceritakan kepada siapapun termasuk ke putrinya.

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang