Balas dendam tidak akan membuat luka hatimu membaik, namun hatimu akan semakin terluka.
-Elmira Ardilla
***
GIO sejak dari tadi hanya duduk termenung di area pos satpam, sebelah gerbang sekolah. Kakinya terus bergoyang tidak mau diam, sementara mata Gio dengan teliti menatap satu per satu siswa yang masuk ke sekolah.
Lelaki itu memang sedang menunggu kedatangan Elmira, sahabatnya. Gio ingin meminta maaf karena ucapannya semalam mungkin menyakiti hati Elmira.
Mata Gio menatap ke pergelangan tangannya, pukul 6.55 tepat lima menit sebelum bel masuk. Biasanya Elmira sudah datang, tapi kenapa gadis itu belum muncul juga.
Dengan berat hati Gio pergi dari pos satpam lalu melangkah menuju kelas. Siapa tahu, Elmira memang sudah berada di kelas.
Sesampainya di kelas, Gio langsung duduk di kursinya. Ia tidak melihat Elmira, tapi tas gadis itu sudah berada di atas meja. Itu berarti Elmira sudah datang.
Tidak berapa lama kemudian gadis yang Gio datang, berjalan pelan lalu duduk di sebelah Gio. Mata Elmira menatap Gio lekat-lekat, mengangkat alis kanannya.
"Ada apa?" tanya Elmira cepat.
Gio menggenggam tangan Elmira pelan. "Gue mau minta maaf soal chat gue yang mungkin nyakitin hati lo, El. Tapi sumpah demi apapun, gue nggak bermaksud nyakitin lo. Gue sayang sama lo jadi gue nggak mungkin gue dengan sengaja bikin lo terluka."
"Lo sayang gue?" tanya Elmira.
Gio mengangguk. "Gue sayang banget sama lo, gue udah anggap lo lebih dari sahabat," jujur Gio.
Apa Elmira tidak salah dengar? Gio menganggapnya lebih dari seorang sahabat? "Lebih dari seorang sahabat? Maksudnya?"
Gio menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. "Ya lo lebih dari seorang sahabat. Lo udah gue anggap seperti saudara sendiri."
"Oh gitu."
Gio memandang wajah Elmira, "Kenapa Elmira terlihat sedih? Apa gue salah ngomong?" batin Gio.
"El!"
"Jangan ganggu gue, Yo. Gue lagi males ngomong," ucap Elmira agak ketus.
"Lo bukan males ngomong El, tapi lo emang nggak mau ngomong sama gue."
"Bukan gitu," sanggah Elmira, "gue emang lagi males ngomong."
"Baiklah."
***
Pukul delapan lebih tigapuluh menit, tidak ada siapapun di rumah kecuali dirinya. Anand belum kembali setelah mengantar Elmira dan Ishita. Ranum membuka pintu rumahnya, menatap punggung lelaki yang dari tadi mengetuk pintu.
Hanya dengan menatap punggung, Ranum tidak tahu siapa yang berada di hadapannya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Ranum ramah.
Lelaki itu membalikkan badan ke arah Ranum lalu tersenyum.
"Kevin, kamu kenapa?" tanya Ranum setelah melihat wajah Kevin, sahabatnya yang lama tidak bertemu penuh dengan luka.
"Jangan tanya apapun dulu, Ranum. Obatin aku ya," pinta Kevin dengan wajah memelas.
Ranum mengangguk, menyuruh Kevin duduk. Sementara wanita itu berlari kecil mengambil kotak P3k di laci sebelah televisi.
"Pelan-pelan ya."
"Iya," ucap Ranum datar.
"Aduh!"
"Lebay deh, aku baru buka kotak P3k-nya!" bentak Ranum.
"Galaknya," sindir Kevin.
Ranum mengibaskan tangannya, tidak peduli.
"Wajah kamu kenapa babak belur gini, Vin?" tanya Ranum.
"Tawuran," jawab Kevin sekenanya.
Ranum menatap Kevin, lalu menekan luka Kevin kuat-kuat.
"Aww sakit," rintih Kevin.
"Rasain! Siapa suruh bohong!"
Tentu saja Ranum tahu kalau Kevin bohong, mana mungkin laki-laki dewasa berumur tiga puluh lima tahun ikut tawuran seperti remaja SMA labil, pasti ada yang Kevin sembunyikan.
Ranum kembali mengobati luka Kevin, namun kali ini dengan lebih pelan. Ranum itu enggan membuat Kevin merasa sakit lagi.
"Kok bisa parah gini sih, Vin? Sebenarnya kamu kenapa?" tanya Ranum lagi.
Hening sesaat.
"Kevin, jawab dong!" Ranum mulai galak.
"Aku baik-baik aja," jawab Kevin santai.
"Bukan itu pertanyaannya, Vin. Aku tanya kamu kenapa? Bukan tanya keadaan kamu!"
Kevin menarik napas sejenak. "Dipukul Martin," jawab Kevin akhirnya.
Ranum melotot tidak percaya dengan ucapan Kevin.
"Kenapa bisa dipukul? Kamu nemuin Martin?"Kevin mengangguk.
"Untuk apa?" tanya Ranum tidak sabaran.
"Membalaskan dendam Elmira."
"Hentikan Kevin! Elmira tidak pernah menaruh dendam kepada Martin, lagipula itu sudah kejadian masa lalu. Lupakan dendammu itu!" perintah Ranum emosi.
"Aku tidak akan berhenti, sampai Martin dapat hukuman sesuai dengan yang dia lakukan kepada Elmira."
"Keras kepala!" Ranum mengemasi kotak P3K lalu meletakannya di meja.
"Bukan keras kepala, tapi punya tekat luar biasa," sanggah Kevin.
Ranum mendesah pelan.
"Ingat umur! Main fisik seperti ini bisa bikin kamu encok," ucap Ranum."Umur boleh tua, tapi jiwa tetap muda dong." Kevin tidak peduli dengan ucapan Ranum.
"Apa kau sangat menyayangi Elmira?" tanya Ranum serius.
Kevin mengangguk yakin.
"Lebih dari nyawaku sendiri."***
Silakan menebak-menebak alurnya. :)
Saya suka liat komentar kalian, bikin tambah semangat.
Terus vote dan komentar ya.
Salam sayang.
-Fini
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelotophobia
RomanceTertawa adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seseorang. Entah karena ada hal lucu atau karena sedang bahagia. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang takut dengan suara tawa? Elmira Ardilla seorang gadis berwajah cantik pengidap Gelotophobia, suat...