MATAHARI mulai menampakan wajahnya tinggi di langit membuat wanita berumur tiga puluh lima tahun itu meneguk air mineral dingin yang baru saja ia beli dari pedagang asongan ketika lampu merah menyala. Meski mobilnya ber'AC tapi tetap saja hawa panas menyelimuti tubuhnya.
Dilihat lagi foto anak perempuan di depannya sedang tertawa sambil menatap ke arah kamera. Foto itu diambil 7 tahun lalu, saat anaknya berumur 10 tahun. Ia merindukan tawa anaknya, jangankan untuk tertawa, untuk tersenyum saja anaknya tidak mampu lagi sekarang, sejak kejadian 5 tahun silam yang membuat anak pertamanya mengalami fobia.
Lampu hijau menyala, Ranum kembali menjalankan mobil untuk menjemput putrinya di sekolah. Sekarang putrinya telah menjelma menjadi gadis remaja, kemungkinan banyak laki-laki yang mengantri untuk menjadi kekasihnya.
Tapi apakah anak manisnya bisa bergaul sama seperti anak lainnya?
Atau anaknya akan menjadi bahan ejekan semua orang karena fobianya?Ranum menghela napasnya pelan. Sepertinya dia memang butuh seorang psikolog untuk mengobati anaknya. Apapun hasilnya, setidaknya ia sudah berusaha. Ranum khawatir jika nantinya akan mengalami hal buruk terlebih pada kondisi mental anaknya.
"Aaaaaa..." teriaknya keras. Saat mobil yang ia kendarai hampir saja menabrak pejalan kaki yang melintas.
Dengan cepat Ranum keluar dari mobil untuk memastikan orang yang hampir ia tabrak dalam kondisi baik-baik saja.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Ranum khawatir. Ia langsung menolong seorang pemuda di depannya.
"Saya tidak apa-apa, Bu." Jawab pemuda berumur duapuluh satu tahun itu.
Ranum membantu mengemasi kertas-kertas yang berserakan di aspal hitam.
"Kamu mau kemana? Biar Ibu antar." Ranum menawarkan."Saya sedang mencari kontrakan, Bu. Baru datang ke Jakarta."
Ranum mengangguk paham. Lalu tersenyum.
"Gini saja, Ibu antarkan kamu mencari kontrakan. Tapi Ibu harus menjemput anak Ibu dulu di sekolah. Bagaimana?"Laki-laki itu tampak berpikir keras, tidak lama ia mengangguk. Menurutnya itu lebih menghemat biaya pengeluaran daripada ia harus bolak-balik naik kendaraan umum dengan sisa uang yang ada.
Ranum tersenyum, lalu masuk ke mobil. Memasang sabuk pengaman dan menyetir mobilnya kembali.
"Nama kamu siapa, Nak?" tanya Ranum tanpa mengalihkan pandangannya. Masih fokus menatap kedepan.
"Anand Rayputra, panggil saja Anand, Bu."
Ranum tersenyum kembali. Entah untuk keberapa kali. Karena di depan anaknya ia tidak bisa tersenyum seperti ini.
Anand mengedarkan pandangan pada jendela disisi kirinya. Menatap kota jakarta terlihat gedung yang ternyata lebih tinggi daripada apa yang ia bayangkan selama ini.
"Itu foto siapa, Bu?" Anand menunjuk foto gadis cantik berumur 12 tahun yang sedang menggenggam sebuah piala, tersenyum manis. Sedangkan disebelahnya gadis menggunakan seragam putih abu-abu sedang menatap horor ke kamera.
"Yang membawa piala namanya Ishita dan di sebelahnya Elmira."
"Elmira sepertinya jutek yah, Bu. Dia sama sekali tidak tersenyum saat difoto."
Ranum menggeleng.
"Elmira sebenarnya sangat baik. Tapi kau jangan sampai tertawa di depannya."Anand menaikan sebelah alisnya.
"Kenapa?""Dia fobia mendengar gelak tawa orang disekitarnya."
Anand terpaku sejenak setelah mendengar ucapan Ranum. Memang ada fobia semacam itu? Demi apapun, sepertinya Anand baru dengar.
Sebenarnya Anand ingin tertawa, tapi melihat kondisi Ranum yang serius, ia berusaha untuk menjaga perasaan Ranum. Padahal, Anand adalah orang yang mudah sekali untuk tertawa meskipun tidak ada hal yang lucu sekalipun.
"Untuk itu, Ibu sedang mencari psikolog untuk membantu menyembuhkan Elmira. Berapapun biayanya, akan saya bayar." Lanjut Ranum.
Mendengar tentang bayaran, Anand langsung mengerjapkan matanya berulang kali. Dengan semangat ia langsung menatap Ranum.
"Saya seorang psikolog, Bu. Mungkin saya bisa bantu." Anand berkata seolah dia memang seorang psikiater. Padahal dia lulusan fakultas Ekonomi."Kebetulan sekali. Hari ini kamu mulai bekerja ya," ucap Ranum berbinar.
Cemas. Sekarang Anand mulai gelisah sendiri. Anand pucat. Bagaimana bisa dia jadi seorang psikolog?
****
"El ... " teriak Ranum saat melihat anaknya hampir menonjok salah satu siswa.
Elmira menatap Ranum, dengan cepat melepaskan kerah baju siswa laki-laki yang lebih tinggi darinya. Gadis itu membenarkan tasnya lalu menghampiri Ranum, mencium tangan Ranum sekilas lalu masuk kedalam mobil bagian belakang. Ia memang tidak suka duduk di depan karena takut jika ada orang yang tertawa di belakangnya.
Anand membalikan badannya menatap Elmira.
"Anand," Anand mengulurkan tangannya mengajak Elmira berkenalan. Namun, Elmira hanya diam tidak tersenyum sedikitpun."Elmira." Jawab Elmira sekenanya.
Ranum masuk ke mobil setelah meminta maaf kepada laki-laki yang hampir di hajar oleh anak perempuannya. Ia memandang anaknya dengan mata seolah menggambarkan amarah sementara Elmira terlihat biasa saja.
"Elmira, jangan ulangi lagi!" perintah Ranum. Elmira tampak cuek.
Ranum menyalakan mesin dan kembali menjalankan mobil putihnya. Tidak ada percakapan didalam mobil. Hanya terdengar lagu dari ponsel Elmira.
Elmira hampir saja tertidur, kemudian ia membuka mata masih penasaran siapa sosok tidak dikenal yang ada di mobil Mamanya.
"Ma, dia siapa? Kenapa ikut kita? Mama gak lagi nyari anak angkat buat gantiin aku, kan?" pertanyaan awal dari Elmira, membuat Ranum hampir saja tertawa, namun dengan sekuat tenaga ia tahan.
Sementara sisi lain, Anand tampak tak suka dengan pertanyaan Elmira yang menurutnya tidak sopan.
"Dia psikolog, dia yang bakal bantu sembuhin kamu, El."
Dia? Seorang psikolog? Elmira tampak tidak percaya. Namun, ia tahu jika Mamanya sudah berusaha yang terbaik untuknya. Berulang kali Ranum mencarikan psikolog untuk Elmira, tapi langsung ditolak mentah-mentah oleh Elmira. Karena menurutnya, seorang psikolog hanya dibutuhkan oleh orang yang memiliki gangguan kejiwaan. Sementara dirinya baik-baik saja.
Kali ini, Elmira akan menuruti permintaan Mamanya, bisa saja nanti ia dikutuk seperti malin kundang jika tidak patuh.
Sementara Anand berulang kali menelan saliva, semoga penyamarannya berhasil lebih tepatnya tidak ketahuan. Demi kebutuhan hidup keluarganya.
◇◇◇◇
Salam dan jangan lupa follow
finicute488
![](https://img.wattpad.com/cover/159955001-288-k109537.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelotophobia
RomanceTertawa adalah hal yang lumrah dilakukan oleh seseorang. Entah karena ada hal lucu atau karena sedang bahagia. Namun, bagaimana jika ada seseorang yang takut dengan suara tawa? Elmira Ardilla seorang gadis berwajah cantik pengidap Gelotophobia, suat...