GELOTOPHOBIA : 023

733 111 19
                                    

Mendapatkan kepercayaan memang mudah, menghancurkannya pun lebih mudah. Yang sulit adalah mempertahankan kepercayaan itu.

-Elmira Ardilla

***

ELMIRA menatap pantulan wajahnya di kolam renang, menyedihkan sekali menjadi manusia tidak peka seperti dirinya, gampang sekali dibodohi, bahkan Ishita saja yang jarang berbicara dengan Anand tahu jika lelaki itu bukan psikiater, tapi kenapa ia sama sekali tidak tahu hal itu?

Gadis cantik itu duduk dipinggir kolam renang, memasukkan kakinya ke dalam air.

Dingin, hal pertama yang kakinya rasakan setelah menyentuh air.

"Elmira," panggil Anand.

"Jangan panggil nama gue, Nand. Gue nggak mau ngomong sama lo!" bentak Elmira.

Anand menyentuh pundak Elmira, dengan cepat gadis itu menepisnya kasar.
"Nggak usah nyentuh gue!" ketus Elmira.

Anand duduk di sebelah Elmira.
"Apa kesalahan gue fatal banget, sampai lo sebegitu marahnya sama gue?"

"Tentu aja itu fatal banget, Nand! Gue udah seratus persen percaya sama lo dan dengan gampangnya lo rusak kepercayaan gue!"

"Gue nggak bermaksud jahat sama lo, El."

Elmira berdecih.
"Nggak berniat jahat? Tapi lo nipu kita semua, Nand. Apa menipu bukan suatu kejahatan!"

"Tapi lo tau sendiri kenapa gue lakuin itu, gue butuh uang buat bayar sekolah adik gue, gue tulang punggung keluarga. Kebetulan Mama lo mau bayar gue dengan gaji yang besar jadi apa salahnya kalau gu ...,"

"Jelas lo salah, Nand! Kalau lo mau dapet duit kerja yang bener, bukan jadi penipu kayak gini! Walaupun niat lo baik buat bantu keluarga, tapi tetep aja yang lo lakuin itu salah, orangtua lo bakal malu kalau tau lo menipu," potong Elmira sarkas.

"Oke gue minta maaf atas semua kesalahan gue, tapi tolong lo natap wajah gue El, untuk yang terakhir kali. Setelah itu gue janji bakal pergi dari kehidupan kalian."

"Gue udah maafin! Kalau lo mau pergi, pergi aja!"

"Elmira, gue mohon tatap wajah gue, gue mau menyimpan wajah lo di mata, pikiran dan hati gue."

"Nggak usah sok puitis deh!"

Anand mengulurkan tangannya hendak mengacak rambut Elmira, namun ia urungkan.

"Elmira," panggil Anand lembut membuat gadis itu menoleh.

"Apa?"

"Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo. Jaga diri lo baik-baik ya, gue yakin lo bakal sembuh dari phobia lo. Suatu saat kita akan ketemu lagi, dan lo udah bisa senyum sama gue," ucap Anand sambil berdiri hendak meningglkan Elmira.

"Anand, jangan main-main apalagi tentang perasaan kalau lo belum tahu sakitnya jika hati dibuat patah."

Anand menoleh ke arah Elmira, ternyata gadis itu sudah berdiri, dan sekarang tepat dihadapannya.

"Tapi perasaan sama gue ke lo it ...,"

"Cukup, Nand. Makasih buat semuanya. Lo boleh ninggalin rumah ini, semoga gue nggak pernah ketemu sama lo lagi!" Elmira berjalan cepat meninggalkan Anand.

Anand terpaku.
"Lo benar, El. Sangat menyakitkan ketika hati dibuat patah apalagi oleh orang yang kita sayang." Anand mengusap dadanya yang entah kenapa tiba-tiba merasa nyeri.

***

"Maafin kesalahan saya, Tante. Saya tidak tahu jika kesalahan saya bisa membuat Elmira semakin tidak percaya dengan seorang psikiater, saya benar-benar menyesal dengan apa yang telah saya lakukan." Anand menunduk di depan Ranum.

Sebenarnya Ranum mau saja membantu keuangan Anand jika lelaki itu jujur, tapi bagaimana lagi kedelai sudah jadi tempe, tidak bisa diperbaiki lagi, namun masih bisa dinikmati, bukan?

"Kalau Om Kevin nggak bilang, gue yakin lo bakal tetap berbohong!" Ishita memandang jengah Anand.

Anand terdiam.

"Lo masih mau ngapain di sini? Sana pergi, dan jangan pernah balik lagi ke rumah ini!" bentak Ishita.

Anand menyeret kopernya hendak meninggalkan rumah Ranum. Anand merasa sangat berat untuk pergi. Lelaki itu sedih bukan karena harus kehilangan uang dan pekerjaan, tapi karena setengah hatinya sudah tertinggal.

Iya setengah hatinya,
Untuk Elmira.

"Anand," panggil Ranum.

Anand menoleh, berharap Ranum memintanya untuk tetap tinggal dan kembali membantu terapi Elmira meskipun sepertinya tidak mungkin.

"Ini untuk kamu, jangan menipu lagi," ujar Ranum.

Ranum menyerahkan sebuah amplop yang Anand yakin berisi uang, dengan pelan Anand menggelang.
"Tidak perlu, Tante. Saya bersyukur masih diberikan kesempatan menghirup udara segar, bukan mendekam di jeruji besi."

"Ambil saja, orang miskin kayak lo pasti butuh duit banyak! Nggak perlu munafik!" sinis Ishita.

Anand tidak ambil hati dengan ucapan Ishita, karena Anand sadar jika gadis itu pasti membencinya.

"Ishita!" tegur Kevin.

"Biar saja Om, biar kapok!" ujar Ishita.

Anand pamit ke Kevin lalu keluar dari rumah Ranum, menutup pintu dan pergi dari sana.

"Elmira, temukan bahagiamu, meskipun bukan sama aku. Dengan siapapun kamu nantinya, aku akan tetap tersenyum di belakangmu," batin Anand.

***

Update lagi nih.

Tim notif, ayo ramaikan.

Salam sayang

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang