GELOTOPHOBIA : 022

764 103 17
                                    

Sepintar apapun kebohongan yang kamu simpan, pasti akan tercium busuknya pada waktu dan saat yang tepat.

-Elmira Ardilla

***

ANAND baru saja pulang ke rumah setelah mengirim paket kepada ibunya di kampung, jalanan Jakarta yang macet membuat waktunya terbuang sia-sia.

Lelaki itu membenarkan kacamatanya lalu masuk ke dalam rumah Ranum yang sepi. Anand menutup pintu rumah, namun suara bariton terdengar di belakang tubuhnya.

"Kau siapa?"

Anand membalikkan tubuhnya, mendapati seorang lelaki yang sedang melipat tangannya di depan dada.

"Anda yang siapa? Kenapa ada di rumah ini?" tanya Anand.

"Saya Kevin, saya sahabat baik Ranum, lalu kau?"

Anand tersenyum, mencoba mengulurkan tangannya.
"Saya Anand, psikiater Elmira."

Kevin tidak langsung menerima uluran tangan Anand, ia menatap Anand dari atas hingga bawah.
"Apa kau benar-benar seorang psikiater?"

"Mak ... maksud Anda?"

"Di mana kamu bekerja? Apa kau punya tempat praktik sebelumnya? Berapa orang yang sudah kau tangani dan apa pendidikan terakhir kamu?" tanya Kevin seperti reporter.

Anand menelan salivanya. Apakah penyamaran akan berakhir hari ini? Jujur saja, Anand belum siap masuk penjara.

"Sa ... saya ...."

"Eh Anand sudah pulang, kamu ditunggu Elmira di ruang keluarga, ada jadwal terapi 'kan?" potong Ranum.

Anand langsung meninggalkan Kevin dan Ranum cepat, sebelum kebohongannya terungkap.

Ranum memandang Kevin yang terus memperhatikan Anand dengan sinis, membuat Ranum langsung menyenggol lengan Kevin.
"Ada apa?" tanya Ranum.

"Di mana kau dapatkan psikiater Elmira?"

"Di jalan," jawab Ranum jujur.

Ranum melangkahkan kakinya untuk duduk di sofa.

"Apa kau gila? Kenapa kau mencari psikiater untuk Elmira seperti itu! Elmira butuh psikiater terbaik, kenapa kau malah memilih psikiater gadungan seperti orang itu!" tegas Kevin tidak percaya dengan jalan pikiran Ranum.

"Maksudmu Anand bukan seorang psikiater?" tanya Ranum masih mencerna ucapan Kevin.

"Tentu saja, apa kau pernah melihat dia sebelumnya?"

Ranum menggeleng.

"Apa kau tau asal usulnya?"

Ranum kembali menggeleng.

"Lalu kenapa kau percaya begitu saja?" tanya Kevin frustrasi.

"Ya karena dia bilang dia seorang psikiater," jawab Ranum santai.

Kevin mengetuk kepala Ranum keras, membuat wanita itu memekik.
"Apa yang kau lakukan, Kevin!" bentak Ranum.

"Itu biar otakmu kembali waras!"

Ranum mengusap kepalanya, tidak menghiraukan ucapan Kevin.

"Usir dia dari sini Ranum, dia bukan lelaki baik!" tegas Kevin.

"Dari mana kau tau dia tidak baik?"

"Kau masih tanya seperti itu? Jelas dia tidak baik, dia membohongimu supaya dapat bayaran, dan apa kau tidak curiga jika dia bisa saja mencuri barang di sini? Oke bukan mencuri barang tapi menculik Elmira, apa kau akan diam saja?" ucap Kevin mulai emosi.

Ranum terdiam sejenak.
"Apa Anand jahat? Selama Anand di sini tidak ada barang yang hilang Kevin, malah dia ikut menjaga Elmira saat ada Martin."

Kevin mengacak rambutnya frustrasi, berbicara dengan Ranum membuat darahnya naik dalam waktu singkat.

"Ranum, percayalah. Dia bukan psikiater sungguhan."

"Kau terlalu berburuk sangka, Kevin! Anand lelaki baik, lagian tidak semua psikiater di Jakarta ini kau kenal! Sudahlah jangan dibahas, aku tidak enak jika Anand mendengar," jelas Ranum.

Kevin menghela napas panjang, mengusap dadanya pelan.
"Wanita memang tidak mau salah," batin Kevin.

***

Makan malam kali ini lebih ramai, biasanya hanya Elmira dan Ranum saja yanh menikmati makan malam, sementara Ishita tidak pernah ikut makan malam bersama, begitu juga dengan Anand.

Meja makan tersa lengang, tidak ada percakapan diantara mereka, hanya terdengar suara piring dan sendok sedang beradu.

"Kau benar-benar seorang psikiater?" tanya Kevin tiba-tiba pada Anand membuat lelaki itu tersedak, lalu meminum air putih yang berada di sisi kanannya.

"Kevin," panggil Ranum, lalu menggeleng pelan.

Kevin tahu kode dari Ranum yang menginginkannya agar diam dan berhenti memojokkan Anand. Namun, Kevin tidak peduli.

"Kenapa tidak menjawab pertanyaanku? Apa kau benar-benar seorang psikiater? Jujur saja saya ragu sama kamu," ujar Kevin.

Ishita yang tadi fokus makan langsung menoleh ke arah Kevin.
"Ternyata Om Kevin juga berpikir seperti itu? Dari awal Anand masuk ke rumah ini, Ishita juga ragu," terang Ishita.

Anand mematung, lelaki itu bingung harus berbuat apa saat ini. Mungkin berdiam diri lebih baik.

"Anand, jawab jujur!" bentak Ishita.

"Saya akan berkata jujur, tapi tolong jangan bawa saya ke kantor polisi, saya punya alasan kenapa saya melakukan ini," ucap Anand.

Elmira dan Ranum langsung menatap Anand serius, apa benar ucapan Kevin jika Anand berbohong?

"Iya, kami tidak akan membawamu ke polisi," tegas Kevin.

Anand mengatur detak jantungnya, lalu berucap pelan, "Saya memang bukan seorang psikiater, saya membutuhkan uang untuk biaya sekolah adik saya dan saat itu saya bertemu Tante Ranum yang membutuhkan psikiater dengan bayaran yang besar, dan saya berpura-pura menjadi seorang psikiater. Saya minta maaf."

"Berani sekali kau membohongi kami! Kau sudah membuat waktuku terbuang sia-sia Anand!" Elmira meninggalkan ruang makan.

Anand tahu jika Elmira pasti sakit hati dengan kenyataan ini. Tapi Anand juga tidak tahu harus berbuat apa.

"Apa kau tahu jika perbuatanmu itu bisa membahayakan kondisi Elmira? Bagaimana jika psikis Elmira semakin terganggu? Bagaimana jika dia semakin tidak mempercayai seseorang dan bagaimana jika dia semakin tidak ingin tertawa? Apa kau tidak memikirkan itu?"

Anand tidak memikirkan sejauh itu.

"Lalu apa yang harus saya lakukan?" tanya Anand bingung.

"Minta maaf dan pergi dari sini."

***

Update nih, yang nunggu mana suaranya?

Vote dan komentarnya ditunggu.

Salam sayang

-Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang