GELOTOPHOBIA : 024

776 108 19
                                    

Ketika dia memilih untuk pergi, jangan memintanya untuk tetap bertahan. Sebab, jika dia memang mencintaimu, dia tidak akan meninggalkanmu.

-Elmira Ardilla

***

CAHAYA matahari menembus kaca jendela kamar Elmira, membuat gadis itu melenguh, menyibakkan selimut lalu menatap wajahnya di depan cermin.

Matanya sembab, kantong matanya menghitam setelah semalaman menangisi kepergian Anand. Meskipun Anand sudah membohonginya, tapi tetap saja selama tiga bulan terakhir, lelaki itu sudah membuat hari Elmira lebih menyenangkan.

Elmira lalu bangkit dari tempat tidur, melakukan peregangan kecil setelah bangun tidur baru kemudian mengambil ponselnya di nakas, siapa tahu ada pesan dari Gio.

Benar saja, ada dua pesan masuk. Satu dari Gio satu lagi dari Anand.

Entah perasaan apa, jantung Elmira tiba-tiba berdetak cepat setelah tahu Anand mengiriminya pesan. Elmira membuka pesan Anand dahulu.

Anand :  Selamat pagi, Elmira. Maaf pagi-pagi ganggu kamu. Cuma mau ngomong kalau saya bakal pulang ke kampung. Saya tahu tempat saya bukan di sini, tapi kalau boleh, tolong simpan nama saya di ingatan kamu sebagai orang baik. Saya tidak minta perasaan saya untuk kamu balas, tapi ingat dalam hati dan pikiran kamu, bahwa ada seseorang yang sangat mencintai kamu dari jauh, yaitu saya Anand Rayputra.

Terimakasih untuk kesempatan mencintaimu. Meskipun cuma saya yang mencintai. Elmira, jaga hati kamu sebaik mungkin ya, jika hati kamu terluka, maka hati saya juga akan ikut merasa, sebab hati saya sudah ada bersamamu.

Maaf jika pesan ini terlalu panjang, tapi ini perasaan saya sesungguhnya. Kalau kamu ragu atau tidak percaya, itu tidak masalah. Intinya saya cinta kamu, Elmira.

Elmira merosotkan tubuhnya ke lantai, apa Anand sedalam ini mencintainya? Atau ini hanya rayuan Anand semata untuk bisa kembali ke rumah ini. Tapi jika memang ini perasaan Anand yang sesungguhnya, apa Elmira harus membalasnya? Atau membiarkan saja. Elmira tahu sakitnya cinta tak terbalas.

Tangan Elmira bergetar, ia perlu membalas pesan Anand atau tidak?

Ketika hati dan pikiran Elmira sedang berdebat, panggilan dari seseorang membuat gadis itu tersentak.

Gio is calling ...

Bukannya menerima panggilan, secara refleks Elmira malah menolak panggilan dari Gio.

"Ada apa sama gue? Kenapa gue lupa sama Gio?" Elmira menepuk keningnya sendiri.

Notif pesan masuk dari Gio, dengan cepat Elmira membuka tiga pesan Gio.

Gio : El, ini kan hari minggu, jogging yuk. Gue otw rumah lo.

Gio : El, gue udah di depan rumah lo nih, bukain cepet.

Gio : woi! Lo lagi ngapain sih? Gue udah lima belas menit nih nungguin lo. Pakai acara panggilan gue ditolak segala.

Elmira membalas pesan Gio dengan perasaan bersalah, ternyata laki-laki itu sudah lama menunggu.

Elmira : Sorry, tadi kepencet. Gue turun sekarang.

Elmira masuk ke kamar mandi, cuci muka dan gosok gigi secara cepat, menyemprot parfum dari kepala sampai kaki, memakai sepatu olahraganya, lalu berlari keluar dari kamar sambil menguncir rambut.

Ketika pintu dibuka, yang pertama Elmira lihat adalah lelaki dengan celana pendek hitam dan kaos putih serta memakai sepatu sneakers sambil tangannya terlipat di depan dada.

"Lama sekali!" dengus Gio kesal.

"Maaf," sesal Elmira.

Gio menghirup parfum Elmira yang menyeruak ke indera penciumannya.

"Lo pakai parfum sebotol ya, El? Wangi banget," selidik Gio.

"Masa sih?" tanya Elmira mencium badannya sendiri.

"Cie, lo wangi kayak gini karena mau lari pagi sama gue ya."

"Apaan sih! Udah deh ayo cepetan jalan, keburu siang," ajak Elmira.

"Ayo, Tuan Putri." Gio mengulurkan tangannya.

Elmira tidak menerima uluran tangan Gio malah menepuk keras kepala lelaki itu, "Ayo kejar gue."

"Elmira!!!"

***

"Elmira ... cukup ... gue ... capek ...," ucap Gio dengan nada lemah.

Elmira yang memang sudah cukup jauh dari Gio membalikkan badan, menatap sahabatnya yang sudah terkapar di jalan.

Dengan cepat Elmira berlari ke arah Gio, takut jika terjadi sesuatu pada lelaki itu.

"Payah banget sih, Yo. Segitu aja udah kayak orang sekarat," sindir Elmira.

"Gue ... butuh ... oksigen ...," ujar Gio sambil terengah-engah.

"Lo nggak papa 'kan, Yo?" tanya Elmira khawatir.

Elmira mengangkat kepala Gio dan meletakkan di pahanya.
"Gio ...."

"Elmira ... gue ... butuh napas buatan." Gio mengedipkan sebelah matanya genit, membuat Elmira menampar pipi Gio keras.

"Sakit, El." Gio duduk dan mengusap pipinya pelan.

"Salah sendiri mesum!"

"Ini nggak mesum, gue emang butuh oksigen," sanggah Gio.

"Terserah!"

"Gue lagi kecapean gini, bukannya disayang atau dikasih minum, malah digalakin. Jahatnya." Gio menampilkan wajah memelas.

"Lebih capek mana, ngejar orang lari apa ngejar orang yang nggak peka?"

"Hah?"

Gio yang memang sedang kekurangan cairan membuat otaknya tidak paham dengan ucapan Elmira.

"Nggak!"

Elmira berdiri lalu menghampiri penjual Es krim, untuk menetralkan panas di hatinya.

***

Gelotophobia update

Tim siapa kalian?

-Elmira - Gio

-Elmira - Anand

Lanjut nggak nih?

- Fini

GelotophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang