03. Si Tembok Dan Si kepala batu

29.8K 1.8K 23
                                    

“Langit dan pantai tak pernah saling bertanya, mengapa mereka dipertemukan”

Semua pasang mata tidak lepas darinya. Mereka menatap kagum cowok berambut kecoklatan yang kini tengah berjalan seperti pangeran. Bahkan tidak sungkan para wanita mengambil fotonya terang-terangan.

Erlangga berjalan tanpa menengok di sekitarnya. Dia sudah tau situasi nya akan begini. Erlang sama sekali tidak merasa risih, Ditatap kagum oleh banyak wanita baginya adalah hal yang sudah biasa.

Erlangga mempercepat jalannya menuju perpustakaan, namun baru saja satu kalinya melangkah masuk, sesuatu yang begitu keras menghantam bibir nya.

DAGH!

"Aw!" Pekik suara wanita yang baru saja menabrak bibirnya.

Bagaimana mungkin kepala seorang wanita bisa sekeras ini? Bibirnya seperti baru saja dilempar batu.

Rasa asin terasa di lidahnya, mungkin bibirnya sudah berdarah. Erlang memegangi bibirnya yang terasa perih. Dia yakin, kalau wanita ini tau siapa yang di tabraknya barusan, dia akan merasa gugup dan langsung meminta maaf. Bahkan kemungkinan akan meminta foto juga dengannya.

Erlang menundukan kepalanya memperhatikan wanita yang tengah terjatuh dengan posisi terduduk dan mengambil ponselnya.

Erlang membaca name tag yang ada di baju wanita tersebut. "Kristal.” Gumamnya.

Kristal mendongak, mendapati lelaki bertubuh tinggi dengan bibirnya yang berdarah. Tidak ada satu pun dari mereka yang membuka suara atau bertanya. Erlang kira wanita ini akan mengomel karena telah menabraknya, tetapi tidak. Mereka malah saling melempar tatapan waspada, cukup lama.

Erlang mengulurkan tangannya pada Kristal, berniat untuk membantunya berdiri. Namun di luar dugaan, Kristal tidak menghiraukan uluran tersebut. Dia malah bangkit sendiri dan memasukan ponselnya ke dalam saku.

Erlang speechless. Ia Mengepalkan tangannya, kemudian menarik ulurannya kembali. Ia membuang nafas kasar, Menahan kekesalan pada wanita ini.

Cewek macam apa dia? Harusnya dia sudah pingsan di beri uluran tangan sama gue. mungkin begitu yang ada di pikiran Erlang sekarang.

Kristal terdiam sejenak, memperhatikan sebentar wajah Erlang.

“Apa dia yang namanya Erlangga?  Cowok yang sudah membuat kehebohan tadi?” Pikir Kristal.

Kristal kemudian berjalan melewati Erlangga begitu saja. Mata Erlangga mengikuti kemana Kristal pergi.

"Ckckck." Erlangga menggeleng, tidak habis pikir. Ia Kemudian masuk ke perpustakaan untuk mencari Devan, mengelilingi setiap tempat, Namun tidak menemukan Devan.

"Kemana tu bocah?"

Setelah yakin bahwa Devan sudah tidak berada di perpus, Erlang memutuskan untuk keluar dan mencarinya di kantin.

•••

Kelas yang mulanya rusuh, berisik, dan tidak karuan. Seketika menjadi hening saat melihat siapa yang datang. Bukan guru killer ataupun kepala sekolah, Melainkan Erlangga Franklyn miller. Cowok bertubuh tinggi, tampan, memiliki sorot mata yang tajam, hidung yang mancung serta warna rambut dengan ciri khasnya kecoklatan. Semua mata tertuju pada Erlangga, benar benar idaman para kaum hawa, wanita mana yang tidak terpukau kalau melihatnya secara langsung?

Kenzy dan Syahnaz, dua manusia terheboh sedunia ini saja sampai menghentikan permainan Ludonya karena kehadiran Erlang.
 
Kenzy meneguk silvanya susah payah.

"Nas!"

"Ken!"

"Dia tambah ganteng Nas."

"Dia tambah keren Ken."

"Gue gak bisa ngomong lagi."

"Tapi barusan Lo ngomong."

"Oh iya."

"MORNING!" Sapa Devan di depan kelas.

"Hari ini kalian kedatangan murid baru nih, Hehe.. baru datang ke indonesia maksudnya. Bro sapa dong!"

"Hai!" Sapa Erlang dengan ramah, membentuk lengkungan senyum di bibirnya.

"Haaaaaaaaaai!" Saut murid di dalam kelas, tentunya yang paling semangat para siswi.

Mata Kenzy dan Syahnaz pun tidak henti-hentinya menatap kagum ke arah Erlangga. "Nas, kelas kita, kelas terberuntung seantero AKSAJA gasi?"

"Yoi. Kasian deh kelas lain."

"Kasian kenapa?"

"Di kelas mereka, gak ada Erlangga nya."

"Bener banget."

Devan merangkul Erlangga. "Gak lupa sama dia kan?"

"Enggak dooooonggg!"

Kenzy meremas dasinya sambil tersenyum girang.

"Gak! gue gak lupa, sama sekali. Gue gak pernah lupa, kalo gue pernah kepleset di depan lo, pas mau ngasih minum ke lo yang abis main basket. Dan lo nolong gue untuk bangun. Sama sekali gak lupa!" Ucap Kenzy pipinya berseri-seri.

"Hahaha. Iya gue juga inget itu Ken."

Kenzy menimpuk lengan Syahnaz dengan buku tulis.

"Gausah ketawa lo!"

"Sakit anying!"

Kenzy menjulurkan lidahnya.

"Emang cuma lo doang. Gue juga gak bakalan lupa, sama dia. Waktu dia minjemin gitar ke gue. waktu gitar gue senarnya putus, gara gara si tengik Devan. Gue gak lupa itu." Syahnaz memegangi pipinya.

Di tengah kehebohan kelas. Tiba-tiba pintu kelas terbuka lebar. Sontak semua warga kelas menatap ke arah pintu.

Sekarang, giliran para siswa yang terpukau.

"Kristal?" Gumam Erlangga.

Kristal menatap ke penjuru kelas. Apa yang terjadi? Kenapa semua orang menatapnya? Dia bingung. Lebih bingung lagi, kenapa ada cowok tembok ini? Bukannya dia cowok yang baru saja Kristal tabrak di perpus? Kristal langsung memutuskan kontak matanya dengan Erlangga. Kemudian berjalan sesantai mungkin menuju tempat duduknya.

"Selamat pagi, ibu OSIS? udah sarapan?" Sapa Devan pada Kristal dengan senyuman yang membuat dua  lesung pipinya terlihat.

Kristal tersenyum sambil mengangguk kepada Devan. Kemudian duduk di bangkunya.

"Nah, kenalin Lang. Itu ketua OSIS baru di AKSAJA. Namanya Kristal."

Ketua OSIS? Erlang baru tau.

"Oh." Tanggap Erlang.

"Cantik kan?" Bisik Devan.

"Cantikan Jennie."

"Gausah bahas-bahas tunangan gue, bisa?"

"I don't care." Bisik Erlang dengan muka ngeledek.

"Untung di kelas ye."

Erlang menahan tawa melihat raut kesal Devan.

"Oke jadi—" Devan melanjutkan ucapan nya yang sempat terpotong.

Kelas seketika menjadi heboh kembali.

Di tengang tengah-tengah perkenalannya dan kehebohan kelas. Mata tajam Erlangga justru tertarik pada satu wanita, yang tampak tidak tertarik dengan kehadirannya. Ia sama sekali tidak melihat ke arahnya, dia bahkan sedang menyumpal telinganya dengan headset. Seolah tidak ingin mendengar kebisingan kelas. Dan Seolah tak peduli adanya Erlangga.

Kristal, namanya Kristal. Cewek songong yang nabrak bibir gue tadi.”

 

❄COLD❄

COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang