25. Masuk Angin

19.4K 1.1K 9
                                    

Sedikit bersalah, banyak khawatirnya

❄❄❄












Pulang sekolah hari ini di temani mendung begitu yang begitu gelap, seperti nya akan turun hujan deras hari ini. Angin dingin yang berhembus, menyentuh kulitnya, membuat Kristal mengusap-usap tangannya, untuk memberi kehangatan, ia menyesal tidak membawa Hoodie nya saat berangkat sekolah tadi.

Kristal mengalihkan pandanganya, Ia memandangi orang-orang yang berlalu lalang. Matanya menangkap ibu hamil yang membawa berbagai macam belanjaan. Ia tampak kesusahan saat melewati zebra coss.

Kristal menggeplak pundak Erlang dengan keras. Membuat sang pemilik pundak mendengus kesal.

"Gue bukan tukan ojek ya!"

Kristal tidak memperdulikan ocehan Erlang. Matanya masih terfokus pada ibu hamil yang sedang kesusahan itu.

"Turunin gue. Buruan!" Kristal menggeplak pundak Erlang berulang kali.

"Ngapain sih pake acara turun segala?"

"Buruan turunin!"

"Lo mau kabur?"

"Enggak! Sumpah."

Mau tak mau Erlang menepikan motornya. Kristal buru-buru turun lalu berlari menghampiri si ibu hamil.

Erlang menengok ke belakang.

Lah? udah ilang aja."

Erlang membulatkan matanya ketika melihat Kristal berlari menghampiri ibu hamil yang kesusahan membawa belanjaan.

Erlang memperhatikan Kristal dengan seksama. Bibir Kristal tampak komat kamit. Entah apa yang dibicarakan gadis itu. Ia membantu membawakan belanjaan yang di bawa ibu hamil itu hingga menyebrangi zebra coss. Kristal juga tampak menghentikan taxi untuk ibu hamil itu tumpangi. Ibu hamil itu tampak tersenyum dan mengucapkan terimakasih banyak.

"Baik banget." Ujung bibirnya tertarik, menampilkan seulas senyum.

"Ngapain diem? Buruan berangkat!"

Erlang tersentak kaget. "Santai dong!"

Kristal menggeplak pundak Erlang. "Gak usah banyak omong, buruan!"

"Beneran kaya tukang ojek gue."

"Kan emang!"

"Orang ganteng harus sabar."

"Apa?"

"Apanya?"

"Lo tadi bilang apa?"

"Enggak."

"His!"

Rintik hujan mulai turun sedikit demi sedikit. Erlang memilih menepikan motornya di halte, untuk berteduh ketika hujan kian menderas.

Hening.

Hanya ada suara deru hujan dan gemercik air. Tidak ada yang membuka suara di antara Erlang maupun Kristal. Keduanya juga tidak ada yang memainkan ponsel, karena sama-sama lobet.

Erlang melirik Kristal dari ujung matanya, kemudian berdehem untuk mencairkan suasana. Kristal hanya meliriknya sekilas.

"Gimana jadi guru privatenya Devan?"

"Gimana apanya?" Kristal tampak bingung dengan pertanyaan ambigu ini.

"Dia pernah modus gak?"

"Modus?"

COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang