06. Lo Bodyguardnya?

24.8K 1.4K 32
                                    

Bukan hanya menyukai, kadang membenci seseorang juga butuh alasan.”

 


Tatapan heran dan iri terpancar dari warga sekolah yang Kristal lewati. Kenapa sang ketua OSIS di ikuti Devan dan Erlangga?

Tidak peduli dengan tatapan bingung dari semua orang, Devan lebih memilih memandang wajah Kristal, mengagumi wajahnya yang begitu cantik.  Hingga Dia tidak menyadari didepan nya ada sebuah tong sampah.

Gubrakk!

Devan menabrak tong sampah tersebut hingga sampah nya bertaburan. Ia tersenyum kikuk saat para murid menertawakan nya.

Kristal menengoknya sekilas, lalu pandangan nya kembali kedepan.

•••

Pak Naruto adalah sebutan akrab salah satu guru matematika di AKSAJA. Rambutnya yang berdiri seperti karakter Naruto membuatnya mendapatkan julukan tersebut. Kini ia sedang berkacak pinggang sembari membawa penggaris panjang di tangannya.

"Kemana saja kalian? hah! Untuk kesekian kali nya kalian tidak masuk di ulangan matematika, mau jadi apa kalian berdua?!"

Erlang dan Devan hanya menunduk.

"Ini! sekarang kerjakan soal ini di perpustakaan!"

Kristal menghembuskan nafas lega karena tugas absurd dan menyusahkan ini telah berahir, ia tersenyum dalam hati. Ia sudah tidak sabar memasuki kelasnya yang dingin dan membaca novelnya.

"Nak Kristal?"

"Iya pak?" jawab Kristal semangat.

"Kamu saya tugaskan mengawasi dua anak bandel ini.”

Seperti disambar petir, kepala Kristal tiba-tiba pusing. Senyum sumringah Kristal seketika lenyap.

"Kamu akan mengawasi mereka. Kamu tidak dengar Kristal?"

Devan mengulum senyum.

"Dengar pak. Ba—baik."

"Dan kalian berdua! Kalau sampai jam 10 kalian belum juga mengumpulnya, saya akan mengukum kalian membersihkan wc!"

Tidak ada yang lebih menjijikan lagi dari mencuci wc. Ini adalah hukuman yang paling Erlang dan Devan hindari sepanjang masa. Lebih baik lari mengelilingi lapangan, dari pada harus mencuci wc. Membayangkanya WC sekolahaan saja sudah membuat mereka bergidik jijik.

•••

Suara jarum jam dinding perpustakaan menemani keheningan. Tidak ada yang membuka suara, Devan diam-diam memperhatikan Kristal yang sedang membaca buku, sambil menyangga dagunya. 

Kristal berdehem, namun matanya tetap pada buku. "Disini itu buat ngerjain soal, bukan buat mandangin muka gue."

Seketika Devan langsung menarik tangannya dari dagu. Dengan gelagapan, ia mencari pulpen.

"Nih." Kristal memberikan pulpen yang selalu ia bawa.

Sedangkan disebelah Devan, ada Erlang yang dengan tenangnya mengerjakan soal-soal tersebut, seperti tidak kesulitan sedikitpun.

COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang