23. Thanks

17.9K 1.2K 86
                                    

Dia yang senyum, Jantung gue yang bermasalah

❄❄❄







Erlang menyesap minumannya sembari mendengar ocehan Devan yang menceritakan ketidak sukaanya dengan kelakuan Kenzy yang hobi teriak-teriak di dalam kelas.

Erlang menggeleng, sambil terkekeh geli. Baru kali ini Devan sangat kesal dengan wanita, biasanya semua wanita juga dia embat.

"Dasar cewek toak! Kesel banget sumpah!"

Devan memakan batagornya dengan dentingan sendok.

"Dev, Lo masih inget kan ucapan gua waktu itu?"

"Apa?"

"Tetangga gua yang suka ngata-ngatain cewek toak, besoknya nikah loh."

Devan menghentikan suapan batagornya. "Mau gua tampol pake garpu?"

Tiba-tiba Sabrina datang dengan kedua dayangnya, ia langsung menyerobot duduk di hadapan Erlang.

Devan yang tengah sibuk memakan batagor, melirik raut wajah datar sahabatnya. Ia tau betul Erlang tidak menyukai kehadiran Sabrina.

"Eh, kayanya di depan masih ada meja yang kosong."

Sabrina malah menyangga dagunya sambil memandang Erlang. "Kamu tu kapan jeleknya si? Ganteng mulu perasaan."

Erlang sontak menjauhkan diri dari Sabrina. Sabrina malah tertawa sambil memutar rambutnya dengan jari.

"Kamu tuh dari dulu gak berubah ya? Masih aja, jutek sama aku. Btw Kamu udah makan belum? Kalo belum—"

" Ya lu kira, kita ke kantin ngapain? Main dadu? Lompat tali? Ngejar singa? Ya jelas makan lah!" Ucapan Devan membuat Erlang harus menggigit pipi bagian dalamnya karena menahan tawa.

"GUE GAK TANYA LO! GUE TANYA ERLANG!"

Raut Erlang masih tetap datar. Ia tidak memperdulikan ocehan demi ocehan yang Sabrina lontarkan padanya.

❄️



Kristal bersembunyi di balik tembok, sambil memantau seseorang disana. Ia menatap dari kejauhan meja kantin yang di tempati Erlangga.
Kristal berulang kali menghembuskan nafasnya berat. Ia berdiri sambil membawa sekotak kue cake bertuliskan thanks.

Sebenarnya, Kristal sudah berfikir keras dari tadi. Apakah dia harus memberikan ini? Tapi, jika mengingat malam itu, Erlang sudah menyelamatkannya dari para preman. Namun, berada di dekatnya hanya akan membuatnya darah tinggi.

Kristal mencoba menghilangkan gengsi dan egonya. Ayahnya tidak pernah mengajarkan dirinya untuk menjadi wanita yang tidak tau terima kasih.

Kristal ingin segera memberikan kue ini, namun disana ada Sabrina. Sebenarnya Kristal tidak perlu segugup ini. Ia hanya cukup menyerahkan cake pada Erlang sebagai ucapan terima kasih, Setelah itu kembali, selesai. Lalu kenapa berhadapan dengan mereka membuat jantung Kristal berlari keluar?

Kristal mencoba mengumpulkan nyalinya. Ia tidak peduli Sabrina akan bereaksi apa nantinya. Membalas kebaikan Erlang karena sudah menolongnya malam itu jauh lebih penting, ketimbang kehadiran Sabrina. Walaupun, kebaikan Erlangga tidak ada bandingannya dengan kue cake yang ia bawa saat ini.

Tapi, tidak apa-apa. Setelah memberikan ini, Kristal akan pergi. Terserah, apa yang akan Erlang lakukan selanjutnya dengan cake nya. Di terima ataupun tidak kue ini, yang terpenting dia sudah menyampaikan rasa terima kasihnya.

COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang