26. Khawatir

18.7K 1K 16
                                    


ketika kamu merasa sepi, di dalam keramaian❄

❄❄❄






Kristal sudah berada di alamat cafe yang Devan berikan. Dia melirik jam tanganya yang menunjukkan pukul empat sore. Sesekali matanya mencari-cari seorang yang sudah dia tunggu sejak 20 menit yang lalu.

"Apa gue kecepetan ya?"

Melihat tidak ada tanda-tanda Devan datang. Kristal mondar-mandir di depan cafe seperti orang linglung. Ia beberapa kali menelvon Devan. Namun tidak di angkat, Kristal menaiki motornya lagi. Ia memasangkan helm nya lagi. Alih-alih membuka ponsel untuk memastikan Devan memberinya kabar, dia justru tidak sengaja membuka chattinganya dengan Erlangga.

Kristal menghembuskan nafasnya berat. Entah mengapa tiba-tiba dia kepikiran Erlangga yang katanya sedang sakit. Ia memandang lurus, bergelut dengan pikiranya sendiri.

Kristal membelalakan matanya ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya secara tiba-tiba. Kristal beringsut dan langsung turun dari motornya. Dia menghembuskan nafas lega, saat melihat ternyata itu Devan.

Devan terkekeh melihat raut kelegaan Kristal. "Kaget ya?"

"Gue kira siapa. Lo kemana aja coba?"

"Santai santai, Tarik nafas dulu."

"Untung gak gue timpuk pake helm.

Devan malah terkekeh. "Yaudah, ayuk masuk."

Mereka berdua kemudian memasuki cafe. Duduk di meja yang berdekatan dengan tembok kaca. Memperlihatkan keramaian jalan di sore hari.

Kristal mulai membuka buku berisi soal matematika yang sudah ia siapkan sejak kemarin malam.

"Sorry, Tadi gue lama, karena beliin ini buat bu guru gue yang cantik."

Kristal mengangkat alisnya. "Coklat?"

Devan menaikan alisnya sambil menyodorkan 3 coklat Silverqueen kepada Kristal.

"Lo mau nyogok gue?"

Devan terkekeh. "Enggak sih sebenernya, tapi boleh juga."

"Tidak menerima sogokan, Lo akan tetap mengerjakan tugas yang gue kasih."

"Bukan sogokan tugas."

"Terus?"

"Sogokan, Biar ibu guru mau gue anter ke sekolah. Besok berangkat bareng toak gak?"

"Kenzy?"

"Iya, itu maksudnya. Siapa lagi yang punya suara toak selain dia?"

"Oh, Enggak sih."

"Berangkat bareng gue ya bu guru?" Devan menceburkan bibirnya.

"Gue mau, asal.. "

"Asal?" Devan tampak bersemangat.

"Pertama, Lo harus ngerjain sepuluh soal ini, dan jawaban nya harus bener semua. Kedua, Lo harus masuk dipelajaran pak naruto besok. Dan yang ketiga, Lo harus harus dapet nilai bagus." Jelas Kristal sambil memberikan sepuluh soal dihadapan Devan.

COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang