❄Lebih dari cerita drama,
Sikapmu yang tak disangka-sangka, membangkitkan imajinasiku❄❄❄❄
Jam istirahat kali ini di isi Kristal dengan duduk di bawah pohon rindang bersama novelnya. Kedua Sahabatnya sudah menyerbu kantin, seperti biasa. Ia tidak ikut karena sedang tidak mood makan apapun. Sebenarnya, karena dia juga ingin menghindari Erlangga.
Kristal menghembuskan nafas berat, sambil menyangga dagunya. Mata Kristal menangkap sosok cowok yang sedang memantul-mantulkan bola basket. Cowok itu membalas tatapan Kristal, dan berjalan semakin dekat ke arahnya. Kristal menurunkan sanggaan dagunya.
Cowok itu diam, menatap Kristal. Siapa lagi yang memiliki tatapan tajam, dingin, dan menikam, kalau bukan Erlangga. Dan hanya Kristal yang mampu membalas tatapan tajam tersebut, disaat orang lain gemetar ketika ditatapnya. Sungguh kelebihan yang terpendam.
Erlangga mendekat, dan duduk di samping Kristal.
"Ngapain lo ke sini?"
"Ya duduk lah, masa nguras kolam."
Kristal berdesis pelan. Sudah dibilang berdebat dengan Erlangga menyebabkan darah tinggi.
"Lu sendiri ngapain?"
"Seperti yang Lo liat." Kristal mengangkat novelnya.
"Sendirian? Kasian bgt, jomblo ya?"
Kristal menutup novelnya. "Emang Lo pikir, Lo gak sendiri dari tadi? Berarti Lo juga jomblo. Pake ngatain orang!"
"Enggak, siapa bilang gue sendirian?"
"Mana emang cewe Lo?"
"Bukan cewe, tapi bola basket."
"Lo pacaran sama bola?"
Erlang terkekeh. "Maksudnya gak sendirian, tapi sama bola basket. Berarti gue gak jomblo."
"Gue juga sama novel."
"Gak tanya."
Kristal menggertakkan giginya, kesabaran nya bisa habis kalau berada di dekat Erlang. Ia memilih meningkatkan Erlang sendiri.
Perasaan Kristal tidak enak, kenapa ia merasa seperti ada seseorang yang mengikutinya dari belakang? Kristal berhenti sejenak, kemudian melihat kebelakang. Namun nihil, tidak ada apa-apa.
Kristal melanjutkan langkahnya. Tapi lagi- lagi dia merasa seperti di ikuti. Matanya melirik, ia menangkap sebuah bayangan. Dengan cepat, Kristal berbalik dan menemukan Erlangga yang sudah berhenti di belakangnya.
"Ngapain Lo ngikutin gue?"
"Siapa juga yang ngikutin Lo. Gak usah ke ge'eran."
Wajah Erlang seperti tidak berdosa, membuat Kristal ingin sekali menonjoknya sekarang.
Kristal kembali melanjutkan langkahnya, mencoba tidak memperdulikan Erlang. Namun Erlang masih saja berjalan di belakangnya. Jika dia memang tidak mengikutinya, mengapa tidak berjalan duluan saja?
Kristal berhenti mendadak. Membuat Erlang menabrak tubuh Kristal.
Bugh!
"Berhenti ngikutin gue!"
"Gue gak ngikutin."
"Yaudah, jalan duluan!"
"Gamau."
"Lo kok nyebelin sih?!"
"Bodo, yang penting ganteng."
"Sekali lagi Lo ngikutin gue, gue tonjok muka Lo!"
"Tonjok aja, kalo berani. Orang gua gak ngikutin Lo."
"Terus, kalo gak ngikutin, ngapain jalan di belakang gue?"
"Gue—"
"Lo gak perlu kaya gini." Kristal memotong perkataan Erlang.
"Lo gak perlu ngikutin gue kemana pun gue pergi."
Erlang hanya diam. Sedangkan Kristal menatap Erlang tajam.
"Apaan sih? orang gua mau ke— ke Sana..." Erlang berjalan melewati Kristal.
"Eh, tapi gak jadi deh." Ia memutar balik langkahnya, membuat Kristal bingung akan sikapnya.
"Lo kenapa sih? Dari tadi pagi sikap Lo itu udah aneh. Kenapa sih Lo selalu bikin gue kesel?"
Erlang tidak menjawab.
"Kok diem?"
"Perlu gue jawab?"
"Tentu."
"Gue cuma khawatir."
Erlang tertegun sendiri dengan apa yang dia ucapkan, mereka sama-sama terdiam.
"Khawatir?"
"Hah? siapa yang bilang khawatir?"
Erlang salah tingkah.
"Buat apa juga gua ngawatirin Lo?"
"Gue tau kok, Lo dapet amanah dari bokap Lo buat jagain gue. Tapi kalo emang Lo gak mau, Lo gak perlu maksain diri. Mulut gue cukup baik kok, buat gak cerita ke om Fran. Sebenarnya, gue juga gak butuh di jagain kaya anak kecil."
Setelah mengucapkan nya, Kristal meninggalkan Erlang.
"Gue jagain Lo, karena gue mau."
Kristal menghentikan langkahnya.
"Bukan karena amanah."
Kristal membalik tubuhnya menghadap Erlang. Ia tersenyum sarkas.
"Jangan pernah kasihani gue, sebelum Lo ada di kehidupan gue. Gue udah ngadepin semuanya sendiri, gue gak selemah itu."
"Gua gak pernah bilang Lo cewek lemah. Lo udah sering ngelakuin semuanya sendiri kan? Mulai sekarang, lakuin semuanya sama gue."
Dahi Kristal mengeryit, mencerna ucapan Erlang. "Gimana?"
"Mari berdamai." Erlang mengulurkan tangannya.
"Jadi temen gue, mau?"
Sejarah baru, bagi seorang Erlangga. Ia belum pernah sama sekali meminta seseorang untuk menjadi temannya. Bahkan dia belum pernah melakukan hal ini kepada Devan sekali pun.
Kristal hanya menatap uluran tangan Erlang.
"Temen?"
Erlang mengangguk.
"Sorry, Temen gue udah banyak." Ujar Kristal lalu benar-benar meninggalkan Erlangga yang tangannya masih Ter ulur.
"What?" Erlang menatap nanar tangannya. Kemudian menatap Kristal yang sudah menjauh.
"Kenapa tu cewe aneh banget sih? Gua jadi meragukan kalau dia cewek normal."
Erlang mengelus tangan nya yang terulur tadi. "Kasian banget tangan gue."
❄COLD❄
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD [OPEN PRE-ORDER] ✔️
Teen FictionSebuah tragedi di masa lalu membuat Kristal menjadi pribadi yang begitu dingin. Masalah demi masalah datang saat ia terpilih menjadi ketua OSIS dan bertemu dengan seorang Erlangga. Sebuah pertemuan tak terduga membuat keduanya terjebak di dalam suat...