22 - That Power

46.7K 5.4K 3.4K
                                    

22. THAT POWER

Jangan mau ditindas. Lawan!

— ♡ —

Mata cokelat gelap itu bergerak memandang ke luar jendela, dia nampak suntuk berada di kamar dan tidak melakukan apa-apa. Ponselnya disita, laptop dibuang, kabel televisi diputuskan. Keluar kamar untuk pergi ke dapur pun tidak diizinkan, malah pelayan rumah yang datang membawakan Saga makanan.

Sebenarnya mendapatkan pelayanan itu membuat hidup Saga lebih mudah. Tapi, dia lebih senang bila dirinya sendiri yang mencari makan di dapur karena itu satu-satunya cara agar dia tidak begitu jenuh berada di kamar. Sayangnya Alger tidak mau mendengar keinginan Saga. Dia mau Saga tetap terkurung di kamar.

Ya, sekejam itu Alger padanya.

Beranjak dari tempat, Saga mendekati kasur dan duduk di tepi. Dia memikirkan sesuatu yang membuatnya tak mengerti kenapa dirinya harus 'dipenjara' di kamarnya sendiri.

Saga lalu menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat, bahkan dikunci dari luar. Dia tidak paham kenapa Alger menghukumnya dengan cara seperti ini, karena ini adalah yang pertama kali Saga rasakan.

"Ck!" Saga berdecak seraya menendang sebuah bantal yang sejak tadi tergeletak di lantai dekat kasur.

"Bosen banget, Tai!" Saga marah-marah sendiri.

Lantas anak itu bangkit berdiri dan menghampiri pintu kamar. Dia menggedor benda besar itu berkali-kali dengan gerakan tidak santai dan menghasilkan bunyi yang mengganggu telinga.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

"BUKA!" Saga berteriak. "SIAPAPUN YANG DENGER GUE, BUKAIN PINTU! CEPETAN!"

Di luar sana, dua perempuan berseragam rapi yang sedang merapikan rumah lantas menghentikan aktivitas mereka sejenak dan menatap pintu kamar Saga. Mereka terdiam, saling melempar tatap penuh kode yang hanya bisa dimengerti oleh keduanya.

"BUKAIN!!!" Saga berteriak lagi.

Dua perempuan itu merasa sangat bersalah dan juga menyesal karena tidak bisa memenuhi perintah Saga. Mereka bisa saja langsung dipecat bila membuka pintu kamar itu dan membiarkan Saga meninggalkan kamarnya. Mereka masih memerlukan pekerjaan ini. Lagipula, cari kerja itu susah.

"MA! PA!" Saga berseru lantang seraya menedang pintu.

"Kasian," gumam Nuni.

Manda membalas dengan anggukan tanda setuju karena dia juga merasakan seperti yang Nuni rasakan.

"Den Saga bandel sih." Manda berucap.

Karena tidak mendapatkan respons apapun dari orang-orang di luar kamarnya, Saga akhirnya berhenti menyiksa pintu itu. Dia mundur dan mencebik, lalu berbalik badan dan berjalan menghampiri jendela kamar.

Napasnya terdengar berat, wajahnya menunjukkan betapa kesalnya dia. Terkadang dia merasa salah telah dilahirkan di keluarga ini. Orang tuanya memang kaya raya, apapun bisa dimiliki dalam sekejap. Tapi, Saga tidak bahagia. Dia bahkan jarang mendapatkan kasih sayang dari mereka. Mereka hanya sibuk bekerja, bekerja dan terus bekerja.

Oscillate #3: Recover It AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang