Kadang kita sering lebih banyak menghabiskan waktu dengan para sahabat dan berpikir sahabat jauh lebih penting dari keluarga. Nyatanya, tanpa keluarga kita bukan apa-apa.
— ♡ —
Zelena beranjak ke kamar mandi ketika Sakura menerima panggilan telepon dari Davila. Entah Zelena sengaja, atau dia memang betulan tidak kuat menahan rasa untuk buang hajat.
Terdengar helaan napas lega dari Davila. Dia seperti merasa tenang mengetahui Zelena ada bersama Sakura dan baik-baik saja. Sejak tadi Davila pusing memikirkan cara untuk menghubungi Zelena karena dia tak punya nomor cewek itu.
"Kenapa emangnya?" tanya Sakura.
"Nanya aja." Davila menyahut. Setelahnya cowok itu berpamitan dan mematikan sambungan telepon.
Sakura jadi kurang paham, kenapa Davila tiba-tiba meneleponnya hanya untuk menanyakan Zelena. Ini seperti teka-teki yang harus ia pecahkan karena semuanya seperti berhubungan. Begini yang ada di pikiran Sakura;
Pertama, Zelena kelihatan habis menangis tapi tidak mau ngaku.
Kedua, Zelena seperti sedang ada masalah tapi tidak mau cerita.
Ketiga, Zelena habis berciuman dengan seseorang yang bukan pacarnya.
Keempat, Davila menelepon Sakura hanya untuk menanyakan keadaan Zelena.
Sakura jadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi di antara Zelena dan Davila. Meski begitu, sepertinya ini bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal tersebut pada Zelena. Mungkin juga semua itu hanya kebetulan. Karena setaunya, Zelena tidak suka Davila. Zelena selalu kesal bahkan jijik akan segala sesuatu yang berhubungan dengan cowok itu.
Selang beberapa detik, Zelena kembali dengan penampilan baru. Rambut panjangnya ia gulung sampai menjadi buntalan lucu yang menempel di kepala.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sakura, ke bawah, yuk. Cari makan," ajak Zelena yang ternyata dia menahan lapar sejak tadi.
