***
Just info ; masa lalu memang letaknya dibelakang
Kalau didepan namanya masa yang akan datang. Tapi khusus untuk kamu, aku rela lari kedepan mengejar ketertinggalan.***
Ezra akan menyusul Kanaka, ketika dilihat nya wajah gadis itu dengan sesegukan disampingnya. Apa yang dilakukan Kanaka hari ini benar-benar memancing amarahnya. Mulai dari menggoda Karen tadi, pertarungan sengit mereka, dan yang terakhir dan tak kalah membuat nya ingin menghajar kembali orang itu adalah se-enaknya saja memggendong Karen !!
Tapi niat itu ia urungkan. Mengingat kondisi yang tidak memungkinkan, serta Anya yang menangis disebelahnya. Gadis itu pasti tau apa yang terjadi. Dan Ezra berharap, tidak akan ada pengaduan oleh Anya atau pun surat panggilan orang tua dari Guru BK.
Saat ini ia diruang BK dengan di bondong banyak pertanyaan. Anak berprestasi seperti Ezra kok bisa masuk BK ? Perkelahian mereka sudah tersebar luas dalam sekejab. Tak heran semua guru pun jadi tau. Dan hampir semua guru yang datang untuk melihat, selalu menatap nya dengan tatapan heran.
"Ini Ezra Pranata kan ? Siswa cerdas dengan segudang piala. Bagaimana bisa terlibat masalah dan masuk BK dengan wajah memar ?"
Untungnya ada Anya yang menjawab pertanyaan setiap guru. Wajah nya terlalu banyak menerima pukulan hingga ia hanya menunduk ketika ditanya. Gadis itu tidak lagi menangis, tapi mata nya masih sembab.
"Nih obatin dulu wajah Ezra. Selagi Kanaka masih belum juga datang." ucap dingin Burik, dengan menyodorkan kotak P3K dimeja. Anya membuka kotak putih itu dan mengambil alkohol untuk membersihkan luka disudut bibir Ezra.
"Shh,-" ringis Ezra ketika kapas dingin menyentuh kulitnya. Lalu Bu Rika keluar dari ruangan, menyisakan keduanya.
Ezra kembali meringis selagi dibersihkan dengan telaten oleh Anya. "Aku tau pasti kamu menyimpan banyak pertanyaan kan buat aku ?" tanya Ezra pelan-pelan ketika Anya sudah tidak lagi membersihkan lukanya, gadis itu sedang mengobrak-abrik kotak putih itu dan sesekali membaca nama obat yang ada.
Anya tetap diam, ia tetap seolah sibuk dengan kotak itu. "An...." lirih Ezra. Ia mengambil kedua tangan Anya agar tidak berkutik pada kotak itu.
"Kamu bukan Ezra yang aku kenal. Ezra yang aku kenal itu tenang, gak brutal kayak gini." akhirnya, Anya buka suara.
"I'm sorry." lirih Ezra masih menggengam kedua tangan itu.
"Jangan pernah lakuin hal ini lagi Zra. Aku gak suka kamu kayak gini. Kamu tau kan alasannya ? Aku harap kamu ngerti, aku cuma gak mau kamu kayak dia..." wajah Anya kembali muram dan menunduk ketika teringat seseorang.
Ezra menggeram pelan mendengarnya. Lalu ia mengangkat dagu Anya. "Jangan ingat orang itu lagi dan aku gak akan jadi seperti dia." Anya mengangguk mendengarkan.
Ezra menariknya kedalam pelukan. Anya menenggelamkan wajah nya di dada Ezra. Melupakan status yang masih melekat di Ezra, yaitu pacar Karen.
Ezra ikut memejamkan matanya sambil mengelus pelan punggung gadis dihadapannya, sangat pelan seolah ia adalah benda yang mudah rapuh. Hingga semua nya terhenti, ketika decitan pintu terdengar.
Disana, gadis itu mematung menatap keduanya. Sedangkan pria dibelakangnya tersenyum dengan raut mengejek.
***
Empat remaja berseragam putih abu-abu itu membisu. Ada yang menunduk takut dan saling berbisik, tapi yang satu malah menyenderkan tangan kirinya di kursi. Apalagi celotehan dari wanita galak didepan, membuat mereka terdiam.
"Untuk kamu Ezra, kamu itu anak berprestasi nak. Yaampun, ibu gak abis pikir sama kelakuan kamu. Ibu tahu mungkin ini bukan sepenuhnya salah kamu, tapi tetap saja yang ikut kedalam hal ini." Ezra yang diceramahi diam dan sedikit terkejut. Ibu Rika bicara tidak setajam tadi membuatnya mengeryit heran.
"Dan buat kamu Kanaka !! Kamu ini baru saja seminggu sekolah disini, sudah buat onar sana-sini. Kalau kamu mau jadi preman, gak usah sekolah disini. Di SMA ini tidak menampung orang yang brandalan !!" suara Burik kembali naik, sangat berbeda waktu bicara dengan Ezra.
"Baru sekali berantem udah dicap berandalan. Lalu bagaimana dengan mereka yang tukang tawuran tapi gak ketahuan ? Apa mereka derajat nya lebih tinghi daripada saya ? Saya cuman apes aja hari ini." dengan tampang tiada dosanya, Kanaka bicara tanpa menghiraukan Karen yang daritadi kasrak-kusruk untuk menarik perhatiannya agar ia tidak melanjutkan perkataannya.Mata Bu Rika menajam dan tak percaya. Anak ini bagaimana bisa-bisa nya membantah ?
"Kamu sudah salah malah menyalahkan !! Kita tidak lagi membahas mereka, kita membahas tentang Kamu !!" Emosi Bu Rika akan memuncak. "Perkelahian ini pasti asal nya dari kamu kan ?! Murid baru sudah jadi biang kerok !!"
"Kenapa saya ? Saya gak merasa bahwa saya yang jadi biangnya."
"Sudah jelas pasti kamu, tidak mungkin Ezra. Dia anak yang baik dan tenang. Kalau tidak ada umpan, dia tidak akan menyerbu duluan."
"Heeh, hidup memang begitu ya ? Yang terlihat baik walau hanya sesekali akan dicap selalu baik. Sedangkan orang yang hanya jahat sekali akan dicap buruk selamanya." semua yang ada diruangan itu seketika mendongak menatap Kanaka.
"Maksud kamu Ibu membela Ezra karena dia baik begitu ?! Ibu disini sudah bersikap adil seadil-adilnya dan tidak memihak pada siapapun."
"Kenapa bisa Ibu bilang seperti itu ? Yang menilai perilaku orang bukanlah dirinya sendiri melainkan orang lain. Dan menurut saya apa yang Ibu lakukan tidak adil dan Ibu terlalu memihak pada dia."
"Bagian mana saya memihak padanya ?"
"Bagian Ibu menuduh saya yang menjadi biang masalah ini. Bukankah itu tidak adil ? Gak ada bukti juga yang menunjukan bahwa saya biang nya."
"Jadi maksud kamu Ezra yang menjadi biangnya ?"
"Iyalah, dia yang nyerang saya duluan. Kalau tidak percaya tanya saja sama saksi mata yang melihat langsung kejadiannya."
"Gue emang nonjok lo duluan. Tapi karna lo yang mancing gue." ujar Ezra datang membela dirinya sendiri. Burik menatap Ezra tidak percaya. Jadi yang dibicarakan Kanaka itu benar ?
"See ? Saya tidak bohong kan. Dia yang nonjok duluan, artinya ya dia yang mulai."
"Tapi kamu yang mancing dia kan ?!"
"Saya gak mancing dia Bu, emang dia ikan ? Dan tadi kami berantem dikelas bukan di sungai. Ibu gimana sih ?"
Ugh, Karen jadi kesal sendiri. Situasi seperti ini dan Kanaka masih sempat-sempatnya bercanda !!
Burik hanya geleng-geleng lalu melepas kacamata dan mengusap-usap dahi nya. Menghadapi murid semacam Kanaka rupanya menguras tenaga juga.
"Sudahlah terserah kamu Kanaka. Ibu pusing. Tapi kalian berdua harus memenuhi hukuman yang saya beri nanti !!"
"Loh kok cuman berdua sih Bu ? Karen juga harus ikut dong. Dia kan biang masalahnya." Karen seketika mendelik kearah Kanaka yang dengan enteng nya bicara sepeti itu. Dan ia langsung mendapat tatapan tajam dari Burik.
"Benar itu Karen ?" Yang ditanya hanya mengangguk lemah.
"Kalian bertiga bersihkan toilet dan semua labolatorium yang ada disekolah ini."
Karen tercengang, ia langsung menoleh kearah Kanaka untuk memelototinya. Tapi yang namanya Kanaka hanya membalas perlototan itu sambil cengengesan dengan senangnya.
Ugh, ingatkan Karen untuk marah ke Kanaka setelah ini !!
***
TO BE CONTINUE
11 NOVEMBER 2018
WIDYA NP
![](https://img.wattpad.com/cover/156382060-288-k936304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Teen Fiction"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...