***
Hubungan kita ibarat mimpi disiang hari, dimana ketika aku terbangun akan sulit untuk disambung***
Ruang itu kembali sunyi. Walau ada orang didalamnya. Hanya helaan nafas dan isak tangis yang menghiasi.
Ditan sudah pergi beberapa saat tadi, sejak seseorang datang. Bukan Mama atau malah Papanya. Tapi Kanaka, pria yang selalu bisa menjungkir balikan dunianya.
Tidak ada pertanyaan apapun yang keluar dari mulut Kanaka. Ia hanya menggenggam tangan penuh keringat milik Karen. Semuanya terasa membingungkan. Bagaimana sekarang kondisi Mamanya ? Mengapa Papa tidak menghubungi Karen tentang ini ? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang terselip dibenaknya.
Tuhan seolah mempermainkan takdirnya. Semua terjadi berurutan dalam tempo yang hampir bersamaan. Membuatnya bingung untuk mengatasi yang mana duluan.
Karen mendongakkan wajahnya, "Kenapa ?"
Dahi Kanaka mengeryit sempurna. Pertanyaan yang dilontarkan Karen begitu ambigu.
"Kenapa semua orang jahat banget sama gue ? Kenapa hidup gue sama Mama selalu diusik ? Kenapa mereka semua ngelakuin hal ini ke kami ? Kenapa....." lirihnya.
Kini Kanaka sudah mulai mengerti apa yang dimaksud Karen. Ia baru saja akan menjawab ketika Karen malah melanjutkan pertanyaanya.
"Dan kenapa lo datang kesini ? Kenapa Ka ?"
Perntanyaan yang jawabannya Kanaka sendiri tidak tahu. Entah mengapa ia malah memboloskan diri untuk pergi kerumah ini.
"Mau liat saat gue terpuruk, iya ? Mau ejek gue iyakan ? Atau lo malah mau bikin gue lebih buruk lagi setelah ini ?"
"Kalau emang itu yang jadi keinginan lo, Elo berhasil dengan skor tinggi."
Kanaka kesal dengan pembicaraan Karen yang menurutnya melantur. "Lo kenapa sih Ren ? Sebegitu buruknya gue dimata lo ?"
"Emang iya kan Ka ? Orang macem lo akan bertepuk tangan liat gue kayak gini."
"Gue bukan tipe orang yang bertepuk tangan diatas keterpurukan seseorang. Kalau gue orang seperti itu, gue gak akan duduk sejajar sama lo atau bicara sehalus sekarang. Tapi gue akan berdiri dan bicara merendahkan sama lo." Kanaka terkekeh, "Tapi enggak kan ? Gue bukan orang yang begitu. Dan lo tau itu."
Karen terdiam mendengarnya. "Tapi semua orang dalam hidup gue berubah Ka...."
"Papa, dia berubah. Bukan lagi pelindung, tapi penghancur. Elo, yang katanya bakal bikin gue bahagia, nyatanya pergi juga. Dan Ezra, orang yang gue anggep sebagai penopang, berubah seiring waktu."
"Dia enggak pernah berubah Ren," Balas Kanaka. "Karena emang begitu karakter dia. Cuman lo nya aja yang gak tau. Ezra terlalu rapih dalam memainkan perannya."
Karen sontak tertawa mendengarnya. "Elo bicara seolah lo tau dia aja. Lo itu baru kenal dia Kanak, jadi jangan ngejek-jelekin dia."
"Wow !! Bahkan dalam situasi kayak gini lo masih ngebela dia ?" Kanaka terkekeh pelan. "Itu cinta atau lo nya terlalu bodoh sih ?"
"Seburuk apapun dia, selagi gue belum dapat bukti yang kuat, dia tetap aja masih pacar gue."
"Dan kalau lo udah liat kelakuan asli dia ?"
"Gue bakal putusin dia !" tegasnya.
Kanaka menggelengkan kepala. "Serius lo ? Dia udah selingkuh dari lo Karen !! Dan lo masih mau cari bukti ? Kurang banyak apalagi sih buktinya sampai elo masih mau bertahan sama orang kayak gitu ?!" Kanaka bahkan sampai menggeram pelan karena perkataan Karen.
"Itu semua cuman dari mulut elo. Tapi gak ada bukti fisiknya kan ?"
"Karen..." Ujar Kanaka melemah. "Kenapa sih susah banget buat bilangin elo ? Kenapa harus susah-susah cari bukti buat mutusin dia ? Kalau udah gak cinta ya putusin bukan cari fakta buat dijadiin alasan bubaran."
"Kenapa lo enggak terima gue aja jadi pacar lo lagi ? Gue gak kayak Kanaka yang dulu. Semua orang bisa berubah kan, dan gue ngelakuin hal itu."
Karen tercengang mendengar penuturan Kanaka. Bagaimana bisa orang ini bicara seperti itu dengan mudahnya ? Ia menggelengkan kepalanya. "Enggak Ka, elo gak berubah. Elo masih sama kayak dulu."
"Masih menilai seseorang dari sudut pandang elo, tanpa tau kebenaran aslinya."
"Untuk kali ini gue enggak bohong. Harus berapa kali lagi sih gue bilangin ?!"
"Apa sebegitu susahnya buat lo balikan sama gue makanya menggunakan alasan ini ?!" Kanaka menjambak rambutnya pelan seolah frustasi. Pria berseragam putih abu itu tampak sudah mulai lelah meyakinkan Karen yang kelewat keras kepala.
Kanak melangkah mendekati Karen, mengurung gadis itu dengan kedua tangannya ditembok. "Balik sama gue. Dan lo bisa liat seperti apa dia sebenarnya."
Lama mereka terdiam saling menatap, akhirnya Karen tersadar. "Elo gila. Gue bukan tipe orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Kalau dia emang selingkuh, maka akan gue bales dengan cara yang lebih halus."
"Gue pegang kata-kata lo. Tapi inget Ren, kalaupun lo berubah pikiran, tawaran gue ngajak lo balikan gak akan hilang. Lo bisa jawab itu kapan aja, asal jangan kelamaan. Karna bukan cewek aja yang bisa bosan menunggu, kadangkala cowok tangguh juga bisa berhenti mengejar sesuatu yang gak pasti."
***
TBC
VOTE VOTE !!11-06-2019
Widya np
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Teen Fiction"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...