***
Ada kata yang ingin tersampaikan, tapi enggan untuk dibicarakan. Ada rasa yang ingin diungkapkan, tetapi masih ada setitik keraguan.
***Pernahkah kalian merasa ingin teriak tapi tak bersuara ? Ingin menangis tanpa keluar air mata ? Atau ingin bunuh diri tapi tidak mati ?
Karen ingin merasakan semua hal itu kini. Yang dilakukannya hanya berjalan tanpa henti, mengikuti jalan tanpa tujuan. Kedua orang itu, Ezra dan Syifa sepertinya tidak ada niatan untuk mengejar walau hanya memberi penjelasan.
Mungkin apa yang dilihat Karen memang sudah jelas dirasakan keduanya. Jadi untuk apa meyakinkan Karen lagi.
Ponsel Karen bergetar nyaring lengkap dengan ringtone kesukaannya. Itu dari Mama yang menanyakan dimana keberadaannya. Ia hanya membalas bahwa ia akan bermain lebih lama dirumah Syifa dan mungkin akan pulang sedikit lebih malam.
Padahal fakta-nya sangat jauh berbeda. Mana mungkin Karen mau menginjakan kakinya lagi disana. Sudah cukup apa yang hari ini dilihatnya. Ternyata, Kanaka benar. Ezra tidak sebaik apa yang dipikirkannya. Cowok itu bahkan sama brengseknya dengan Kanaka. Ia jadi menyesal pernah membela Ezra.
Berbicara soal Kanaka, Karen jadi ingin menghubungi pria itu. Ia segera mencari kontak-nya. Tapi, ia ragu sejenak. Apakah tepat kalau ia menghubungi Kanaka ?
Ah, persetan dengan semuanya !! Karen butuh teman untuk meluapkan emosi-nya. Ia tidak mungkin menghubungi Zulfa walau notabe-nya ia adalah sahabat mereka. Karen tidak ingin dengan mengadu pada Zulfa, membuat Zulfa harus berpihak hanya pada salah satu diantara mereka. Yang pada akhirnya, sama saja menghancurkan persahabatan yang mereka jalin.
"Ayo naik." ucap pria berhelm full face .
Karen tersentak, tapi dengan cepat merubah ekspresi kagetnya. Ia tentu mengenali motor siapa itu.
Dia Kanaka. Entah kenapa malah pria menyebalkan itu yang kemari. Jujur, dalam hati kecilnya, ia mengharapkan Ezra. Tapi, lagi-lagi ia mengenyah pikiran itu dari otaknya.
Karen masih dia ditempatnya. Kanaka menghela nafas dan turun dengan melepas helm-nya.
"Gue gak mau pulang." ucapnya lancar. Ia masih bisa mengontrol suara agar tidak terdengar menyedihkan.
"Ya terus ? Lo mau diem disini gitu karna gak mau pulang, iya ?" Kanaka memutar kedua bola matanya. "Masih banyak tempat yang seengaknya, gak bikin lo makin terlihat menyedihkan."
"Elo gak tau apa-apa Kanaka !! Jadi stop berprilaku kayak lo tau segalanya !!"
"Gue tau elo Ren. Cuma lo nya aja yang gak mau tau." Kanaka menghembuskan napasnya.
"ELO GAK TAU APA-APA TENTANG GUE. JUST SHUT UP !!" Jerit Karen kesal karena bagaimana bisa Kanaka berbicara dengan santai sedangkan dirinya sedang seperti ini.
Kanaka tidak heran dengan tanggapan Karen yang demikian. Ia sudah menebak hal itu. Pria ber-hoodie itu melangkah mendekat dan menggengam kedua tangan Karen yang terkepal menahan amarah.
"Semua orang gak tau tentang gue. Mereka hanya menilai apa yang mereka lihat. Bukan apa yang gue rasain. Mereka cuman bis--"
Kanaka meletakan jari telunjuknya dibibir Karen, tanda untuk berhenti.
"Kalau semua orang gak tau tentang elo, berati gue gak ada didunia ini." Karen mendongak mendengarkan.
"Gue tau elo Karenina. Kalo gue gak tau tentang elo, gue gak mungkin dateng dihari dimana elo dikasih kabar gak enak masalah Mama lo. Gue juga gak bakal tau tentang masalah yang ada dihubungan lo sama Ezra."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Jugendliteratur"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...