***
Jangan lari, itu hanya akan menciptakan masalah baru. Mendekatlah, lalu kita akan menemukan titik temu***
"Maksud lo apa sih Zra ?!" Bentak Syifa setelah Karen dan Zulfa keluar. "Jangan lo kira dengan begini akan membuat gue beralih pihak ke elo !! Justru gue makin muak sama kelakuan lo itu !!"
"Salah gue apa sih Fa ?! Gue gak pegang-pegang lo atau bahkan peluk lo didepan dia kan ? Jadi letak kesalahan gue dimana ? Kadang gue gak ngerti sama pemikiran cewek."
Kini beberapa murid mulai menontoni mereka, ada yang terang-terangan, ada pula yang pura-pura tidak peduli padahal diam-diam menguping juga.
"Mau gue sebutin satu-satu kesalahan lo ? Kesalahan lo itu banyak Zra. Dengan lo dateng kesini dan kasih gue titipan Bunda, itupun udah termasuk salah !!"
Ezra menaikan sebelah alisnya seolah bertanya. "Lo ngerti gak sih maksud gue ?"
"Gimana gue mau ngerti maksud lo kalau lo nya aja gak kasih tau dengan jelas pembicaraan lo tadi." Ezra mengangkat kedua bahunya.
"Ok, stop it. Gue tau tujuan lo bikin masalah ini karena pengen mancing emosi gue. Biar gue keceplosan dan bilang 'semuanya'. Tapi maaf gue bukan cewek yang begitu." Syifa menghela nafasnya lelah. Menghadapi Pangeran Es nya Karen memang tiada habisnya.
Syifa bangkit dan berjalan. Tujuannya mengejar Karen dan memberi penjelasan. Tapi kata-kata Ezra menghentikan langkahnya.
"Dan karena alasan itupula, kenapa gue suka sama lo. Karen terlalu tempramen buat gue yang suka ketenangan."
***
Bukan Kantin yang Karen tuju seperti yang dikatakannya tadi. Melainkan berbelok kekoridor sepi dimana tempat pelarian yang tepat untuknya.
Zulfa hanya diam mengikuti langkah kaki Karen yang kelewat cepat. Bahkan bisa dikatakan berlari kecil.
"Tinggalin gue sendiri Zul." ucap Karen dingin. Manik matanya menyiratkan kepedihan, mungkin kalau ia mengedip air mata yang menggenang itu akan jatuh.
Zulfa memahaminya, ia tidak tersinggung sedikitpun karena pengusiran Karen.
"Dan gue mohon dengan sangat amat, janga kasih tau Syifa ada dimana gue saat ini. Jangan tanya lagi alasannya, karena gue yakin, elo gak bodoh."
Ia mengangguk dan keluar meninggalkan Karen diruang berbau khas itu. Ia juga tidak akan memberitahu Syifa akan hal ini.
Tapi baru saja menutup pintu UKS dirinya dikejutkan dengan kemunculan Kanaka diujung koridor. Zulfa sudah pasti tidak dapat menjaga rahasia Karen kalau Kanaka yang bertanya.
"Didalem ?"
Zulfa mengangguk, bagaimanapun ia tidak akan bisa bohong. Dalam hati ia banyak mengucapkan kata maaf pada Karen.
Kanaka membuka pintu itu, berjalan kearah tempat paling ujung dan dekat dengan jendela. Ia tebak, Karen pasti disana. Itu terlihat dari tirai yang ditutupnya.
"Dengan lari begini gak akan mengubah apapun dalam hubungan lo sama dia." Ucapnya tanya menyibak tirai putih itu. Kanaka malah membaringkan tubuhnya diranjang sebelah.
Sedangkan Karen menutup matanya dengan air mata yang kian meluap. Tanpa dibuka pun, ia tahu siapa yang berbicara seperti itu.
"Malah dengan lo lari, dia akan semakin jauh. Begitu juga sama hubungan kalian yang gak akan mencapai titik temu."
![](https://img.wattpad.com/cover/156382060-288-k936304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Jugendliteratur"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...