***
Yang bisa kita lakukan sebagai hamba hanyalah berharap.
Selebihnya tuhan lah yang bertindak***
"IYA BENTAR !!" Teriak Karen nyaring saat mendengar bunyi ketukan dipintu rumahnya. Ia sedang dikamar Mamanya menaruh baju yang baru ia gosok.
Gadis dengan kaos bertulisan 'Happy now' itu membuka pintu dengar tergesa-gesa. Lagipula siapa yang berkunjung kerumah siang menjelang sore seperti ini sih ?! Mamanya tidak mungkin, Karen tahu betul jam pulang kerja dan jam kemungkinan Gina lembur. Kalau Papanya tidak mungkin juga, ia pasti sedang menemani Riana dirumah sakit. Adik tirinya itu pasti sangat senang sekarang. Berbeda dengan dirinya. Dan rasanya tidak pantas ia mengenakan kaos bertulisan 'Happy now' karena kenyataannya, berbanding terbalik dengan fakta.
"ELO ?!"
Karen terkejut melihat siapa yang datang. Seorang Pria dengan gaya khas nya yang cengar-cengir. "Ngapain Lo ?!"
"Galak amat sih Mbk-nya, nanti cepet tua loh." Kan mulai kumat penyakitnya, gak pernah bener kalau jawab pertanyaan orang lain.
"Saya kesini berniat meminta tolong. Saya dari Malang, kesini mau kerumah anak saya. Tapi, kata tetangganya dia pindah sudah lama. Dan uang saya habis. Jikalau Mbk berbaik hati, maukah menolong saya ?" ucapnya sambil memasang tampang melas. Tapi tak berpengaruh pada Karen, ia tetap saja menatap jengah orang dihadapannya.
Karen memutar bola matanya. "Please ya, kalau mau ayan, jangan kumat disini. Cepet lo mau ngapain kesini ? Dan jangan bilang lo mau minta makan, gue belum masak."
"Elo tau banget deh kalau gue laper. Kayaknya kita emang udah ditakdirin berjodoh Ren."
"Cepet bilang mau ngapain !! Gue masih banyak kerjaan daripada ngeladenin orang sinting macem elo Kanaka !!"
Kanaka menjinjitkan kakinya, ingin melihat bagian dalam rumah Karen. "Ada siapa dirumah ?"
"Bisa gak sih lo itu jawab pertanyaan gue, bukannya malah tanya balik ??" Karen geram sendiri jadinya.
"Harusnya sebagai tuan rumah yang baik, lo itu suruh kek tamunya masuk, kasih minum, ajak ngobrol baik-baik. Bukan malah nanya dengan nada ngusir." dan dengan santainya, Kanaka nyelonong masuk kerumah Karen tanpa perintah.
Karen melongo melihat kelakuan Kanaka. "KELUAR !!" Perintahnya dengan menunjuk kearah depan.
Karen bertambah kesal saat Kanaka malah seolah tak menghiraukan perintahnya, ia malah memeluk bantal kursi dan menatap Karen.
"Gue capek ngomong sama lo. Masih ngerti bahasa manusia kan lo ?"
Kanaka mengangguk. "Lo mau ngapain sih kesini ?!"
"Jogging." balasnya singkat.
"Hah ? Maksudnya apa ?" tanya Karen bingung. Lagipula salah Kanaka yang bicara setengah-setengah.
"Ah lo mah pura-pura gak tau deh. Gue ngajakin lo Jogging." Kanaka meletakan kembali bantak tersebut dan menyenderkan kepalanya disofa. "Cepet ganti baju !!"
"Siapa yang setuju lo ajak Jogging coba ?!"
"Gue gak ngajak, gue maksa."
"Cepet gue tunggu lo ganti baju. Lima menit."
Karen menghembuskan nafasnya lelah, ia ingin teriak mengusir Kanaka, tapi apa kata tetangganya nanti ? Anak gadis kok teriak-teriak. Lagipula ia sudah tidak ada pekerjaan. Ia sengaja berbohong pada Kanaka tadi.
Setelah itu Karen lekas memeriksa pintu dapur dan menguncinya. "Bangun lo !! Tadi aja sibuk banget ngajakin." Karen mendumel.
"Lagian kenapa gak ajak temen-temen lo aja sih ? Kan katanya lo banyak temen. Atau cari pacar, bukan malah ngusilin pacar orang mulu. Dasar jomblo." Karen menekan kalimat terakhirnya diiringi senyum mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Roman pour Adolescents"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...