"Woy !! Gila ya lo, kenapa kemaren gak sekolah coba ?!" Teriak Syifa yang baru saja datang. Zulfa dan Karen hanya tutup kuping mendengarnya.
"Buset dah, itu suara cempreng amat." gerutu Zulfa.
"Karen jawab pertanyaan gue !!"
"Eh malah senyum-senyum kayak orang kurang ini anak." balas Zulfa dengan sedikit heran. Harusnya kan Karen tegang karena ia akan ikut ulangan susulan, eh ini malah tenang-tenang saja. Bahkan masih bisa bercanda, biasanya kalau sudah masalah Kimia, Karen akan bicara ngelantur, marah-marah terus karena ia tidak tahu apa yang harus dijawab. Dan apa yang dilihatnya pagi ini bukan Karen sama sekali.
"Ish, gue baru senyum-senyum aja udah dibilangin kurang, gak berperikebahagiaan banget. Gue kan lagi seneng." Ujar Karen.
"Berperikebahagiaan ? Baru denger gue. Lagian ya, elo Karen kan ?! Heran deh gue, kenapa bisa-bisa gak sekolah saat ulangan Kimia. Gue sama Zulfa tuh hanya bertindak sebagai sahabat yang baik sama lo. Karna yang gue tau, Karen itu oon banget sama Kimia. Bahkan gue tau, buku catatan lo itu cuman ada beberapa lembar yang ditulis, sedangkan kita tuh udah hampir satu semester Ren. Bayangain !!" Syifa langsung mengambil botol minum Zulfa setelah berbicara. Sedangkan Karen hanya diam dengan bibir yang tetap melengkung sempurna. Ia tahu betapa khawatirnya Syifa akan nilai Karen. Sungguh beruntung memiliki sahabat sepertinya, ya walau terkadang menyebalkan.
"Tuh kan, bukan nya jawab lo !!" Syifa melipat kedua tangan didepan dada lalu membuang pandangannya. "Kesel gue. Dikasih tau malah gak dianggep." tambahnya.
Karen menunduk. "Gue cuman lagi seneng aja Fa. Apa salahnya ?"
"Udah deh, gini aja dipermasalahin." Zulfa menengahi. "Biarin aja dia senyum-senyum sekarang sebelum dihantui sama rumus Kimia."
"Jahat lo." ucap Karen sambil mendorong pelan bahu Zulfa.
"Dih lo belum aja liat soalnya. Langsung pengen muntah gue. Lo tau sendiri kan Bu Heni gimana ? Untung aja ada Dilla, penyelamat kami semua. Kalau enggak, gue gak tau mau gue isi apa itu kertas."
Seluruh murid kelas XI IPS 4 kecuali yang tidak hadir hari itu memang harus banyak-banyak berterima kasih pada Dilla. Kalau tiak ada dia entah bagaimana cara mereka mengerjakan soal itu. Ardilla Kinanti, dulunya ia anak IPA, tapi ketika kenaikan kelas dia pindah ke IPS. Katanya, bersaing dengan anak IPA itu susah. Ditambah lagi banyak nya rumus yang harus dihafal dan praktek yang harus dijalani.
"Tapi gue tadi malem belajar Kimia kok."
"Belajar apa lo ?" tanya Zulfa.
"Termokimia." ucapnya santai.
"WHAT ?!" Teriak Zulfa dan Syifa bersamaan. "Itu pelajaran sebelum UTS Karen !!" Zulfa jadi gemas sendiri.
"Kita tuh ulangan kesetimbangan. Bukan Termokimia." Syifa menambahi.
"Jadi gak guna dong ?" tanya Karen layaknya orang bodoh dengan menggaruk-garuk kepalanya tidak gatal.
"Ya kagak lah. Heran deh gue, pas Bu Heni ngasih tau lo ngapain ? Ngelindur ?!"
"Dengerin lah, tapi pas bel bunyi terus kalian ngajak ke kantin, ya keluar lagi." Diiringi cengiran Karen menjawab.
Lalu ketiganya mulai beranjak kebangku masing-masing ketika sang pemilik bangku sudah datang. Ya mereka memang tidak sebangku satu sama lain. Mereka punya penjanjian tersendiri akan hal itu. Mereka kan bertiga jadi pasti ada satu yang tidak duduk bersama. Maka dari itu, diputuskan bahwa mereka bertiga tidak boleh sebangku. Tapi tetap saja letak tempat duduk mereka tidak jauh-jauh. Zulfa dibelakang Karen dan Syifa diseberang kanannya. Jadi kalaupun pisah mereka tetap bisa ngegosip berjamaah.
![](https://img.wattpad.com/cover/156382060-288-k936304.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Teen Fiction"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...