***
Terkadang kita hanya mengeluh saat dihadapkan pada pilihan
Tanpa mau susah-susah bingung sendirian
Lalu salah siapa saat pilihan tidak berjalan seperti yang direncanakan ?***
"Enak ya pelukan sama cewek lain."
Suara itu menyentak keduanya. Buru-buru mereka memisahkan diri. Rahang pria itu mengeras, begitu pula dengan Ezra.
Ezra menggeram melihat siapa yang berbicara. Sedangkan sipembicara hanya menyenderkan penggungnya santai dipohon besar dibelakangnya.
Kanaka terkekeh. "Kenapa muka-nya kaget gitu sih ?" Kanaka bicara dengan wajah pura-pura tidak tahu.
"Apa yang lo lakuin disitu ?!" ucap Ezra diiringi sedikit geraman.
"Ngeliatin lo sama itu cewek pelukanlah." balasnya santai. "Boleh juga selera lo sekarang. Lebih berisi dan berani daripada Karen."
Sabrina yang tidak tahu-menahu hanya diam dan menatap lawan bicara Ezra. Seperti nya ia pernah melihat orang itu. Ah, iya dia ingat. Itu orang yang ditemuinya ditaman sore waktu itu. Tapi untuk nama Karen, ia asing dengan itu.
"Gak usah jadiin ini sebagai senjata lo buat rusak hubungan gue sama Karen."
"Gue mau rusak hubungan lo sama Karen ? Gak salah tuh ? Justru dengan begini itu artinya, lo sendiri yang ngehancurin hubungan lo sama Karen."
Sabrina tidak tahu siapa itu Karen sampai-sampai kedua pria ini mempermasalahkannya. Tapi yang pasti, wanita bernama Karen itu penting dihidup keduanya.
"H'eh, gue gak nyangka ternyata cowok baik macem lo juga bisa selingkuh ya ?"
"Dia gak selingkuh." Sabrina tidak bisa diam saja kali ini, setidaknya ini balas budinya kepada Ezra. "Dia cuman dengarin curhatan gue tadi. Kalau lo mempermasalahkan pelukan, itu hanya sebagai perlakuan yang menenangkan. Itu semata-mata hanya buat nenangin gue. Selebihnya gak terjadi apa-apa."
"Wow, skenario yang menarik." Kanaka mengelus dagunya. "Tapi sayangnya, gue gak tertarik untuk percaya gitu aja."
"Biarin aja Sab, karena dia akan halalin berbagai macam cara untuk dapetin kembali Karen. Cowok picik macam dia akan jadiin ini senjata untuk merusak segalanya." Ezra dan Sabrina kini saling menerjang Kanaka dengan ucapannya. "Tapi sayangnya, gue dan Karen udah berjanji untuk saling percaya satu sama lain."
"Elo kira gue peduli ? Seperti halnya kesabaran, kepercayaan itu juga ada batasnya. Yang sudah nikah bertahun-tahun aja banyak yang cerai karena masalah tidak adanya lagi kepercayaan. Yakin kalian yang masih pacaran bisa saling percaya satu sama lain ?"
Ezra dan Sabrina kini yang terdiam. Tak lama Kanaka menegakkan punggungnya. "Lo tau, Karen mungkin akan sangat kecewa kalau tau masalah ini." Lalu Kanaka beranjak pergi.
Ezra menghela nafasnya gusar. Ia menoleh saat ada tangan yang menyampir dibahunya.
"G--gue minta maaf. . ." ucap Sabrina tulus. "Ini semua asalnya dari gue."
"Ini bukan salah lo kok. Seperti kata lo, gue cuman mau jadi orang baik disisi orang jahat."
Lalu keduanya tersenyum. Sabrina sempat khawatir kalau Ezra akan menyalahkan dirinya. Ternyata tidak seperti yang ia pikirkan. Ezra terlalu baik.
"Elo terlalu baik Zra. Bahkan sama orang baru lo kenal." Sabrina menunduk.
"Gak ada alasan gue untuk berbuat jahat sama orang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Teen Fiction"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...