27 • US

27 3 0
                                    

Ada yang terluka tapi senyum tetap terpancar. Ada yang bahagia tapi tidak tahu apa alasannya. Lalu, ada yang merasa jatuh cinta tanpa tahu pada siapa.

Hidup memang terkadang tidak logis jika dipikirkan. Semua yang tidak pernah diduga muncul begitu saja, dan sebaliknya. Jika sudah begini, anggap saja tuhan sedang memberi sedikit sentuhan tinta di skenario hambanya. Bukan jahat, ia hanya memberikan buah dari apa yang pernah kita lakukan sebelumnya.

Tidak ada alasan untuk mengeluh. Yang ada hanya bagaimana kita tetap bersyukur atas apa yang diberinya.

Gadis itu terpengkur dalam lamunannya. Ditengah taman kota yang sangat ramai mengingat ini hari libur. Semua orang dilihatnya bahagia, kecuali dirinya. Bagaimana ia bisa menyimpulkan hal ini ? Tentu saja mudah.

Tidak ada orang yang datang tanpa teman, dalam artian sendirian. Ya, mungkin ada beberapa orang yang datang sendiri, tapi pasti ia menunggu teman. Sedangkan dirinya ? Tampak sungguh menyedihkan tanpa seseorang pun disampingnya.

Ia mengusap lengannya. Angin malam terasa lebih dingin, ditambah lagi pakaian yang ia gunakan sangat terbuka. Baju berkerah sabrina, seperti nama-nya. Ia ingin beranjak, tapi lagi-lagi terdiam kembali. Ia tidak tahu akan kemana setelah ini.

Disini setidaknya tidak ada orang yang menatapnya dengan pandangan menilai. Ya, mungkin semua orang terlalu serius dengan apa yang mereka kerjakan. Tidak seperti yang ia rasakan ketika di Mall atau Caffe, ia akan dipandang menyedihkan karena datang sendirian lengkap dengan pandangan kosongnya.

Lalu didengarnya suara langkah kaki yang mendekat, dengan suara keras khas laki-laki. Tapi bukan itu yang ia takuti, gerombolan itu mengapa padanya. Ia tahu siapa orang-orang itu. Bukan orang jahat memang, tapi tetap saja ia takut.

Setahunya, mereka adalah preman yang memang mengklaim taman ini sebagai daerah kekuasaan mereka. Preman itu tidak jahat pada pengunjung, mereka hanya suka meminta semacam bayaran pada para pedagang yang berjualan disekitar sini. Karena letaknya yang ditengah kota membuat banyak orang yang memanfaatkan hal ini untuk berjualan.

Sabrina bangkit, jujur saja dengan melihat penampilan gerombolan itu lebih dekat, ia merasa takut. Bagaimana pun, ia juga perempuan yang tenaganya akan kalah jika melawan para pria yang otot besar seperti mereka. Tapi ia tidak ketara menunjukan ketakutannya agar mereka tidak curiga dan malah menjadi-jadi.

Lalu Preman-Preman itu berjalan melaluinya. Ia akan menarik nafas lega andai saja seorang dari baris paling belakang mereka itu berhenti dan menegurnya.

"Cewek, sendirian aja nih ?" goda lelaki dengan tindik ditelinganya. Sontak saja gerombolan itu ikut terhenti dan memandangnya.

Sabrina membuang wajahmu kearah lain. Dalam hati ia menyesal menggunakan pakai seterbuka ini. Dengan baju kerah sabrina dan celana pendek yang hanya bisa menutupi setengah pahanya.

"Cakep-cakep kok sendirian sih neng ? Abang juga sendirian loh. Mending sama abang aja neng. Eneng dapet pasangan, abang dapet badan." Ucap pria itu lagi dengan kurang ajarnya.

Sabrina bangkit melipat kedua tanganmu didepan dada. "Abang-abang pala lo peyang !! Nyokap gue gak pernah ngelahirin manusia semenjijikan macam elo !" ia terpancing mengatakan hal ini, jika saja pria itu tidak mengatakan tentang 'badan' ia tidak akan seperti ini.

"Woahh....." ucap pria yang lebih besar. Seperti nya ia adalah ketua mereka. "Ocehan lo boleh juga. Cukup berani." lalu mereka bertepuk tangan meremehkan.

"Emangnya apa yang gue takutin sama orang-orang miskin kayak kalian ?! Bahkan gelandangan masih lebih kaya daripada tukang malakin kayak kalian !!" wajah Sabrina merah padam, ia tidak lagi memikirkan apa yang nanti terjadi.

BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang