Playlist : amnesia-5sos
***
Ada saat dimana ingin mati saja, daripada merasakan pahitnya dunia. Tapi sesorang berkata: hiduplah tanpa alasan tapi kebahagiaan. Karena alasan hanya untuk orang yang punya tujuan. Sedangkan orang bahagia seperti kita, akan hidup tanpa rasa luka
***"Apa alasannya ? Karna gue gak akan minta hal ini untuk kedua kalinya."
Kanaka sejenak terdiam. "Dan dengerin ini baik-baik. Karna gue gak bakal ngejelasin dua kali."
Sontak Kanaka mendapat lemparan bantal oleh Karen. I terkadang benci dengan sifat kanaka yang selalu saya membalikan perkataan orang lain. Tapi bukan itu masalahnya sekarang.
"Alika....." ada jeda diantaranya. "Cewek yang lo liat malem itu, disini, tepat disamping kursi yang gue dudukin." Kanaka menjelaskan secara rinci.
"Dan malam itu juga adalah malam terakhir dia."
Karen mendongak seketika. Ini tidak mungkin benar, pasti Kanaka hanya bercanda. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, dan Kanaka melihat hal itu.
"That's true. Gue gak bohong akan hal ini. Walaupun gue orang yang gak pernah serius, mana mungkin gue mau mainin kematian seseorang."
"Malam itu, dia dateng kesini. Sambil nangis dan langsung bersujud didepan gue." Kanaka memejamkan matanya, karena jujur saja, kini mulai terasa pedih.
"Disaat itu juga gue tau yang sebenarnya. Alasan kenapa keluarga gue bisa segini berantakannya. Kalau aja malam itu lo gak kesini, masalahnya gak akan serumit ini Ren."
Ada rasa bersalah dihatu kecil Karen meski ia belum mengetahui alasan itu. Yah, dilihat dari ekspresi Kanaka.
"Ibunya meninggal sekitar seminggu sebelumnya. Saat itu juga, rumah ini jadi ramai. Setiap hari, Mama selalu menjerit kesakitan, dan Papa ? Dia cuma ngeliatin tanpa mau bantu sedikitpun. Mama ada masalah dengan salah satu ginjalnya. Dan lo tau bentuk kegagalan gue sebagai anak adalah ketika gue gak tahu hal itu sama sekali."
Binar mata Kanaka yang biasanya ceria, luntur seketika. Matanya berkaca-kaca dan tidak ada lagi senyum cenggengesan darinya.
"Tapi ada bagian yang lebih parah daripada Papa yang cuma ngeliatin saat Mama kesakitan, adalah ketika Alika dateng malam itu. Gue sendirian dirumah, dan gue gak tau kalau elo ataupun dia bakal kesini dalam waktu yang gak tepat. Papa nemenin Mama dirumah sakit karena gue paksa."
"Gue terlalu bodoh untuk mencari tau alasan Papa berbuat kayak gitu. Sampai akhirnya gue tau semua itu dari Alika."
Kedua tangan Kanaka mengepal sampai urat-uratnya terlihat menonjol.
"Papa gue selingkuh Ren."
Lalu setelahnya, air mata membasahi pipi Kanaka. "Sama Ibu-nya Alika."
Karen dibuat terkejut akan fakta yang baru saja ia dengar. Ada kesedihan saat Kanaka mengatakan hal ini.
"Nyokap dia tau kalau Papa udah punya keluarga, tapi mereka tetap aja. Gue bener-bener benci fakta itu. Alika sujud didepan gue, dan memohon maaf. Walau sebenernya gue gak pernah maafin hal itu."
Ia menarik nafas panjang. "Bisa lo bayangin gimana rasanya jadi Mama ? Dia gak hanya sakit secara fisik tapi juga batin. Penyakitnya tambah parah sejak tau kelakuan Papa. Mama makin sering masuk rumah sakit. Saat itu, gue pikir karna penyakit Mama yang bikin dia kayak gitu. Tapi bukan. Orang yang dianggap akan genggam tangan dia saat kesakitan malah selingkuh dibelakang."
"Sebelum meninggal, Ibu-nya Alika punya permintaan sama Alika."
"Dia minta Alika untuk donorin ginjalnya untuk Mama. Dia bahkan udah mencocokan segala hal."
"Lagipula, udah gak ada alasan untuk gue bertahan hidup. Ibu udah pergi jauh. Gue gak punya siapa-siapa lagi."
Kanaka beranjak dari duduknya. "Dan lo pikir gue setuju gitu sama argumen gila lo itu ?"
"Please, Ka. Seengaknya itu alasan gue dilahirin didunia ini." ucapnya sambil menangis sesak. "Gue pikir alasan gue hidup adalah untuk buat Ibu bahagia. Tapi bukan, tuhan ciptain gue untuk membantu orang lain. Orang yang berhak hidup lebih lama. Orang yang udah Ibu rebut kebahagiaanya."
"Malam ini, gue kesini bukan untuk meminta persetujuan lo. Tapi hanya sekedar kasih tau. Karna dengan atau tanpa persetujuan lo, gue udah dijadwalkan operasi besok."
"Lo gila !!" teriak Kanaka sambil menggoncangkan kedua bahu Alika, seolah menyadarkan.
"Mama gue pasti bisa sembuh tanpa bantuan dari lo. Rumah sakit udah mendaftarkan dia untuk dapat donor. Lo gak perlu repot-repot. Walau dia Mama gue, orang yang selama hidup gue berjasa, gue gak akan bisa biarin orang yang 'terpaksa' untuk bantu dia ngelakuin hal ini."
Tapi tatapan memohon dari Alika membuat pertahanan Kanaka runtuh. Sejujurnya, ia ingin egois. Ia mau Mama-nya mendapat donor ginjal secepatnya. Ia mau Mamanya kembali sehat seperti semula. Permintaannya juga sama seperti anak-anak lainnya.
Tapi mengorbankan Alika ? Sepertinya bukan pilihan yang tepat. Gadis itu maish muda dan berhak memperjuangkan mimpi-mimpinya. Walau alasan dari mimpinya sudah meninggal.
Lama terdiam. Pertahanan Kanaka runtuh. Ia tak lagi memikirkan nasib Alika.
"Gue bakal setuju, asalkan gue bisa menuhin segala permintaan lo sampau besok."
Binar senang terlihat dari kedua mata Alika. Ia mengangguk setuju.
"Sekarang bilang, apa yang lo mau. Apapun itu akan gue lakuin."
"Apapun ?" Kanaka mengangguk.
Alika terdiam sejenak, lalu menunduk. "Peluk gue."
Dan setelahnya, keduanya hanyut. "Gue gak sekuat itu untuk ngehadapin besok. Gue juga takut. Takut kalau besok gak berjalan dengan semestinya, takut kalau ternyata ginjal Mama lo gak bisa diterima ditubuh gue."
"Gue juga takut mati......" lirihnya.
"Pas saat itu, lo datang. Saat posisi gue sama Alika buat lo salah paham."
Karen menangis sesegukan. Ia tidak tahu fakta yang begitu mencengangkan ini. Ia malu akan dirinya sendiri yang sudah menyalahkan Kanaka tentang segala kesedihannya.
Kanaka mendekat dan mengusap air mata Karen. Tapi gadis yang masih menangis itu mengejutkannya. Karen menenggelamkan wajahnya dipelukan Kanaka.
"Kenapa lo gak pernah cerita sama gue ? Kenapa lo bisa rahasiain selama ini ? Kenapa lo masih bisa ngeselin ? Dan kenapa lo masih mau ngejer gue yang jelas-jelas gak ngertiin elo ? Kenapa Ka....."
"Karena gue tau, lo pasti bakal nangis kayak sekarang."
"Dasar cengeng." ejek Kanaka sambil mengusap punggung Karen.
Dengan masih menangis, Karen mencubit pinggang Kanaka. "Aw !! Sakit Ren !!"
"Biarin. Gue lagi marah sama elo. Dalam keadaan gini, lo masih bisa ngejekin gue."
"Marah tapi kok nyaman banget dipeluk gue."
Karen menjenggut rambut Kanaka dari belakang karena kesal. "Aw... Lo mah bar-bar banget sih !!"
"Kalau suka gue peluk, bilang aja sih. Soalnya gue juga suka."
***
Tbc
Vomment please !!!
Long time no up heheheWidya np
7 SEPTEMBER 2019

KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN
Teen Fiction"Ketika masa lalu membuka lembaran baru" Bagi Karenina, Kanaka itu hanya mantan yang sukanya merusak kebahagiaan yang kini mulai ia rasakan. Sedangkan menurut Kanaka, mengganggu sang mantan membawanya pada kesenangan. Kanaka yang sibuk mengurusi hub...