Happy Reading ❤
Naya memulai hari pertama masuk sekolah dengan perasaan gembira. Setelah libur yang cukup lama, ia kembali menjadi anak sekolahan, tetapi dengan penampilan yang berbeda dari biasanya.
Biasanya ia mengenakan pakaian biru putih ala anak SMP, namun di hari senin ini ia mengenakan seragam putih abu-abu lengkap dengan hijab berwarna senada dengan rok panjangnya.
Tidak lupa ia mengalungkan dasi, walaupun benda itu tertutupi oleh hijab yang menutupi bagian dadanya.
Setelah Naya merasa penampilannya cukup rapi, ia meraih tas punggungnya, tidak lupa juga dengan benda pipih yang selalu ia bawa ke mana pun. Tidak hanya Naya saja yang sering mengenggamnya, dikalangan anak-anak sampai orangtua pun sering menggengamnya.
Tiba-tiba saja perutnya merasa mules saat kakinya hampir sampai di anak tangga terakhir. Segera ia melepas tas yang melekat pada punggungnya ke sembarang tempat, ia juga hampir melempar benda pipih yang ia genggam. Perutnya benar-benar terasa sakit.
Naya melakukan ritual paginya dengan berjongkok di toilet. Ketukan pintu tidak ia hiraukan, yang terpenting perutnya tidak menganggu hari yang dinanti oleh anak pelajar.
Setelah Naya merasa perutnya tidak sakit lagi, ia buru-buru mengambil air untuk menyiram kotoran itu.
"Sial, nggak mau masuk lagi!" makinya.
Pada siraman ke 10, barulah kotoran itu lenyap. Naya bernapas lega.
Ia menuruni anak tangga dengan berlari kecil. Tidak ada waktu untuk sarapan, kurang 15 menit jam menunjukkan keangka 7.
Naya mencomot roti yang disediakan oleh mamanya, lalu berlari untuk menuju pintu.
"Nay, tas kamu," teriak mamanya memenuhi seisi ruangan.
Seketika Naya berhenti setelah suara mamanya terdengar oleh telinga.
Naya menepuk jidatnya, "Oiya, Naya lupa, Ma. Naya juga lupa pakai sepatu."
"Hilangin kebiasaan buruk kamu yang ceroboh ini," nasihat mamanya.
"Iya, Ma, maaf,"
Setelah memakai sepatu dan menggendong tasnya, Naya mencium punggung tangan wanita paruh baya yang berada di hadapannya.
"Nay, cepat, Papa telat ke kantor,"
Naya semakin tergesa-gesa, ia berlari sekencang mungkin untuk cepat sampai di parkiran rumahnya.
***
Naya bersyukur masih ada beberapa murid yang baru datang sepertinya dan yang paling membuatnya bernapas lega yaitu pagar yang belum tertutup rapat.
Ia masih memiliki peluang untuk masuk ke halaman sekolah yang dipenuhi oleh murid baru maupun lama.
Saat Naya mencari barisan murid baru, ia tidak sengaja menabrak seseorang. Naya tersentak melihat orang itu, jantungnya berpacu lebih cepat.
"Kalau jalan itu pakai mata, bukan pakai dengkul!" seru orang yang berada di hadapannya. Tatapannya nyalang. Seketika nyali Naya ciut. Ia menundukkan kepalanya melihat sepatu baru yang menjadi alas kakinya.
"Ma-maaf, Kak," ucapnya bergetar.
Cowok itu langsung saja meninggalkan Naya dengan ketakutannya. Naya kesal, ia memberi sumpah serapah kepada cowok itu.
"Dasar," rutuknya dengan suara kecil nyaris seperti bisikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijaber [SEGERA TERBIT]
SpiritualJika merelakan adalah cara terbaik, maka akan aku lakukan meskipun usahaku tak mendapatkan hasil yang terbaik untuk memilikimu. Jika kamu bukan jodohku, lantas aku bisa apa? Kehendak Allah SWT. tak akan pernah ada yang bisa menolaknya.