Happy Reading ❤
Pagi ini Naya terpaksa berangkat ke sekolah menggunakan angkutan umum, dikarenakan papanya sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Sedangkan mamanya pagi-pagi sekali sudah pergi ke toko kue milik keluarganya.
Sedari tadi Naya celingak-celinguk menunggu angkot yang akan membawanya ke sekolah, tapi tak ada satupun yang berhasil tertangkap oleh indera penglihatannya.
Naya gelisah, ia takut akan telat. Apa lagi kalau ia sampai bertemu dengan cowok cuek dan menyebalkan seperti Eza, rasanya ia ingin merukiahnya saat ini juga agar setan-setan yang melekat pada tubuhnya pergi meninggalkan cowok menyebalkan itu.
Naya memicingkan matanya saat melihat motor berwarna hitam yang menghampiri dirinya. Orang yang mengendarainya memakai seragam batik sama persis seperti seragam yang Naya gunakan. Ia tidak bisa melihat jelas siapa orangnya, karena orang itu memakai helm full face.
Saat orang itu membuka helm yang menutupi wajahnya, Naya membelalakkan matanya. Orang itu adalah Eza Dittoaga, ketua osis yang cuek dan menyebalkan, belum lagi sikapnya yang arogan.
"Ayo naik," perintahnya to the point, tidak lupa dengan sikapnya yang semena-mena.
"Dari mana kamu tau kalau aku naik angkot?" tanyanya penasaran.
"Udah nggak usah bawel, ayo naik."
"Maaf, aku nggak bisa dibonceng sama cowok, karena itu dosa." ujar Naya sedikit menceramahi.
"Bilang saja kalau mau dijemput pakai mobil. Dasar cewek!" Eza memakai helmnya berniat pergi meninggalkan Naya.
"Bukan masalah itu. Jangan nilai orang seenaknya aja. Aku nggak mau satu kendaraan sama cowok, kalau sewaktu-waktu ada apa-apa di jalan dalam keadaan bersama cowok yang bukan mahromnya, terus nyawa kita nggak tertolong, itu sama aja kita melanggar aturan dari Allah." jelas Naya panjang lebar.
"Udah ceramahnya?"
"Aku nggak ceramah, aku cuma kasih taju apa yang aku tahu."
Eza pergi meninggalkan Naya seorang diri tanpa berpamitan. Lagi-lagi cowok itu membuatnya kesal di pagi hari. Tak lama dari kepergian Eza, sebuah kendaraan umum berhenti tepat di depan Naya, segera Naya naik ke dalam angkot.
Naya tak sendiri di dalam angkot itu, ada beberapa anak sekolahan dan juga ibu-ibu yang Naya duga baru pulang dari pasar dan tentunya juga ada abang sopir yang mengendarai angkot membelah kota Jogja yang ramai dan padat.
***
Gedung berwarna putih tulang berdiri kokoh dan megah serta pilar-pilar yang menjulang tinggi membuat Naya berdecak kagum. Gedung yang bertuliskan 'Pameran Lukisan' itu membuat ia takjub saat melihatnya, Naya dan siswa-siswi SMA Nusa Bakti tidak menyangka akan diundang untuk ikut memeriahkan pameran lukisan yang diadakan oleh SMA Rajawali.
Mereka dibuat takjub saat melihat keindahan lukisan yang tertampang saat memasuki ruangan yang hampir setiap sudutnya dihiasai oleh lukisan-lukisan karya siswa-siswi SMA Rajawali.
Mata Naya berbinar saat melihat lukisan yang menggambarkan wanita bercadar dan seorang laki-laki membawa Al-Qur'an yang didekapnya. Tiba-tiba Naya merasakan bahu sebelah kirinya disentuh oleh seseorang, dengan cepat ia menoleh ke samping. Seorang cowok yang memakai seragam berbeda dengannya, sudah Naya pastikan cowok itu berasal dari SMA Rajawali.
Cowok itu tersenyum saat melihat lukisan yang sangat indah melekat pada permukaan kanvas, Naya menautkan alisnya, merasa aneh dengan cowok yang berdiri di sampingnya. Mungkin dia sedikit waras, pikir Naya. Lalu, Naya memfokuskan lagi pandangannya pada lukisan yang sangat apik.
"Kamu suka?" Suara itu membuat Naya mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari lukisan itu.
"Terima kasih," ucap cowok jangkung yang berdiri di samping Naya.
"Maksudnya?" Naya menoleh setelah mendengar ucapan dari laki-laki itu.
"Terima kasih sudah suka sama lukisan aku yang jauh dari kata sempurna."
Naya melongo mendengar penyataan dari cowok yang belum diketahui namanya, ia tak menyangka lukisan itu lahir dari seorang laki-laki yang berpenampilan urakkan. Jauh dari bayangan Naya, ia mengira seseorang yang membuatnya berpenampilan islami, seperti berhijab atau berpenampilan rapi.
Naya memutar bola matanya malas, tidak percaya pada pernyataan laki-laki itu. Naya memilih untuk pergi dari pada meladeni orang yang mengaku-ngaku karya orang lain. Tidak tahu malu!
"Aku tahu, pasti kamu nggak percaya!" Teriakan itu berhasil membuat orang-orang di sekitar memusatkan pandangannya pada cowok urakkan yang menganggap karya orang sebagai karyanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijaber [SEGERA TERBIT]
SpiritualJika merelakan adalah cara terbaik, maka akan aku lakukan meskipun usahaku tak mendapatkan hasil yang terbaik untuk memilikimu. Jika kamu bukan jodohku, lantas aku bisa apa? Kehendak Allah SWT. tak akan pernah ada yang bisa menolaknya.