Hijaber 23

3.2K 182 5
                                    

Happy Reading ❤

Pukul 02.15 dini hari, Eza terjaga dari tidurnya karena mimpi yang sangat buruk. Pikirannya melayang memikirkan Naya yang terbaring di rumah sakit, entah mengapa ia memiliki perasaan tidak enak mengenai gadis itu.

Ia memutuskan untuk mengambil air wudhu karena pikirannya sudah tak karuan lagi. Eza ingin menenangkan diri dengan bercakap kepada Sang Pencipta.

Selesai melaksanakan sholat dan berdoa, Eza menuju dapur untuk mengambil air minum. Namun, saat ia menuruni anak tangga, tak sengaja matanya melihat sosok perempuan yang sedang duduk sendirian di sofa ruang tamu tanpa menyalakan televisi ataupun lampu.

Bulu kuduk Eza berdiri, jantungnya berdebar. Meskipun Eza laki-laki tapi ia masih memiliki jiwa penakut. Mana ada manusia yang tidak takut dengan hal-hal gaib. Jangan percaya kalau hanya mengatakan kaget, itu hanya alibi seorang laki-laki.

Eza menelan salivanya, jujur saja saat ini ia sangat ketakutan. Banyak kemungkinan yang bersarang di pikirannya, mungkin saja maling yang hanya mencoba sofa empuk di rumahnya, dan mungkin saja ada orang iseng ingin bertamu malam-malam.

"Siapa?" Eza memberanikan diri bertanya dengan makhluk tersebut.

Yang ditanya pun hanya menggumam membuat Eza memejamkan matanya seraya menggerayangi dinding mencari letak saklar lampu. Saat lampu telah menyala, mata Eza menangkap sosok adik tirinya. Ia melupakan bahwa ia sedang di rumah bersama mantannya yang berubah statusnya menjadi adik tiri saat ini.

Ia bernapas lega ternyata bukan setan yang ia lihat. Namun, ia bingung mengapa Ara masih terjaga di jam segini. Eza tak ingin ambil pusing dengan ikut campur urusan orang meskipun gadis itu telah menjadi adiknya yang patut ia lindungi.

"Kak ... " panggilnya saat Eza tak kunjung menghampiri.

"Apa," jawabnya dengan nada ketus.

"Papa sama mama mau pisah."

Eza nampak mencerna omongan Ara, sedetik kemudian ia memutar bola matanya. Sudah ia duga bahwa pernikahan ini tidak akan berlangsung lama. Ia jengah dengan sikap orang dewasa yang sok dewasa padahal pikirannya sangat menggambarkan sisi kekanak-kanakkan. Dengan gampangnya menganggap sebuah pernikahan hanyalah permainan.

"Bagus lah!"

"Kok kakak gitu?" tanya Ara yang berdiri satu meter dari Eza.

"Itu artinya gue nggak akan serumah lagi sama orang yang sudah nyia-nyiain gue dan sekarang berharap gue balik lagi. So simple 'kan alasan gue?" Eza menampilkan senyum menyeringai.

"Aku tahu kalau aku itu salah. Tapi aku punya alasan," ujar Ara membela diri karena tidak terima dengan sindiran Eza yang ditujukan untuknya.

"Apa? Mau bilang kalau orangtua kita lebih penting? Atau karena mau lebih dekat sama gue? Alasan basi!"

"Kenapa sih kamu benci sama aku?"

Eza mengusap wajahnya. "Masih nanya?"

"Karena lo ninggalin gue pas gue lagi sayang-sayangnya sama lo. Dan sekarang setelah gue sayang sama orang lain, lo mohon-mohon minta balik sama gue? Itu nggak akan terjadi!" Eza melenggang pergi meninggalkan ara dengan keterpakuannya mendengar pernyatan Eza yang membuat hatinya terluka.

Ara memutar badannya 180 derajat. "Siapa, Naya?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Hijaber [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang