Ruangan bercat putih dengan dihiasi oleh buku-buku yang tersusun rapi dirak membuat siapa saja nyaman bila berada di dalam ruangan tersebut, apalagi ruangan ini tidak mengizinkan siapa saja berbicara dengan keras ataupun berisik.
Tempat ini cocok bagi siapa pun yang berdiam diri di tempat ini untuk sekadar membaca atau hanya bersantai menghabiskan waktu istirahat dengan keheningan. Sama seperti yang dilakukan oleh Naya dan juga Ara.
Disaat yang lain sibuk mencari makanan untuk sekadar mengisi perut atau bercanda ria, tapi tidak dengan Naya dan Ara, mereka justru sibuk dengan kegiatan membacanya di perpustakaan, menghabiskan waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Bukannya mereka tidak lapar, hanya saja mereka malas untuk mengantre di kantin, sungguh kegiatan yang melelahkan. Belum lagi jika ada drama-drama yang dilalukan oleh pengunjung kantin, sangat membuat selera makannya menjadi hilang ditelan bumi.
Saat Naya dan Ara menyelami tulisan-tulisan yang ada di hadapannya, mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba. Segera mereka mengalihkan pandangan dari buku bacaan.
Mereka kompak mengernyitkan dahi, mereka bingung dengan orang yang duduk tepat di hadapan Naya dengan punggung yang ia senderkan pada kepala kursi. Orang itu seperti biasa, tanpa ekspresi, membuat siapapun ingin menendangnya hingga tak terlihat oleh indera penglihatan.
"Gimana kamu mau 'kan?" Tanyanya to the point.
Naya menoleh kepada Ara, begitupun dengan Ara, mereka saling memandang tanpa suara. Tak lama mereka melepaskan pandangan, kemudian mereka beralih kepada orang yang berada di hadapannya.
"Jadi apa kak?" Tanya Ara memecah keheningan.
"Aku nggak nanya sama kamu," jawabnya sarkastik, pelan namun menusuk. Ara kenalan salivanya susah payah. Diam-diam ia mengepalkan jemarinya di bawah meja, berusaha agar tidak berontak.
Sebenarnya Ara sudah tidak tahan dengan sikap Eza yang begitu membencinya, padahal dulu ia sangat manis saat masih bersama. Namun, semua itu lebur dan tergantikan oleh kebencian.
"Iya aku mau," putus Naya menyudahi hawa panas diantara kakak beradik itu.
Tanpa sepatah kata pun, Eza berdiri dan melenggang meninggalkan kedua gadis berhijab itu. Sekian detik Ara pun ikut berdiri dengan membawa buku bacaannya lalu meletakkan di tempat semula. Naya mengikuti Ara, berusaha menyeimbangi langkahnya yang cepat. Naya pikir Ara akan menghampiri Eza, namun dugaannya meleset, Ara pergi ke toilet khusus untuk perempuan dan langsung menutup pintu tanpa melihat Naya yang mengikutinya, alhasil Naya menabrak pintu dan hampir terhuyung ke belakang, untung saja Naya dapat menyeimbangi diri.
Naya mencoba membuka pintu, namun tidak bisa karena dikunci dari dalam oleh Ara. Naya pun memutuskan untuk menunggunya di luar.
"Aku sebenarnya masih cinta sama kamu Za. Tapi kenapa kamu malah benci aku?" Ucap Ara dengan suara yang bergetar.
"Bukannya kamu juga setuju kalau orang tua kita nikah? Terus kenapa kamu jauhi aku?"
"Sampai kapan pun, aku nggak rela kamu sama orang lain, sekali pun itu Naya." Ara bermonolog sendiri, mencurahkan rasa sakit yang selama ini ia pendam.
Ia menghapus air matanya dengan gusar dan menghembuskan napas secara kasar, lalu keluar dari toilet. Ara terkejut saat menemukan Naya berada di depan toilet. Ia tidak berpikir bahwa Naya akan menunggunya.
"Naya?"
"Kamu nggak papa 'kan, Ra?" Todong Ara dengan melihat Ara dari ujung kepala hingga kaki.
Ara tersenyum. "Nggak papa kok, Nay. Yuk kita ke kelas, bentar lagi masuk," ajaknya dengan mencekal pergelangan tangan Naya.
***
Eza
NB : perwakilan dari kelas XI Ips 3 menyanyikan lagu "Denna Salam".
Itu susunan acaranya, km tampil jam 10.15 - 11.30.Naya membacanya secara teliti agar tidak salah. Setelah selesai membaca, ia membalas pesan tersebut.
Naya
Oke kak, trm ksh. Ak nampil 1 jam?Eza
Ya nggak lah pintar! Itu dibagi 3 penampilan.Naya
OalaRead
Naya senang mendapatkan lagu Denna Salam untuk ia bawakan diacara perpisahan kakak kelasnya, ia sangat menguasai lagu itu, bahkan setiap hari ia menyanyikan lagu itu walau hanya sepenggal dua penggal.
Setelah itu, Naya memutuskan untuk beristirahat karena hari sudah sangat larut. Tidak lama ia terbawa ke alam bawah sadar, menyelam bersama lelah yang menyelimuti.
Penasaran apa yang akan dilakukan Ara nanti?
Ikuti cerita ini terus yuk!Jangan lupa vote and comment.
Lanjut?
Atau
Tidak?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijaber [SEGERA TERBIT]
SpiritualJika merelakan adalah cara terbaik, maka akan aku lakukan meskipun usahaku tak mendapatkan hasil yang terbaik untuk memilikimu. Jika kamu bukan jodohku, lantas aku bisa apa? Kehendak Allah SWT. tak akan pernah ada yang bisa menolaknya.