Hijaber 14 [2]

4.3K 244 2
                                    

"Kamu duduk di situ," tunjuk Eza pada salah satu kursi yang dikhususkan untuk peserta yang mengisi acara perpisahan.

Tanpa berpikir panjang, Naya menuruti perintah Eza. Ia ingin mempersingkat waktu bila berada di dekat cowok itu. Entah mengapa Naya heran dengan perasaannya, jantungnya selalu menggila saat berada di dekatnya.

"Aku kenapa sih?" tanya Eza di dalam hati seraya memejamkan matanya kuat-kuat.

Eza mengembuskan napasnya dengan kasar, lalu berjalan menuju kursi yang telah disediakan untuk siswa-siswi kelas XII dengan tangan yang ia selipkan di saku celananya.

"Dari mana aja kamu, Za?" tanya salah satu temannya yang duduk di samping kanan Eza.

"Habis ngurus Naya."

"Naya yang anak kelas XI itu?" tanyanya lagi dengan senyum yang mengejek.

"Iya. Bawel kamu, Vin, kayak cewek aja!" omel Eza kepada Vino.

"Lagi jatuh cinta ya? Makanya kayak singa beranak," celetuk Vino dengan kekehannya sehingga cekungan di pipinya terlihat jelas.

"Diam!" Vino langsung menutup rapat-rapat mulutnya. Vino sangat mengetahui sifat Eza sejak mereka berada di bangku Sekolah Dasar. Ia tak sagan-segan untuk meledek sahabatnya yang super duper gengsian, hanya untuk mengembalikan sikap Eza yang begitu hangat kepada siapa pun.

Tak lama dentuman nada mengalun indah di telinga Eza, menggelitik jantungnya hingga membuatnya berdansa ria. Ia menatap seorang gadis yang berada di atas panggung tanpa berkedip.

Perlahan terdengar suara indah yang menerobos masuk pada indera pendengaran. Sangat lembut.

Killa hadzil ard mataqfii masahah
Lau na'isibla samahah
Winta'ayasna bahub
Lau tadiqil ardi naskin kalli galb

Killa hadzil ard mataqfii masahah
Lau na'isibla samahah
Winta'ayasna bahub
Lau tadiqil ardi naskin kalli galb

Abtahiyyah wabsalam
Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtirom
Abmahabbah wabtisam
Ansyaru bainil anam hadahu din assalam

Killa hadzil ard mataqfii masahah
Lau na'isibla samahah
Winta'ayasna bahub
Lau tadiqil ardi naskin kalli galb

Abtahiyyah wabsalam
Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtirom
Abmahabbah wabtisam
Ansyaru bainil anam hadahu din assalam
Din assalam

Abtahiyyah wabsalam
Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtirom
Abmahabbah wabtisam
Ansyaru bainil anam hadahu din assalam

Abtahiyyah wabsalam
Ansyaru ahlal kalam zainuddin yahtirom
Abmahabbah wabtisam
Ansyaru bainil anam hadahu din assalam
Din assalam

Saat Naya telah menyelesaikan lagunya dan beranjak dari atas panggung, barulah Eza tersadar, ia menggelengkan kepalanya.

"Kamu kenapa?" tanya Vino heran.

"Em .... nggak."

"Aku mau ke sana dulu," lanjutnya dengan menepuk pelan paha Vino.

"Lah ke mana, 'kan ini belum selesai." Vino tidak mendapatkan jawaban dari sahabatnya itu. Ia tidak ingin ambil pusing dengan apa yang akan dilakukan oleh Eza.

"Nay," panggil Eza yang membuat sang empunya menoleh.

"Iya?"

"Suaramu bagus." Eza memuji penampilan yang baru saja Naya selesaikan. Naya tersenyum malu saat mendengar pujian dari Eza, jantungnya semakin tak terkontrol lagi. Ia rasa jantungnya akan melompat saat ini jga, belum lagi perutnya yang menggelitik seperti akan ada ribuan kupu-kupu yang siap terbang.

"Makasih," ucapnya sangat pelan nyaris seperti bisikan, namun mampu didengar oleh lawannya.

Kemudian Eza pergi meninggalkan Naya seorang diri. Saat ini Naya benar-benar merasakan berada di atas awan, cowok itu mampu membuatnya terbang. Senyuman tak lepas dari bibir manis milik Naya, pipinya yang memerah membuatnya semakin lucu.

"Mimpi apa aku semalam dipuji sama Eza," batin Naya.

Hijaber [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang