Jeno memperkenalkan dirinya di depan kelas seadanya. Ia sudah muak dengan rutinitas ini, ini sudah keempat kalinya dia pindah sekolah dalam satu tahun.
Ia masih tidak mengerti di usianya sekarang, kenapa orang tuanya begitu takut jika membiarkannya hidup sendiri. Alhasil, ia harus terus berpindah-pindah sekolah sesuai pekerjaan orang tuanya.
"Lee Jeno. Panggil saja Jeno." Ujar Jeno.
Untuk beberapa detik, kelas hening mengharapkan lanjutan dari mulut Jeno, tapi bibir itu tidak niat bergerak lagi. Akhirnya Pak Taeil memecah keheningan sambil berdehem.
"Baiklah, itu saja dari Jeno. Kamu boleh duduk di belakang anak tembem itu, Haechan." Pak Taeil menunjuk anak yang memang tembem itu, yang ditunju justru menggembungkan pipinya tak terima. Ia hendak protes tapi di potong Pak Taeil.
"Ah ya, Jaemin. Saya harap kamu bisa membantunya mengurus berkas yang masih di bagian administrasi. Itu saja, akrab-akrab lah dengannya." Tutup Pak Taeil sambil berlalu meninggalkan kelas.
Jeno yang ditinggal begitu saja, hanya diam berniat menuju mejanya. Namun, niat itu terhenti dilangkah pertama. Anak-anak perempuan di kelas itu, sontak berdiri mengerubunginya dengan tambahan tsunami pertanyaan di telinganya.
Disaat ia hampir ingin melampiaskan emosinya karena risih akibat ulah para pemujanya, tiba-tiba seseorang menggebrak meja cukup keras membuat kelas seketika hening.
"Ah maaf, tanganku kelepasan. Jeno, benarkan? Tolong isi berkas ini sebagai anggota kelas. Lalu untuk urusan administratif, bagaimana jika saat istirahat pertama nanti?" Ucap Jaemin dengan lembut dan tak melepas senyuman di bibirnya.
Jaemin menyerahkan kertas yang perlu diisi Jeno, dan membuka jalan untuk Jeno ke meja belajarnya.
"Kalian harusnya membiarkan dia duduk dulu, kalau tertarik harusnya kalian tidak ingin membuatnya berkeringat karena kalian kerubungin seperti ini kan?" Lanjut Jaemin sambil mengusap salah satu kepala anak perempuan yang mengepung Jeno sebelumnya.
Dalam sekejap perhatian mereka justru beralih pada Jaemin yang begitu lembut, Jaemin memang selalu diurutan pertama sebagai laki-laki yang dipuja di sekolah ini.
Jaemin terkenal sebagai Sekretaris OSIS yang telaten hingga disukai senior, sebagai anak berprestasi Olimpiade Matematika hingga dibanggakan guru, dan sebagai Ketua kelas yang ramah dan perhatian pada seluruh kelas hingga disenangi teman-temannya.
Di sisi lain, Jeno memperhatikan dengan jelas senyuman di bibir Jaemin. Jaemin tersenyum hingga matanya, namun Jeno merasakan keganjalan dari senyum itu.
Jeno langsung membuang jauh-jauh pikiran itu. Untuk apa dia peduli dengan laki-laki di depannya ini? Batin Jeno. Ia melengos melewati Jaemin yang membukakan jalan untuknya sambil mendengus saat tepat disamping Jaemin.
Setelah itu, anak perempuan mulai kembali tenang. Dan mata Jeno tak lepas dari laki-laki bersurai coklat gelap itu. Jaemin terlihat sibuk membantu anak-anak yang bertanya dan juga tumpukan kertas di mejanya.
Jeno memperhatikan bagaimana Jaemin dengan lembut dan perhatian menjawab pertanyaan teman-temannya dan bentuk bibirnya selalu melengkung indah. Karena merasa diperhatikan, Jaemin membalas tatapan Jeno dengan senyum yang sama seperti yang ia berikan pada anak yang lain.
Senyuman itu menenggelamkan, Jeno merasa terpaku melihat itu. Apa yang terjadi? Ia bahkan tak bergeming meskipun Jaemin sudah kembali sibuk dengan urusannya.
Tiba-tiba seseorang melepas keheningan Jeno.
"Hei, gua Renjun. Kalo lu mau tanya apa-apa bisa sama gua aja." Ujar Renjun sambil tersenyum simpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Handle Me? || NoMin~
Teen Fiction[COMPLETED] 🔞🔞🔞🔞 "Sisi gelap laki-laki itu justru terlihat begitu indah dimataku." - Lee Jeno "This is me, I never hide.. It's just the World who never find Me." - Na Jaemin BxB Yaoi Boys Love.. Homophobic Ngga usah sok Mampir,.. ~Hanya khayalan...