24 - Kau yakin?

39.2K 3.7K 864
                                    

"Kemarilah, aku akan membersihkanmu." Ujar Jeno. Ia terlihat puas dengan hasilnya pada Nana.

"You look like you just fall from the heaven." Lanjut Jeno membersihkan tubuh Jaemin sambil sesekali mennyentil putingnya.

Jaemin memutar bola matanya karena ucapan Jeno. Tentu saja ia baru saja mencapai surga dunia.

***

Jeno kembali mengurus Jaemin seakan ia mengurus anaknya yang akan berangkat sekolah. Karena Jaemin yang belum bertenaga untuk berdiri, akhirnya ia hanya duduk di tepi kasur memperhatikan Jeno mengurus semuanya.

Dimulai dari mengeringkan tubuhnya, bahkan Jaemin menyeringai puas saat melihat Jeno sulit menahan diri didepan tubuh polosnya. Kemudian Jeno memakaikan pakaian dalam barunya pada Jaemin.

"Apa punyamu akan pas denganku?" Ujar Jaemin.

"Ini masih baru, tentu saja muat." Jawab Jeno berusaha fokus agar tidak memperhatikan penis mungil Jaemin.

"Tapi punyamu kan besar." Suara Jaemin berubah membuat Jeno menatapnya dan menemukan Jaemin mengerucutkan bibirnya.

"Porsi tubuh kita sama. Apa yang kau bicarakan?" Tukas Jeno sambil berusaha mengabaikan wajah super imut Jaemin.

"Maksudku ininya." Jawab Jaemin sambil menekan milik Jeno dengan kakinya. Jeno meringis akibatnya.

"Jaemin-ah, untuk pemberitahuan, mungkin suatu saat aku perlu mengikat tubuhmu agar kau berhenti menggodaku." Ujar Jeno dengan tersenyum miring.

Jujur dalam hati Jaemin ia terasa berdebar-debar. Ucapan Jeno justru membuatnya membayangkan hal tersebut dan sungguh ia malah menantikannya.

Akhirnya ia berhenti menggoda Jeno. Hari ini masih ada sekolah, dan kakinya bahkan belum ada tenaga untuk sekedar berdiri.

Setelah jam 6, Jaemin mulai bisa mengumpulkan kembali tenaga di kakinya. Ia pun dibantu berdiri oleh Jeno, namun sungguh bagian bawahnya terasa sangat nyilu saat bergerak membuatnya meremas erat tangab Jeno di sampingnya.

"Kau yakin ingin sekolah? Keadaanmu sangat menyedihkan." Jeno bukannya membantu justru memberi komentar seperti itu -_-.

"Salah siapa memangnya ini semua?" Balas Jaemin.

" Wow wow, aku sudah mengingatkanmu semalam. Kau saja yang terlalu nafsuan denganku." Jawab Jeno.

Jaemin mendecak lidahnya " ck" ia tahu ini salahnya. Tapi semalam ia bahkan tidak merasa akan separah ini.

"Ini karena kau main terlalu kasar." Cetus Jaemin tak ingin disalahkan.

"Well, sedikit? Dan lagi aku tak yakin kau bisa puas dengan bermain lembut. Kenapa kau malah mencari-cari kesalahanku?" Ucap Jeno kemudian menampar pelan pantat Jaemin.

Jaemin tersentak membuatnya ingin terjatuh karena itu berdampak fatal pada bagian bawahnya dan kakinya tak sinkron satu sama lain.

Beruntung Jeno menahan tubuh Jaemin dengan baik sebelum ia kembali menjatuhkan dirinya.

"Waah, Ini tidak akan bisa. Apa sekolah sangat penting? Tidak bisakah kau bolos sehari?" Ujar Jeno melihat Jaemin masih menahan sakit di selangkangannya.

"Tentu saja, bagaimanapun aku memikirkan masa depanku." Jawab Jaemin

"Bolos sehari tidak akan membuatmu pengangguran." Balas Jeno.

"Ya aku tahu, tapi bukankah semalam ini yang kau takutkan? jika aku tak masuk karenamu, kau akan menjadi bahan bullyan." Jaemin masih kukuh dengan niat sekolahnya.

"Ya memang, tapi semalam juga aku bilang akan mengatasinya. Lebih baik aku jadi bullyan daripada kau sekolah dengan keadaan ini."

Jaemin menghela nafas, ia juga tidak ingin sekolah hari ini. Tapi tinggal dirumah sendirian dengan keadaan ini justru makin merepotkan. Apa lagi ada sesuatu dalam dirinya untuk mendorong Jeno kembali ke ranjang.

Oh Tuhan, pikirannya mulai gila. Bagaimana bisa hanya ada Jeno dan ranjang di otaknya.

"Apa kau mau ku gendong saja?" Cetus Jeno tiba-tiba.

"Apa kau gila? Aku datang sambil digendong olehmu? Gosip macam apa yang akan tersebar dari itu?" Tukas Jaemin.

"Kita tinggal bilang kau melukai kakimu di rumahku. Jadi aku harus menggendongmu agar tidak memperparah keadaannya. Dengan begitu kau tinggal diam di kelas, dan aku akan mengurus semuanya untukmu." Ucapan Jeno terdengar masuk akal bagi Jaemin. Tapi membayangkan ia masuk kelas sambil di gendong Jeno akan sangat memalukan.

"Itu terdengar jalan keluar satu-satunya." Jawab Jaemin tak bisa membantah.

Doyoung melihat Jeno yang turun sambil menggendong Jaemin, hanya cekikikan sambil menunggu mereka di meja makan. Kurang lebih ia tahu apa yang terjadi semalaman di kamar anaknya.

"Apa Jaemin akan sekolah? Dengan keadaan seperti itu?" Ujar Doyoung.

"Dia bersikeras." Jawab Jeno singkat.

Akhirnya Doyoung menjitak kepala Jeno dengan sendok.

"Bukankah sudah kubilang jangan main kasar? Apa kau gila membuat Jaemin seperti ini? Bukankah ini yang pertama buat Jaemin?" Ucapan Doyoung membuat Jeno meringis sedangkan Jeno disampingnya sudah memerah tidak menyangka orang tua Jeno akan seperti ini.

"Mau bagaimana lagi, aku anak ayah." Jawab Jeno santai sambil melirik Doyoung memberi tanda dan diangguki olehnya.

"Jadi Jaemin, bagaimana Jeno? Apa ia bisa memuaskanmu?" Tanyanya terus terang.

Spontan Jaemin hampir menyemburkan kembali air yang diminumnya. Apa apaan ayah anak ini? Apa pembicaraan seperti ini wajar? Pikirnya.

Akhirnya Jaemin hanya mengangguk pelan, sambil tangannya mencubit paha Jeno di bawah meja menyuruhnta untuk menghentikan ayahnya.

TO BE CONTINUED..

Jangan Lupa Vote and Comment..

Oke guys, aku mau bikin cerita baru yang akan dipublish setelah yang ini tamat atau mendekati tamat. Tapi kasih saran dong Shippernya mau siapa.

- Jaeyong

- Nomin

- MarkHyuck

- Renmin

- JohnTen

- YuWin

-NoRen

Partisipasi kalian sangat dibutuhkan, harap comment di setiap namanya ya..

Can You Handle Me? || NoMin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang