34 - I Trust Him

28.3K 3.3K 272
                                    

"Ada sesuatu yang harus kuurus." Ujar Jeno sambil menutup pintu kamar Jaemin.

Jeno bergegas pulang, ia menggebrak ruang kerja Doyoung.

"Hubungi 'Dia'" Sentak Jeno begitu saja

***

Doyoung yang masih sibuk dengan berkasnya hanya melongo. Ni anak datang-datang suruh hubungin siapa coba -_-.

"Dia siapa?" Tanya Doyoung melepas kacamatanya.

Belum sempat Jeno menjawab, suara dering telfon Doyoung membuatnya tertahan.

Doyoung mengangkat telfon itu.

"Baiklah." Ujar Doyoung dengan raut yang sulit diartikan saat menutup telfon itu.

"Kau memintaku menghubungi 'dia' kan? Sepertinya aku bisa menebak apa yang terjadi." Jawab Doyoung.

"Telfon apa itu?" Tanya Jeno, apa yang bisa membuat Doyoung tahu.

"Barusan aku menerima undangan acara, Pertunangan putra bungsu Perusahaan L.N  .. Na Jaemin." Ujar Doyoung. Jeno terdiam, bahkan mereka berencana tunangan setelah aku baru saja pergi? batinnya.

"Kau yakin? Menghubunginya?" Tanya Doyoung memastikan.

Jeno mengangguk pasti, saat ini ada hal yang perlu ia dapatkan. Dan Sudah saatnya ia menerima tanggung jawab itu.

***

Setelah Jeno meninggalkannya, Jaemin dipanggil untuk makan malam, ia bisa melihat raut khawatir kakaknya dan juga raut menyebalkan dari orang tua dan Mark tentunya.

"Jaemin-ah, melihat kalian selama ini yang begitu dekat. Kami berencana melakukan acara pertunangan resmi untuk kalian, minggu depan." Ujar Ayahnya, Jaejoong.

Jaemin seakan membeku mendengar perkataan ayahnya. Taeyong langsung menatap Jaemin khawatir.

"What? Minggu depan? Bu.. Bukankah itu terlalu cepat?" Ujar Jaemin, ia ingin menolak. Apa yang akan terjadi jika ia menggelar acara resmi seperti itu saat hubungannya dengan Jeno bahkan baru adem sehari.

"Kenapa? Mark sudah lulus dan kau juga secepatnya. Ayah dan ibumu bahkan sebenarnya ingin melakukan pernikahan langsung tapi sepertinya pertunangan akan lebih cocok dengan keadaan kalian sekarang." Jelas Jaejoong.

"Ba..Bagaimana jika aku menolak?" Ucap Jaemin dengan suara pelan namun masih terdengar oleh mereka yang berada diruangan itu. Seketika Jaejoong menghempas sendok makannya hingga membuat semua orang di ruangan itu tersentak.

"Apa kau belum juga belajar untuk menjadi anak baik? Tidak bisakah kau hanya menuruti orang tuamu?" Ujar Jaejongg dengan suara bernada tinggi.

Jaemin hanya menunduk, ia sangat ingin mmebantah orang tuanya saat ini. Ia menggenggam erat pisau dan garpu makannya.

"Untuk.. Apa aku menuruti orang tua yang bahkan bertemu hanya beberapa kali dalam setahun?" Akhirnya ia memutuskan untuk kali ini, ia ingin membantah. Izinkan ia kali ini untuk egois pada orang tuanya.

"Apa kau tidak mau berterima kasih mendapatkan hidup mewah seperti ini dari uang kami?" Bentak Jaejoong yang sudah tak tahan melihat Jaemin yang terus menjawab perkataannya.

"Hidup mewah? Bahkan uang dari kalian tidak pernah kesentuh. Uang dari prestasi cukup untuk semua kebutuhanku. Dan sekarang kalian ingin memanfaatkan anak kalian demi bisnis? Apa dalam pikiran kalian hanya ada bisnis? Apa kak Taeyong belum cukup memuaskan kalian dengan Penerus Jung Corp itu? Dan sekarang kalian makin rakus dengan memanfaatkanku?" Teriak Jaemin pada orang tuanya. Ia tak ingin diam lagi, sudah cukup baginya dilihat baik bagi semua orang. Sudah muak baginya untuk bermuka dua. Ia tak ingin lagi berpura-pura.

"Apa karena bocah tadi? Apa dia bahkan bisa mencapai status kita? Bukankah kau bolos dan bermasalah akhir2 ini karenanya? Dan kau pikir aku akan membiarkanmu hancur karena anak seperti itu?" Ujar Jaejoong dengan suara rendah yang lebih menakutkan dari sebelumnya.

"Jika dia tidak bisa naik bersamaku, aku yang akan turun bersamanya. Dan ayah, asal kau tahu, aku bukan anak baik." Jawab Jaemin pasti dan tersenyum penuh arti pada ayahnya.

"Kau tidak akan bertemu dengannya lagi hingga acara pertunangan kalian." Putus Jaejoong mengakhiri pembicaraan mereka dan meninggalkan ruang makan itu.

Taeyong menggenggam tangan Jaemin kuat.

"Kau baik-baik saja? Apa harus kau melawan seperti itu pada ayah?" Tanya Taeyong yang hanya dibalas senyuman dari Jaemin.

Mark sendiri berjalan kearah Jaemin dan menarik dagunya. " Kau tidak akan menyesal setelah memilihku Jaemin. Jadi sebaiknya kau menyerahkan diri baik-baik padaku sebelum kau sendiri yang menyesal nanti." Ujarnya.

Taeyong yang melihat itu menatap nyalang pada Mark, seandainya Jaehyun tidak sesuai kebutuhan orang tuanya mungkin nasibnya akan sama dengan Jaemin.

"Aku percaya padanya." Jawab Jaemin sambil berjalan menuju kamarnya.

TO BE CONTINUED..

Jangan Lupa Vote and Comment ya...

Can You Handle Me? || NoMin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang