6 - Dominasi

54.4K 5.3K 616
                                    

Jeno hendak mengetuk pintu rumah Jaemin sebelum suara mesin mobil masuk ke halaman rumahnya. Ia terkejut melihat yang turun dari mobil adalah Jaemin dengan pakaian sekolah rapi.

"Hey!! Kau.. Kau.. Bagaimana bisa?" Seru Jeno melihat Jaemin yang terkejut melihatnya.

"Apa yang kau lakukan disini?" Ujar Jaemin datar sambil menuju pintu rumahnya. Ia berusaha mengabaikan Jeno.

"Kemana saja kau seharian? Kau bahkan tidak ke sekolah untuk apa kau memakai seragam? Apa kau membolos?" Jeno tak berhenti menghujam Jaemin dengan pertanyaannya.

"Hah? Apa kau gila? Untuk apa aku membolos? Kau sendiri, apa yang kau lakukan disini? Bukankah kelas masih dua jam lagi? Kau yang membolos disini." Akhirnya Jaemin sendiri yang tidak tahan untuk tidak menanggapi Jeno.

Jeno melongo. Jaemin menanggapinya biasa saja, apa yang dia pikirkan salah?

"A.. Aku mengkhawatirkanmu tentu saja. Kukira kau tidak masuk karena hal kemarin." Jawab Jeno.

Jaemin menghela nafas, sebodoh apa pria didepannya hingga membolos hanya karena khawatir.

"Tentu saja tidak. Memangnya apa yang terjadi kemarin?" Ujar Jaemin sarkas. Ia membuka pintu rumahnya.

"Masuklah." Lanjut Jaemin.

Jeno yang tidak tahu harus apa, akhirnya hanya mengikuti Jaemin masuk ke rumahnya. Rumah Jaemin sendiri cukup mewah dengan gaya minimalis khas anak muda.

Mereka berakhir di kamar Jaemin yang menghadap ke halaman depan dan berdinding 70% kaca. Jeno merasa tempat ini sungguh bisa melepas penat.

Tanpa permisi lagi, Jeno menyamankan diri di tempat tidur Jaemin sambil memperhatikan Jaemin melepas dasinya dan melonggarkan kemejanya.

Jeno meneguk ludahnya, dalam hati ia menggerutu dengan kesadarannya yang mulai terangsang hanya karena melihat punggung Jaemin yang mengganti seragamnya menjadi hoodie.

Jaemin sendiri sudah tak nyaman diperhatikan oleh Jeno. Ia hanya berharap suara jantungnya tidak terdengar oleh Jeno. Jujur saja semua tindakannya saat ini, semata-mata ditujukan untuk Jeno.

"Berhenti menatapku dengan tatapan bodohmu itu." Ucap Jaemin sambil berjalan menghampiri Jeno. Ia duduk di sofa di dekat tempat tidurnya.

"Emm, Jadi kau kemana hari ini?" Jeno berusaha mengalihkan perhatiannya untuk mengendalikan nafsunya.

Jaemin menaikkan sebelah alisnya, Jeno sangat tidak bagus dalam mengalihkan pembicaraan.

"Apa tidak ada yang memberitahumu aku ada Seminar di Univertas SM?" Balas Jaemin.

"Soal kemarin... Aku minta maaf, apapun alasannya. Aku tidak sadar waktu itu." Ujar Jeno ragu-ragu.

"Hm, tidak sadar? Sampai meninggalkan bekas seperti ini?" Tukas Jaemin menarik hoodienya menunjukkan leher hingga bahunya yang berbekas merah dan jejak gigitan.

Jeno tak tahu harus gimana, ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Percayalah, itu karena kau membangunkanku dari tidur dan aku bergairah karena mimpiku." Alasan Jeno.

"Apa yang bisa kau lakukan untuk bertanggung jawab, hah?" Kini wajah Jaemin mulai menunjukkan ketertarikan.

"Apapun yang menurutmu bisa memaafkanku." Ujar Jeno mantap.

"Apapun? Kau yakin? Aku tidak yakin kau bisa mengatasi kemauanku." Jaemin dengan sengaja bernada meremehkan.

"Oke, terserah. Coba saja kalau begitu." Tantang Jeno yang sejak tadi mulai bergairah lagi.

Jaemin menghampiri Jeno. Kini tatapan Jeno lebih rendah karena ia duduk dan Jaemin berdiri di depannya.

Jaemin melonggarkan dasi Jeno dengan perlahan. Ia dengan sengaja mengusap leher Jeno sesekali. Kemudian ia menunduk mendekati telinga Jeno.

"Kau yakin? Aku tahu kau seme, bagaimana jika aku menjadikanmu uke?" Ucapan Jaemin berhasil membuat Jeno menegangkan, ia sadar dirinya makin ditantang oleh Jaemin.

"Jika itu maumu, itupun kalau kau bisa. Aku juga tahu, kau uke sejati." Balas Jeno dengan senyum miring.

Jaemin masih menatap Jeno rendah, sambil menarik dasi Jeno lepas. Kini posisi Jaemin bertumpu pada tempat tidur satu kakinya dan tubuhnya bersandar di dada Jeno.

Ia kemudian menutup mata Jeno dengan dasinya. Kemudian mendorong tubuh Jeno hingga tertidur.

"Aku tidak tahu, kau menyukai hal seperti ini." Ujar Jeno tenang, ia ingin mengikuti permainan Jaemin sejenak.

Jaemin tak membalas apa-apa. Ia perlahan membuka jas Jeno dan memainkan lidahnya di leher Jeno. Jeno sendiri menerima dengan senang hati.

"Aku suka mendominasi tapi juga bergairah jika didominasi." Ucap Jaemin sambil mendesah di leher Jeno.

TO BE CONTINUED..

Can You Handle Me? || NoMin~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang