Aku selalu berpikir
Tak ada orang jahat di dunia ini,
Mereka punya alasan tersendiri.
Tapi aku juga berpikir,
Seburuk apa yang terjadi
Sampai seseorang punya alasan menjadi jahat.
--Jum'at, 27 Juli
"Kau masih merokok?" Sehun memicingkan matanya kearah Luhan.
"Kau terdengar seperti ibuku." Balas Luhan dengan nada tak peduli, dan masih sibuk dengan rokok di tangannya.
"Minseok tak memarahimu?" Minseok sangat ketat dengan kebersihan, dan rokok menjadi salah satu musuhnya, merusak kesehatan ucapnya.
"Minseok sudah ku cap jadi ibuku, dia tak berhenti mengoceh. Dan lagi, kenapa transaksi itu tak juga terjadi? Apa Joonmyeon salah info?" Luhan menatap kearah bawah, disana masih kosong dan gelap.
"Entah, aku juga sudah bosan dan ingin pulang."
Joonmyeon memerintahkan mereka untuk menghentikan sebuah transaksi narkoba di daerah terpencil. Memang aneh bagaimana mereka bisa mendapatkan lokasi, dan sebagainya dengan begitu detail. Tapi bukankah hal tersebut termasuk keberuntungan.
Ditambah, organisasi ini yang selama ini mereka kejar, ini termasuk keberuntungan besar.
Tempat transaksi mereka adalah gedung tua yang mungkin bekas gedung olahraga, karena lantai dua tempat dimana mereka saat ini bersembunyi hanya lantai sempit dengan pembatas pagar yang tentu bisa melihat kearah bawah dengan leluasa.
Sudah lebih dari dua jam sejak Sehun dan Luhan menunggu.
Malam semakin larut, dingin juga mulai mengelilingi, ini juga alasan Luhan menyalakan rokoknya.
"Luhan matikan rokokmu!" Ucap Sehun setengah berteriak ketika dia mendengar suara mendekat.
8 orang kurang lebih memasuki gedung tersebut, dengan jas hitam dan pistol di tangan mereka.
Sehun mengernyit heran, tak ada koper apapun di tangan mereka atau apapun yang bisa dijadikan tempat uang atau narkoba yang mereka bawa.
Luhan juga merasakan keanehan itu, dia menarik lengan baju Sehun, memberi tanda pada Sehun untuk menghubungi bantuan.
Joonmyeon memang sudah menyiapkan bantuan apabila hal yang tak diinginkan terjadi, posisi mereka dekat tapi sebisa mungkin tak dicurigai oleh musuh.
Sehun mengangguk dan mendial no. bantuan.
"Mau sampai kapan kalian bersembunyi, keluarlah." Luhan dan Sehun terkesiap mendengarnya. Dengan siapa dia bicara, itu yang terus jadi pertanyaan mereka berdua.
Sebelum mendapat jawaban untuk pertanyaan itu, suara tembakan pistol terdengar jelas. Semua tembakan mengarah ke lantai dua, tapi secara random, yang berarti musuh tahu keberadaan mereka, tapi tak tahu pasti dimana.
"Apa-apaan ini? Kita sudah ketahuan di detik pertama mereka masuk?" Sehun hanya menggeleng dan siap untuk berdiri dan menembak.
"Jumlah mereka terlalu banyak Sehun, ini adalah tempat yang paling aman untuk kita." Karena semua lantai dua dibatasi dengan tembok pagar yang cukup menutupi tubuh mereka saat duduk. Entahlah tentang seberapa lama tembok ini bisa menahan peluru.
"Jika mereka mendekat maka ini akan lebih bahaya."
"Hei, apa kalian ingin kami yang kesana?" Memang tak mungkin untuk melawan mereka, ditambah tempat ini gelap. Batas pandangan ini kesialan untuk mereka juga musuh, tapi melihat jumlah mereka tentu Sehun dan Luhan kalah telak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile on my face || KaiHun
Fanfic[END] [Crime Au | Main: Kaihun, Slight: Lumin] Sehun tahu semua resiko yang dia miliki saat dia memutuskan menjadi polisi, tersakiti, terkhianati, juga mati. Jatuh cinta sangat dalam pada seseorangpun menjadi salah satunya.