Bagaimana cara aku mengatakan
Kalau semua ini
Terlalu berat?
-
-Sabtu, 31 November
Jongin ada di sini?
Sehun mematung, pikiran dia berhenti membantunya untuk beberapa saat.
Dia tak tahu apa dia harus lari keluar mencari Jongin atau terus berada di sini karena Moonkyu pasti mengetahui sesuatu.
Sungguh dia ingin melakukan pilihan pertama.
Semua pertahanan dia seolah runtuh.
Dia tak ingin berpura-pura lagi bisa bertahan tanpa Jongin. Dia tahu, dia sudah bertahan sampai saat ini dan bertemu kembali dengan Jongin adalah imbalannya..
Tapi tidak, Sehun cukup kuat untuk tahu mana pilihan yang benar.
"Kau mengetahui sesuatu tentang dia?"
Kai yang dia kenal sudah pergi dan Sehun harus menerima itu.
"Tergantung apa yang ingin kau ketahui, atau kau bisa keluar mengejar Kai dan bertanya langsung padanya."
Sehun menarik napasnya, Luhan masih ada di luar dan itu satu-satunya cara untuk mengejar Jongin. Tapi Sehun harus terlihat seolah tak tertekan sama sekali.
Sehun mengeluarkan handphonenya dan membuka Katalk dengan Luhan.
"Aku tak akan tertipu, Kai pasti sudah pergi dari tempat ini." Sehun tidak mengetik pesannya pada Luhan melainkan merekamnya. Ini bisa lebih jelas, cepat dan cukup untuk bukti jika mungkin nanti dibutuhkan.
"Ayolah, kau baru saja berpapasan dengannya dan kau tak mempercayaiku?" Sehun menghentikan rekamannya dan otomatis mengirimnya, info itu sudah cukup jelas untuk Luhan.
"Apa maksudmu?"
"Pria yang memakai topeng yang menutupi lebih dari setengah wajahnya, kau tak dapat mengenalinya?"
Orang terakhir yang mengobrol dengan Moonkyu adalah Jongin.
Sehun mencoba fokus, harus kembali ke tujuan awal, bukan membahas Jongin.
Harus.
Tapi tak ada satupun kalimat yang keluar dari bibir Sehun.
Tersenyum atas kemenangannya, Moonkyu menghisap rokok keduanya.
"Jika kau masih tak percaya, kau bisa keluar mencarinya, aku sudah katakan padamu dia masih ada disini."
Dan Sehun berlari keluar tanpa berpikir hal lainnya.
-
Berteriak memanggil Jongin bukanlah sesuatu yang harusnya Sehun lakukan, karena itu Sehun berlari tanpa tahu arah.
"Sehun!" Luhan menarik lengan Sehun menghentikan langkahnya.
"Kau menemukan dia?" Ada sedikit harapan kalau Luhan belum menemukan Jongin. Sehun ingin dia sendiri yang menemukannya.
"Tidak, bagaimana dengan orang yang memberi info ini, kau mendapatkan sesuatu?"
"Aku meninggalkannya." Sehun merasa kecewa pada dirinya sendiri.
"Apa maksudmu?!" Nada marah terdengar sangat jelas.
"Aku mohon, kau datang lah ke kamar paling kiri di lantai dua, dia ada di sana. Kumohon Luhan, aku ingin menemukan Jongin." Tangan Sehun menggenggam ujung baju Luhan, tangan itu bergetar. Tapi Luhan sudah pada batasnya.
"Lalu apa? Kau ingin mengajak dia kembali?" Kerah Sehun terangkat. Luhan memang lebih pendek dari Sehun tapi bukan berarti lebih lemah darinya.
"Sadarlah sekali ini Sehun!" Luhan menjatuhkan Sehun ke lantai. Beberapa orang mulai menatap mereka heran. Saat itu lah Minseok muncul.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Sudahlah, kau pergi ke kamar paling kiri di lantai dua, orang yang melihat Jongin ada di sana, biar aku dan Sehun yang mencari Jongin." Minseok menatap Luhan penuh tanya sebelum akhirnya pergi mengikuti perintahnya.
Sehun berdiri dari duduknya di lantai dan kembali berlari mencari Jongin. Dia tahu Luhan pasti sedang memicingkan matanya melihat apa yang dia lakukan, tapi Sehun tak bisa menahan semuanya lagi.
Tak bisa.
-
Hampir semua orang mulai meninggalkan tempat pesta itu dan Sehun masih berlari, mungkin sudah lebih dari sejam dia seperti ini.
Sehun tahu dia membohongi diri dia sendiri dengan berkata dia akan bertemu dengan Jongin, bahkan saat ini Sehun tahu dia sudah berpapasan dengan semua orang disini.
Sehun tahu dia seharusnya menyerah, harusnya dia menarik napas dalam dan berhenti.
Melakukan seperti apa yang dikatakan Luhan, berhenti dan menyadari semuanya.
Tapi ketika Sehun berhenti, dan kembali berdiri untuk dirinya sendiri, kenyataan dia masih bisa bertemu dengan Jongin selalu meruntuhkan dia sepenuhnya.
Mereka masih berada di bawah langit yang sama, bernapas dengan udara yang sama, mereka masih mungkin untuk bersama.
Sehun ingin kembali ke empat tahun lalu dimana dia tidak mengenal seorang Kim Kai.
Ingin membakar semua ingatan itu, sama seperti bagaimana ibu tirinya bahkan tak mengingat wajah Jongin.
Lebih baik melupakannya daripada membencinya.
Tapi semua itu begitu sulit.
"Sehun, kita semua harus ke rumah sakit, ada hal genting yang terjadi." Chanyeol berada di hadapannya dengan napas terengah-engah dan keringat yang mengucur deras.
Sehun masih begitu lost.
Sehun melangkah mendekat dan memeluk Chanyeol.
Sekali ini Sehun ingin ada orang yang tahu dia begitu tersakiti dan sangat terluka.
"Chanyeol aku ingin bertemu dengannya," Sehun mulai terisak.
"Aku merindukannya," Sehun ingin menulikan telinganya, berusaha tak mendengar suara dirinya sendiri yang begitu lemah.
"Aku benar-benar sangat mencintainya." Sehun selalu berkata pada dirinya sendiri kalau kalimat itu tak boleh keluar dari bibirnya, kalimat itu tidak nyata, kalimat itu bagai kutukan. Tapi Sehun sudah terlalu lelah.
Dia salah dan terluka.
Chanyeol mulai membalas pelukan orang yang pernah menjadi teman baiknya itu. Chanyeol tak akan pernah mengerti kenapa perasaan Sehun pada Jongin belum juga berubah, tapi Chanyeol tahu jelas sakit yang dirasakan Sehun sangatlah besar.
Memang terkadang memiliki sebuah ikatan bisa begitu menyakitkan.
*
*
*
Hi ^^Thanks for reading ><
Sesuai janjiku aku up berturut-turut karena Jongin belum keluar ㅠㅠㅠㅠㅠ
Dont kill me please ㅠㅠㅠ
anti0716 : Aku kurang bisa dan kurang suka Love Triangle, so Nope.
Next Chapter: The Thing That Someone's Feel.
If you like it, tell me please~~
Support kalian berarti banyak buatku ><
C u next time (^^)/
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile on my face || KaiHun
Fanfiction[END] [Crime Au | Main: Kaihun, Slight: Lumin] Sehun tahu semua resiko yang dia miliki saat dia memutuskan menjadi polisi, tersakiti, terkhianati, juga mati. Jatuh cinta sangat dalam pada seseorangpun menjadi salah satunya.