Seseorang pernah berkata,
Saat kau menggenggam pasir terlalu erat,
Pasir itu malah akan menghilang dari genggamanmu.
Seperti itu lah ikatan.
Kecuali kau mau untuk kembali memungut semua pasir itu
Sebutir demi sebutir,
Kau bisa terus mencoba menggenggamnya dengan erat.
Dan tanpa kau sadari
Pasir itu akan semakin hancur dan tak tersisa untuk kau pungut.
-
- Sabtu, 01 Desember
Sehun duduk dengan pandangan yang tak fokus .
Pasien dan perawat yang berlalu lalang memberi dia tatapan heran, mungkin salah satunya juga karena air mata Sehun yang masih tidak berhenti.
Pertahanan Sehun benar-benar runtuh.
“Ini.” Minseok menyerahkan satu bungkus tisu di tangannya, entah lah bungkusan ke berapa itu.
Dia juga menyerahkan kopi kalengan pada Luhan yang duduk berlawanan arah dengan Sehun.
“Minseok… aku butuh bantal, bukan kopi.” Dan Minseok kembali memutar bola matanya.
“Ini masih pukul 1 dini hari, kau terlalu manja.” Minseok langsung berbalik dan kini memberikan minuman yang sama pada Chanyeol.
“Kau sebut aku manja, lalu kau sebut apa dia?!” Telunjuk Luhan mengarah pada Sehun, dan Sehun tak keberatan dengan itu. Memang dia sangat lah salah saat ini.
“Luhan, kau tak tahu seberapa tersakitinya Sehun saat ini.” Minseok menurunkan telunjuk Luhan dengan paksa.
“Apa maksudmu dengan aku tak tahu? Aku polisi, kau juga tahu berapa kali aku terkhianati oleh seseorang, itu resiko kita,”
Minseok bisa tahu jelas Luhan sangat marah saat ini. Luhan bukanlah seseorang yang bisa dengan mudah marah, terutama orang yang saat ini dia bicarakan adalah Oh Sehun; sahabat baiknya.
Terlebih orang yang dia teriaki adalah Minseok.
“Dan kau pikir Jongin juga bukan siapa-siapa untukku sampai aku tak merasakan apapun? Dia sama berharganya bagiku, dia sudah jadi keluargaku!” Luhan berdiri dari duduknya sambil membanting minuman kalengnya ke lantai. Chanyeol langsung mendekat takut sesuatu yang buruk terjadi.
“Aku berusaha menjadi kuat dan berhasil, dia juga dapat melakukan hal yang sama,” Luhan kembali menunjuk pada Sehun.
“Hanya kau yang tak tahu, Minseok.” Dan Luhan pergi menjauh.
Mereka terdiam setelah itu.
Minseok kembali menghadap Sehun dan memberi dia tepukan di kepala.
“Dia akan baik-baik saja, dia hanya lelah.” Itu memang benar. Tapi tetap bagi Sehun ini semua salahnya.
“Maaf.” Minseok tersenyum mendengar itu sambil memungut kaleng yang sebelumnya Luhan banting, beruntung minuman itu baik-baik saja.
“Tak apa, mengalami hal yang sulit sampai membuat kita berantakan wajar terjadi.” Minseok duduk di samping Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile on my face || KaiHun
Fanfiction[END] [Crime Au | Main: Kaihun, Slight: Lumin] Sehun tahu semua resiko yang dia miliki saat dia memutuskan menjadi polisi, tersakiti, terkhianati, juga mati. Jatuh cinta sangat dalam pada seseorangpun menjadi salah satunya.