If I have to live without you

864 109 13
                                    

Sehari dalam seminggu

Mungkin lebih banyak dari itu,

Pertanyaan itu selalu kembali datang

Untuk apa aku masih hidup?
-

-Jum’at, 24 Agustus

“Bagaimana kau dengan Minseok?” Tanya Sehun pada Luhan disampingnya.

Kai tak ada di rumah dan mereka sedang bersantai di atas sofa, menonton salah satu drama favorit Kyungsoo. Kyungsoo have a bad taste, but who care.

“Kau yang berusaha menjodohkan kami, kenapa bertanya padaku.” Balas Luhan dengan tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari drama.

“Hanya karena kau tahu kau tak bisa mendapatkan Minseok kau tak berani dengannya, pecundang.” Sehun sama seperti Luhan tak mengalihkan pandangannya sama sekali.

“Kau tahu aku brengsek, orang seperti Minseok tak seharusnya tersakiti.” Sehun sedikit terkekeh mendengarnya.

“Ayolah, ini bukan Beauty and the Beast, kau terlalu banyak menontom film seperti itu.”

“Maaf, tapi kekasihmu yang selalu mengajakku menonton film seperti itu.” nada sarcasm terdengar di kalimat itu.

Mereka hening setelahnya.

Luhan sesekali membalas pesan di handphonenya. Mungkin dari ibu atau ayahnya.

Jika waktu itu Luhan tak selamat, apa yang akan terjadi pada Ayah dan Ibunya?

Pertanyaan itu tiba-tiba mendatangi Sehun. Dia menatap Luhan dan bertanya,

“Luhan, kenapa waktu itu kau menolak perintahku untuk keluar lebih dulu?” Luhan balas menatap Sehun ketika mendengar pertanyaan itu.

“Karena aku tak bodoh.” Jawab Luhan singkat.

“Kau menyebut itu sebagai jawaban?” Luhan menghembuskan napas dia dalam, dan mematikan Tv di depan mereka, toh drama itu sudah berakhir.

“Aku tahu, jika aku melakukan itu kau tak akan selamat, pelurumu hanya tinggal sedikit, sebelum kau lompat mungkin kau sudah terkena tembakan lebih dulu,” Sehun terdiam mendengar itu.

Sehun sangat tahu yang dikatakan Luhan adalah benar. Karena itu juga yang waktu itu dia pikirkan.

“Kau punya Kai dan ibumu, kasihan mereka jika kau pergi.”

“Kau tak berada di posisi untuk bicara begitu, kau punya alasan lebih besar dariku untuk bertahan hidup.” Luhan terkekeh mendengar itu.

“Aku? Orang tuaku tak akan khawatir tentang cucu atau uang karena aku punya kakak yang sudah menikah dan memiliki pekerjaan bagus. Dan aku tak punya kekasih, so…” Luhan mengangkat bahunya.

Sehun tahu seberapa jujur pun Luhan mengatakan ini, Luhan tetap ingin hidup lebih lama, menemukan kekasih dan hal lainnya.

Karena Sehun juga terkadang menginginkan itu semua.

Tapi di banyak waktu Sehun merasa itu semua tak berarti apapun. Hanya kebahagiaan semu.

Faktanya adalah Sehun tak tahu tujuan hidupnya.

“Bayangkan saja bagaimana jika Kai gagal dalam misi, terluka atau lebih buruk, apa yang akan kau rasakan?”

Sehun tak pernah membayangkan semua itu sama sekali, karena dia percaya itu tak akan terjadi sama sekali.

Jika dia harus hidup tanpa Kai, mungkin rasanya sama seperti dia mati.

Dia kehilangan cahaya,

Bernapas tapi bukan dengan oksigen,

Setiap hari rasanya akan selalu menyakitkan.

Sehun tak ingin itu terjadi sama sekali.

“Entahlah, aku hanya berharap itu tak akan pernah terjadi.”

Hidup tanpa Kai bagai berjalan di sebuah kaca.

Kaca itu bisa pecah kapanpun, dan Sehun akan jatuh, sangat dalam hingga rasanya mati lebih baik.

Itu hanya bayangan Sehun, tak pernah Sehun tahu dia benar-benar harus merasakannya di kehidupan dia.

*
*
*
Hi ^^

Thanks for reading ><

Next Chapt: Your Existence.

If you like it, Tell me please~~~

Dan kalau ada yang tidak dimengerti, Let me know~~~

Support kalian berarti banyak buatku ><

C u next time (^^)/

Smile on my face || KaiHunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang