Chapter 5: Re-arrangement

5.3K 495 19
                                    

Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, tidak ada unsur kesengajaan dan hanya kebetulan semata.

WARNING: BL, Boyxboy, Gay stories, Omegaverse, Mafia AU. Sexual activities.

A/N:

Sesuai janji, gue bikinin summary.

Intinya, Rasha sama Alex enaena, terus Alex sengaja salah gigit biar nggak langsung selesai disitu. Alex cuma gigit pundaknya Rasha tapi nggak kena scent gland. Sesuai perjanjian, mereka harus ketemu lagi sampai Rasha dapat tanda marking dari Alex.

Bisaan aja emang si Alex.

Terus begitu sampai rumah Acha ketahuan habis enaena sama Aga, dimarahin terus nggak boleh ikut pertemuan-pertemuan dulu. Jadi untuk sementara si Aga yang gantiin Acha sebagai kepala keluarga Mahapraja buat ketemu orang-orang.

Udah sih, gitu aja.

Btw, di chapter ini ada sexual activities-nya lagi dikit. Maafin otak gue yang belum di laundry.

| Chapter 5: Re-arrangement |

Kaneel, Distrik 5

RASHA mengangkat tangannya kemudian mengarahkan pistol Glock 17-nya ke depan dan perlahan menarik pelatuknya dua kali dalam jeda sepersekian detik. Dua buah peluru yang saling bersusulan itu dengan cepat menembus kertas target yang berjarak kurang lebih 15 meter darinya. Rasha kembali mengarahkan laras pendek kaliber 9x19 milimeter miliknya itu dan menembakkan seluruh sisa pelurunya pada kertas target lain. Seluruh peluru yang ia tembakkan itu mendarat tepat mengenai lingkaran hitam paling kecil di tengah kertas target.

Kepala keluarga Mahapraja itu sedang mengisi ulang peluru pistolnya ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Tidak perlu menoleh, Rasha tahu siapa yang datang.

"Sampai sekarang aku belum bisa nemuin orang lain yang bisa menembak seakurat itu " puji Alfa sebagai ganti salam sapa. Langkahnya terhenti ketika ia berdiri tepat di samping Rasha. "Tadinya kupikir kamu sakit sampai nggak ikut pertemuan kemarin, tapi kamu kelihatan sehat." sambung Alfa sambil tersenyum. Tampak ketulusan dari wajahnya.

"Mau apa kesini, Alfa?" tanya Rasha cepat.

Alfa hanya tertawa.

"Aku nggak boleh datang kesini? Biar begini kan tempat ini juga menyimpan memori masa kecilku." sahut Alfa.

"Kamu ingat pertama kali ngajarin aku cara menembak pistol disini?" tanya Alfa lagi sambil mengambil sebuah pistol lain yang tergeletak. Ia mengamati pistol di tangannya sambil tersenyum tipis. Pistol berlaras pendek itu terasa ringan di tangannya karena Rasha memang sengaja memilih senjata api berbahan polimer yang memaksimalkan akselerasi.

"May I?" tanya Alfa meminta izin.

Setelah melihat Rasha mengangkat alisnya samar, Alfa segera melepaskan peluru dari pistol itu—sesuai dengan apa yang dulu Rasha pernah ajarkan padanya. Peluru itu menembus kertas target dengan akurat dan menimpa bekas tembakan Rasha sebelumnya. Sang alpha itu kembali meletakkan pistolnya lalu menatap ke arah Rasha sambil tersenyum.

Rasha balas menatap laki-laki di sebelahnya sejenak sebelum akhirnya ia ikut meletakkan pistolnya ke atas meja. Alfa mengenakan setelan jas pinstripes berwarna navy lengkap dengan dasi berwarna merah polos dan sepatu monk strap hitam. Rambutnya kali ini ditata dengan rapi ke belakang. Saat mereka berdua sedang berdiri bersebelahan seperti ini, Rasha menyadari bahwa tubuh Alfa yang dulu hanya setinggi pinggangnya sekarang sudah jauh menyusul tinggi tubuhnya. Postur tubuhnya tegap dan lekukan otot yang mulai terbentuk sempurna bisa ia lihat dari balik setelan formalnya. Dapat dibilang Alfa merupakan contoh sempurna bagaimana seorang alpha seharusnya terlihat.

THE BΩSS [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang