Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, tidak ada unsur kesengajaan dan hanya kebetulan semata.
WARNING: BL, Boyxboy, Gay stories, Omegaverse, Mafia AU.
| Chapter 17: Death |
Oude Stad, Distrik 1
JEMARI Rasha meraba arteri karotis Alex di sekitar daerah sternokleidomastoideusnya. Setelah sempat terpaku di tempat, Rasha yang kembali mendapatkan fokusnya segera berlari dan menghampiri tubuh Alex yang tergeletak di lantai. Berbekal pengalamannya di bidang medis membuat Rasha berharap ia masih bisa menyelamatkan Alex. Mungkin ini semua masih belum terlambat.
Detik yang bergulir membuat napas Rasha semakin lama semakin tercekat—terlebih lagi ia masih belum bisa meraba detak jantung sang alpha. Gusar, Rasha berusaha meraba sisi lain dari arteri karotis Alex.
"Acha," panggil Ragasha. Ia menggelengkan kepalanya pelan dan berkata, "It's no use."
Rasha tidak menghiraukan perkataan kakak kembarnya dan tetap mencurahkan fokusnya pada sang alpha. Ia membalik tubuh Alex. Untuk sesaat napasnya terhenti ketika ia melihat darah pada kemeja Alex, namun ia berusaha mengumpulkan fokusnya dan segera melakukan resusitasi jantung paru—terlepas dari fakta ia belum bisa meraba nadi karotis sang alpha.
Pemandangan yang ada di depannya membuat Ragasha iba. Ia pun menundukkan tubuh dan menghentikan tangan adik kembarnya. Kini wajah mereka sejajar dan kedua mata mereka saling bertatapan. Setelah memastikan adik kembarnya menatapnya dengan atensi penuh, Ragasha berkata pelan, "He's gone, Acha. I killed him already."
Melihat tatapan mata Ragasha yang penuh kesungguhan, Rasha pun berhenti menekan sternum Alex. Ia menatap darah yang kini menempel pada kedua telapak tangannya. Bau anyir darah yang tercium dari tubuh alphanya membuat isi lambung Rasha merangkak naik. Ia pun berusaha mati-matian untuk menahan gejolak dari perutnya.
Napas Rasha kini bertambah cepat sementara arus pikirannya berjalan lambat—kesulitan untuk mencerna kenyataan yang harus ia terima; kematian Alex. Rasha yang tidak mampu merangkai kata menyisakan kesunyian yang justru menjeritkan rentetan pertanyaan yang menuntut untuk diurai.
"He's an enemy, Acha." bisik Ragasha sambil mengecup sisi lateral dari kening adiknya. "You have no idea how dangerous he is." lanjutnya, seakan berusaha menjelaskan.
Rasha menggelengkan kepalanya—jelas tidak sependapat, namun ia tidak sanggup untuk merangkai kata. Matanya menatap kosong tubuh Alex yang tidak lagi bergerak.
"One day you'll understand." ujar sang sulung menutup pembicaraan itu. Ia lalu kembali berdiri dan menatap laki-laki berbaju hitam yang berada di dekat Adri. "Segera laporkan kepada Axel bahwa Alexander Adinata sudah tewas." perintahnya.
Laki-laki berjas hitam yang mengenakan pin dasi dengan lambang keluarga Cakrawangsa itu melirik ke arah Adri yang masih kehilangan kesadarannya. "Lalu bagaimana dengan yang satunya?" tanya laki-laki itu pada Ragasha.
"Lakukan sesukamu." sahut Ragasha terdengar tidak peduli. "Axel hanya memintaku untuk mengurus masalah Alexander Adinata." sambungnya sembari melepaskan sarung tangan yang ia gunakan dan melemparnya sembarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BΩSS [BXB]
General Fiction"What if" Rasha take the throne? THE BOSS S t a t u s : c o m p l e t e [ 2018 - 2020 ]