Bab 18 : Lebih dari Cukup

378 20 0
                                    

Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang sekarang romeo pikirkan, kenapa dia mengambil jalan yang bukan kerumah. Mau kemana dia membawaku dimalam yang semakin larut ini dan masih dengan kecepatan tinggi.

"Romeo ini bukan jalan mau kerumah kamu" entah kekuatan dari mana aku pun bertanya. Diam dan sekilas melihat ku itu yang dilakukan nya.
"kamu buat aku takut" dan mobil itu berhenti dengan cara menyalip mobil di depan nya. Romeo membuka seatbeltnya dan membuka pintu mobil. Mau kemana dia, dan tidak memberitahukan ku sama sekali. Karena kesulitan dengan gaun itu, aku memilih menunggu di dalam saja.

****
Romeo Pov

Apa yang dikatakan mariska membuat aku merasa tidak berguna sebagai suaminya. Baru saja menikah tapi tidak bisa melaksanakan tanggung jawab untuk melindungi nya, ditambah air matanya yang mengalir ketika bertatapan denganku.

Yang aku pikirkan hanya satu yaitu memberi pelajaran kepada mereka semua. Aku menyetir mobil dengan kecepatan tinggi dan tidak memperdulikan ucapan mariska. Aku bingung dan cemas tapi emosi yang lebih menguasai pikiranku. Aku melihatnya dan menyalip mobil mereka. Secepat kilat aku turun dari mobil dan menghampiri mereka.

"LO CARI MATI !!!! " ucap salah satu dari mereka yang tadi meminta mariska padaku.

"kalo iya kenapa? Kalo lo takut mati, berarti lo salah berurusan sama gue"

"sinting"

" jo, dia nantangin lo. Masa lo diam aja, kasih pelajaran aja paling satu pukulan udah lari. " ucap teman nya dari belakang.

" men kayaknya orang yang tadi. itu... suami dari wanita cantik yang lo godain tadi.

"wah berarti dia...-"

"gausah banyak cerita lo semua,turun kalo lo memang berani" potong ku karena mereka membuang waktu saja.

Dia berdiri dari duduknya " gue turun asal istri lo yang jadi bayaran nya kalo sampe lo kalah sama kita"

" BANGSAT !!! " aku berjalan ke arah nya karena lagi lagi dia melecehkan mariska dan mengaggap dia adalah wanita murahan, itu jelas melukai ku juga.

Belum sempat aku menariknya dia sudah turun, dan bugh... satu pukulanku langsung mengenai wajah nya. Dia terjungkal ke belakang. Melihat itu 2 teman nya yang lain kaget dan turun.
Aku menghajar mereka satu per satu, sesekali pukulan mereka mendarat di pipiku. Mereka yang ingin membantu tadi nya pun sudah terkapar di jalan.

Yang dipanggil jo tadi mencoba untuk bangkit, aku berjongkok di hadapan nya dan kembali memberi pukulan.

Bugh...

"Itu buat lo yang udah melecehkan wanita, dan yang membuat lo ada disini adalah wanita yang harusnya lo hormati.

Bugh...

" itu buat istri gue yang udah lo buat menangis di hari bahagia kami "

Bugh...

" dan ini untuk abang lo yang udah buat gue masuk rumah sakit"

uhuk...uhukk " siapa lo? a..ada masalah apa lo sama abang gue? Kalo dia tau lo mukul gue gini, uhuk... hab..-"

bugh...bugh... aku memukulnya kembali karena dia terlalu banyak bertanya dan ingin tahu.

" Romeo cukup, kamo bisa bunuh dia" aku melihat mariska berada di belakangku. Mungkin dia turun karena mendengar keributan.

"Dia udah menghina lo dengan kata-katanya dan itu juga yang buat lo nangis. Gue harus buat dia merasakan sakit itu "

" aku bilang cukup romeo !!! Bukan dengan cara seperti ini, memberi dia pelajaran. Kamu mau buat aku lebih sakit lagi dengan kamu nanti bermasalah di kantor polisi "

Cinta MariskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang