Bab 22 : Masih sisi lain

255 16 0
                                    

Makan malam tanpa adanya romeo karena dia tetap memilih tidur panjangnya. Suasana makan malam ini tidak ada disuguhi pembicaraan karena semua sibuk dengan pikiran nya masing-masing.

Selesai makan, aku izin kepada papa dan mama untuk membawa makan malam romeo ke kamar saja. Mama setuju, aku membawa nampan sambil berjalan. Aku membuka pintu dengan susah payah, meletakkannya di meja dekat sofa kamar. Aku beralih membagunkan romeo tapi dia tidak menjawab, aku berpikir dia masih tidur atau menghindari ku. Biarkan saja dia tidur, palingan kalo lapar pasti makan. Aku menunggu ya dengan duduk di sofa sambil membaca novel.

sudah satu jam tapi romeo masih setia dengan mimpi indah nya, dan itu sudah menyerupai putra tidur, karena dia laki-laki jadi aku katakan demikian. Aku naik ke atas tempat tidur,berbaring disebelah nya sambil dengan posisi nya menyamping menghadap romeo. Aku merubah posisiku berapa kali tapi tetap saja tidak bisa memejam kan mata, kejadian sore tadi terus berputar di otak ku.

Aku menyerah dan memilih duduk sambil menyentuh tangan romeo.
"Romeo... aku gak bisa tidur" ucapku seakan dia dalam keadaan membuka mata .
" Aku nggak tahu kamu udah bangun dan bisa dengar aku ngomong atau engga rom" aku kembali menguncangkan tangan nya, hasilnya sama saja romeo masih menutup mata.
"Bukan cuma kamu yang terluka sama kejadian tadi rom, aku juga. Aku tau aku ceroboh, bukan... tapi sangat ceroboh. aku minta maaf kalo perbuatan aku buat kamu marah dan kecewa. Romeo... aku gak bisa kamu giniin" aku memang cengeng karena air mataku sudah jatuh, aku malu dengan umurku tapi aku tidak bisa menutupi rasa sakit ini. "aku juga sama terkejutnya rom dan takut. aku harus gimana biar kamu gak diemin aku??. kamu tadi sebut nama raka kan, untuk apa bahas dia lagi disaat kamu sendiri tau kal.. " ucapanku tersendat karena sambil menangis "kalo hati aku itu udah buat kamu. Aku tau kamu dengar aku tapi lebih milih diam, iya kan??? Jawab aku romeo" dan aku yakin air mataku sudah membasahi baju nya. "kamu jahat rom. Aku ngerasa sendiri sekarang"

Aku mengubah posisi duduk ku tidak menghadap romeo lagi. Aku menghadap ke depan dan menundukan kepalaku, dengan lutut kaki yang ditekuk. Aku masih saja menangis.

"gue tau kata maaf udah terlalu sering terucap dari mulut gue" ucap romeo pada akhirnya, lalu aku merasakan dia memeluk ku dari belakang.

itu membuat air mataku semakin deras mengalir "gue kebawa emosi, dan gak melihat kalo lo juga terluka atau mungkin jauh terluka karena omongan gue. Mariska... please ma..-"

Aku membalikan badan menghadap nya sambil menutup mulutnya dengan sebelah tanganku " Jangan bilang maaf kalo kamu belum bisa membuktikannya dan masih mengulang hal yang sama. Kalo itu terjadi, maka maaf kamu gak berarti apa-apa."

Romeo mengambil tanganku yang membekap mulutnya "gue masih suka terbawa emosi, mungkin karena gue yang masih labil dan lebih mengedepankan kan ego dan itu tadi." Dia menghela nafas sebentar dan berucap "gue cemburu saat tangan ini disentuh oleh orang lain." dia melihat aku tajam "apa lagi orang itu alex"

****
" makasih " ucap ku pada romeo, dia membalas dengan tersenyum. setelahnya aku mencium sekilas pipinya, kali ini dia membalas nya dengan tertawa.
" ada yang salah ya sama muka aku" tanyaku malu."

"gue pergi dulu" balasnya dengan mencium puncak kepalaku. "kelakuan lo tadi seperti ABG yang baru pertama kali pacaran" bisik nya ditelingaku lalu mencium sebelah pipiku.

aku membulatkan mata ku ke hadapan nya, dia tertawa lebih kencang dan memakai helm nya. sungguh romeo merusak suasana indah pagi ini.

setelah semalam di mengatakan tentang alex yang menyentuh tanganku, aku kira dia akan kembali marah tapi dugaan ku salah dia malah membawaku tidur dengan masih tetap memeluk aku. Jujur aku bingung dengan tingkah romeo seperti memiliki sisi lain, terkadang manis dan cepat marah bersamaan.

Cinta MariskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang