Jangan Lupa untuk Vote di bab ini....
Mariska masih saja sibuk dengan pemikirannya. Dia terus berjalan dengan langkah pendek tanpa melihat sekitarnya. "Bayi" , Kata itu yang mampu membuat mariska sesekali tertawa lalu menjatuhkan air mata. Siapa yang tidak merasa sedih, sakit, kecewa, dan marah saat mengetahui dirinya sedang mengandung dan disaat yang bersamaan kehilangan salah satu bayi-nya?. Semua orang pasti merasakan hal itu, apabila berada diposisi Mariska saat ini.
Langit seperti ikut merasakan apa yang dialami mariska, Hujan. Mariska berjalan lebih cepat, memilih berteduh di taman yang ada disana. Dia tidak bisa egois dengan tetap berjalan, karena ada jiwa lain yang harus dijaganya. Mariska menangis. Gaun berwarna putih dengan tali spaghetti yang mariska pakai basah. Mariska meras tidak nyaman. Dia mengambil Handphone nya, ingin mengirim pesan. Tapi mariska bingung, kepada siapakah dia pantasnya meminta bantuan.
" Maaf. Apa kamu butuh bantuan seperti tumpangan, misalnya?. Disamping mariska berdiri seorang Laki-Laki dengan seragam SMA.
Mariska menegakkan kepala nya, "Terimaka-- bukankah kita pernah bertemu?.Mariska bergeser kesamping dengan raut wajah merasa panik.
"Oh iya?" Laki-Laki itu menunjukan wajah sedang berpikir, mencoba mengingat pertemuan mereka. "Sepertinya aku butuh bantuan kamu untuk mengingatnya". Dia duduk disebelah mariska, hal itu yang justru membuat mariska takut. Mariska hendak berdiri, tapi tangan laki-laki itu lebih cepat memegang sebelah tangan mariska.
"Maaf. Sepertinya aku ha..harus pergi sekarang juga". Ucap mariska dan berusaha melepas pegangan itu.
" Apa aku semenakutkan malam itu?" Laki-laki itu menarik mariska untuk duduk, mariska tidak bisa berbuat apa-apa. "Kemaren itu kita belum sempat berkenalan. Nama aku itu Jonathan, panggil aja Jo". Yang bernama Jo itu pun tersenyum. Terlihat jelas mariska tidak mengharapkan perkenalan itu, karena dia tidak menjawab maupun menatap Jo.
"Aneh. Kamu gak ada niat memperkenalkan siapa kamu, nama mungkin?. Jo meminta pada mariska.
"Mariska." Mariska semakin merasa dingin karena takut.
"Nama kamu mariska ternyata, seperti yang dikatakan banyak orang 'namanya secantik orangnya'. Ucapan Jo seperti ancaman bagi mariska. Ditambah dengan tatapan Jo seperti mengisyaratkan sesuatu yang buruk.
"Aku tahu malam itu kamu tidak dalam keadaan sadar sepenuhnya." Mariska menatap Jo dan yang ditatap menganggukan kepala seperti membenarkan.
" Aku minta maaf buat kelakuan dan kata-kata aku malam itu. Aku dalam pengaruh alkohol." Jo mengulurkan tangannya. Mariska mengalihkan pandangan-nya.
"Jangan pernah mengulangi hal sama untuk kedua kalinya." Jawab Mariska, Jo menarik tangan-nya yang tidak kunjung disambut mariska.
"Jadi..." Kata mariska lagi
"Kenapa?"
Mariska berdiri, " Bolehkan aku per...". Mariska limbung, memegang kepalanya dan terjatuh kembali.
"Anjirr. " Jo terkejut, secepat mungkin menangkap mariska yang sedikit lagi akan tergeletak. Dengan posisi menopang mariska di pangkuannya, jo membelai pipinya. Berusaha membangunkan . Jo bingung, dia mengambil tas mariska, hingga bunyi keras menghentikan niatnya.
Blammmm
" Heyy. Apa yang anda lakukan? Seorang Laki-Laki dewasa mendekati mereka.
" Dia pingsan" Jo memberitahu.
" Apa yang sudah anda lakukan sehingga dia pingsan?" Laki-laki itu terlihat marah.
" Saya ju"
" Masukan dia kedalam mobil saya sekarang juga." Perintah-nya
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Mariska
RandomPertemuan itu terjadi bukan hanya karna kebetulan tapi ada faktor lain dan mungkin itu adalah takdir. Takdir yang ada harus diterima dan dijalanin dengan semestinya agar kebahagian menjadi bagian di dalamnya. "Kamu tanya kenapa harus aku, begitu ya...