Bab 40 : Cinta Mariska (End)

290 5 0
                                    

" Pada hari itu, berapa bulan setelah kelahiran adik kamu-Jorge.Oma kalian datang kerumah kita, menemui mama. Oma kamu bilang, jika mama tetap memilih bertahan di samping papa kalian, maka perusahaan yang sedang dirintis papa kalian taruhannya. Mama berpikir, rejeki itu bisa diusahakan lagi. Tapi selanjutnya Oma kalian menambahkan, tidak menganggap lagi Papa kamu sebagai anak. Ini yang berat untuk mama, dengan alasan itu mama memutuskan berpisah. Kamu pasti bertanya kenapa tidak membawa kalian berdua. Karena kalian sudah merasakan gimana hidup dengan kemewahan sedangkan Jorge belum. Jadi mama masih bisa mendidiknya untuk hidup sederhana. Mama gak mau kalian ikut susah. Setelah bercerai, mama baru tau kalo papa kalian tahu tentang alasan mama memilih berpisah tapi dapat ancaman juga dari Oma kamu. Pernikahan kedua mama atas permintaan papa kalian, dia sahabat papa kamu. Awalnya papa kamu mengira dia bisa menerima pernikahan mama yang baru dengan sahabatnya. Mama memang bahagia tapi cinta itu tetap milik papa kamu. Perasaan yang terpendam itu yang buat papa kalian sakit hingga meninggal. Mama juga sama merasa bersalahnya. Mama gatau apa aja yang udah Oma kalian katakan tentang mama, tapi percayalah mama tidak seperti itu. Mama selalu menyayangi kamu Marc." Ucapnya dengan tangis tersedu-sedu.

"Apa bukti mama selalu menyayangi aku."

"Ini." Marc menerima setumpuk surat dan berapa kado yang masih utuh belum tersentuh. "Tidak semua yang mama bawa tapi suratnya sudah semua. Setiap kalian ulang tahun mama selalu mengirim hadiah walaupun tidak mahal. Setahun setelah perceraian itu, mama masih mengantar sendiri tapi mama selalu diusir. Akhirnya mama memilih mengirim, tetap sama saja karena kado itu kembali lagi pada mama." Marc berjalan menjauh.

Setelah berapa menit hanya terdengar suara tangisan si ibu. Mariska mendekat
"Hai..." Marc melihat kesamping pada orang yang berbicara padanya. "Nama aku mariska." Mengulurkan tangan tapi hanya dilihat oleh marc.
"Aku tau kamu juga pasti masih sangat menyayangi mama kamu. Dia ibu yang hebat, merelakan kebahagiannya demi kalian semua. Walaupun pada akhirnya itu menyakiti semua pihak. Perlu kamu tau disaat tertekan dan bimbang, keputusan yang diambil pun tidak selalu tepat. Mama kamu sama tersiksanya dengan kalian. Marc, aku tau kamu laki-laki yang perasa dan juga lembut." Perkataan itu sukses membuat marc yang tadinya serius jadi mengerutkan dahinya.

"Gue bukan adonan kue." Tetap dengan raut wajah datar.

Mariska tertawa, reflex meninju pelan lengan Marc. "Dengan wajah datar kamu bisa ngelucu juga. Mmmm...maaf" Ucap mariska karena ditatap aneh oleh Marc.
"Marc, hidup ini terus berjalan. Apa kamu mau seperti ini terus? Saran aku kamu berdamai dulu sama diri kamu sendiri. Kasih kesempatan diri kamu melihat sisi lain cerita yang dulu hanya ada kebencian di dalamnya. Itu gak akan sulit karena baru saja kamu melakukan itu, mendengar penjelasan mama kamu."

" Lo bisa bilang gitu karena gak pernah merasakan diposisi gue."

"Pernikahan aku dan suami aku karena perjodohan. Romeo namanya. Kamu tau kan gimana menyesuaikan karakter kami yang berbeda, ditambah perkenalan yang sangat singkat. Tapi aku coba berdamai dengan diriku, dengan menerima takdir yang udah dituliskan. Kamu tau gak ada dua hal yang sulit diucapkan dalam hidup ini, kata 'Maaf' dan 'Terimakasih' dan jangan sesekali kamu ucapkan kata itu, jika belum ada kesadaran dalam diri sendiri karena bisa dipastikan akan terulang kesalahan yang sama apabila terlalu mudah mengucapkan nya." Mariska berpindah kedepan Marc agar bertatapan langsung. Mariska melihat tepat di mata Marc, lalu memberi senyuman sebelum berbicara.

"Marc, aku bisa merasakan kalo disini." Mariska menunjuk dadanya, "Masih banyak cinta untuk mereka, cobalah untuk memulai menjadi pribadi yang baru. Aku yang baru kenal kamu saja, yakin akan hal itu. Kamu bisa karena mereka akan selalu ada, untuk menerima dan menyayangi kamu."

Flashback Off

"Ayo bangun , Papa." Tiupan lembut mariska mengenai wajah suaminya, dan hal itu belum juga mengusik tidur panjang lelaki yang ada disebelahnya. Mariska berusaha lagi, kali ini dengan posisi tidur yang menghadap kesuaminya, mariska memegang ke dua belah pipi suaminya dan ditiupkannya tepat kelopak mata suaminya.

Cinta MariskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang