2

1.6K 111 43
                                    

"Haah,, jadi begini rasanya kebebasan" pemuda itu merentangkan tangannya begitu tiba di Los Angeles.

Ia segera menyandang tas ranselnya dan bergegas turun dari pesawat yang di tumpanginya selama 13 jam lamanya tersebut.

Tidak perlu berlama-lama menunggu bagasi karena memang hanya ransel ini saja yang di bawanya.

Zach melangkahkan kakinya, langkah pertama yang akan merubah kehidupannya kedepan.

Ia mekangkah dengan riang dan sesekali bersenandung kecil. Kedua manik teduhnya asik memperhatikan setiap pemandangan yang terdapat di kota yang tidak pernah sepi tersebut.

Hingga tatapannya tertuju kepada seorang pria yang berpakaian lusuh yang sedang memetik gitarnya di depan pintu masuk bandara.

Zach melangkah mendekat ke pengamen yang tengah bernyanyi tersebut.

"Wohoo,, permainanmu sangat mengagumkan" ucap Zach sembari bertepuk tangan yang di balas senyuman oleh sang pengamen.

Zach tampak berpikir sejenak dan kemudian mendekati sang pengamen.

"Apa aku boleh ikut bernyanyi bersamamu?" tanya Zach.

"Kau bisa bernyanyi?" tanya sang pengamen kembali yang di balas oleh anggukan mantap oleh sang pangeran.

"Baiklah, lagu apa yang kau inginkan?" Zach mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di dagu tampak sedang berpikir.

"Stitches?"

Sang pengamen mengangguk dan mulai memetik senar gitar berwarna hitam tersebut.

Sementara Zach menarik napas dan mulai menyanyikan lagu milik shawn mendes tersebut.

Suaranya yang berat dan dalam mengalun indah, menghipnotis orang-orang yang berada di sekitarnya untuk mendekat.

Kedua mata teduhnya terpejam mrnghayati lagu yang sedang di nyanyikannya tersebut, sehingga ia tidak menyadari jika ada seorang pria berambut pirang tengah menatap nya dengan lekat.

Prok,,prok,,prok,,

Tepuk tangan yang meriah menutup penampilan Zach. Mereka satu persatu melemparkan uang kedalam tas gitar milik si pengamen untuk mengapresiasi nyanyian Zach tadi, mereka tidak menyadari jika yang baru saja bernyanyi itu adalah seorang pangeran.

"Lihat semua uang ini" ucap sang pengamen dengan bahagia.

"Ini penghasilan terbanyak selama aku menjadi pengamen" sambungnya. Kedua tangan nya telah sibuk menghitung uang yang berada di dalam tas gitarnya.

"Ini bagianmu" pengamen itu menyodorkan beberapa lembar uang kepada Zach.

"Tidak terimakasih, untukmu saja" tolak Zach dengan sopan. "Terimakasih telah mengiri aku bernyanyi tadi itu adalah pengalaman terhebatku. tapi aku harus bergegas" ucapnya sembari melirik jam tangannya yang telah menunjukkan pukul 5 sore waktu setempat.

Ia harus bergegas mencari tempat untuknya menginap malam ini sebelum hari gelap.

"See you next time bro" pamitnya yang di balas lambaian tangan dan senyuman lebar sang pengamen.

Ia menyusuri trotoar bersama ratusan orang lainnya, kedua manik teduhnya menelusuri bangunan-bangunan yang berdiri menjulang seakan ingin menggapai langit.

Bughh,,,

Tidak sengaja ia menyenggol seorang wanita tua yang ber-make up tebal m, menyebabkan ranselnya dan tas belanjaan ibu-ibu tersebut terjatuh.

"Hei kau! Seharusnya kau memperhatikan langkahmu itu!" hardik si wanita kepada Zach.

Zach menyeringit tak suka, sebagai seorang pangeran ia di besarkan dengan orang-orang ysng selalu bersikap hormat kepadanya, hal itu menyebabkan ia tumbuh dengan keras kepala dan ego yang tinggi.

Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang