"Beb, ayah berkata jika dia akan menemui kita di London nanti" Ucap Hanna ke pada Corbyn yang tengah menyuap makanan di hadapannya.
Mereka kini tengah berada di dalam ruang wardrobe, sedari pagi mereka sudah berada di arena untuk check sound dan gladi bersih untuk konser mereka siang ini.
Corbyn mengalihkan pandangannya dari makanannya dan menatap tunangannya, dia dapat menangkap kegelisahan yang terlukis di wajah cantik itu.
"Ada apa?" Tanya Corbyn sembari menyeringitkan dahinya. Dia merasa tidak ada masalah akhir-akhir ini yang mengharuskan ayah dari kekasihnya ini menemui mereka.
Jika pun ingin berkunjung pria itu tidak perlu meminta persetujuan bahkan sampai menentukan tempatnya.
Hanna menggigit bibirnya dan memilih bungkam, bukannya ingin merahasiakan sesuatu dari pemuda yang di cintainya itu. Hanya saja dia tidak tahu harus bagaimana cara berbicara masalah ini. Biarlah ayahnya yang menyampaikannya sendiri nanti.
Corbyn menghela napas dan mengusap puncak kepala gadisnya dengan sayang. "Sudahlah, jangan terlalu di pikirkan" Ucapnya ketika melihat kegusaran di wajah Hanna.
Hanna hanya dapat menganggukkan kepalanya.
"Maafkan aku" Gumam Hanna yang tentunya tidak dapat di dengar oleh Corbyn yang tengah meneruskan makannya.
*****
Sementara itu di tempat lain tampak Jonah yang menatap ponselnya dengan gusar.Sebuah pesan kembali masuk dengan nomor asing yang sama dengan yang mengirimkan pesan kemarin.
Setelah beberapa saat berfikir dia akhirnya membulatkan tekat dan menghubungi nomor asing tersebut.
Pada deringan ketiga sebuah suara bariton menyapanya dari seberang sana.
"Siapa ini?" Tanya Jonah tidak mau berbasa-basi.
"Slow down son, tidakkah kau merindukan kakek tuamu ini?" Ucap orang yang berada di seberang telepon.
Jonah menyeringitkan dahinya saat mengetahui sang kakek yang berbicara. "Apa maumu?" Nada berbicaranya berubah menjadi sangat dingin. Walaupun hubungannya dengan sang kakek sudah mulai membaik tetapi tetap saja dia tidak bisa menghilangkan nada dinginnya saat berbicara dengan pria paruh baya itu.
"Aku hanya ingin mengetahui keadaan cucuku" Jawab pria paruh baya tersebut.
Jonah tersenyum miring mendengar jawaban dari kakeknya tersebut. Oh, dia terlalu mengenal pria tersebut, tidak mungkin dia menghubungi seseorang jika tidak menguntungkan bagi dirinya.
"Berhenti berbohong,," Desis Jonah di sambut dengan kekehan dari seberang sana.
"Ternyata kau terlalu mengenal kakekmu ini ya?"
"Dengar, walaupun aku sedang berusaha memaafkanmu tetapi aku tidak memiliki kesabaran yang cukup untuk meladeni dirimu dan semua omong kosongmu itu" Ucap Jonah dengan nada dinginnya.
"Baiklah, aku akan serius saat ini" Ada jeda sejenak sebelum pria paruh baya tersebut melanjutkan ucapannya yang mampu membuat jantung Jonah berhenti sekian detik.
"Sarah sudah meninggal" Jonah mematung di tempatnya ketika mendengar hal tersebut. Wanita yang berusaha mencelakakan dirinya dan orang-orang penting yang berada di sekitarnya sudah meninggal dunia.
Tetapi bagaimana bisa?
"Tuan, tuan muda" Suara dari seberang sana menyentak dirinya dari lamunannya. Jonah menyeringit saat suara itu berubah dari sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Know
FanfictionSEQUEL WHY DON'T WE? *************** "Akan kubuat kucing liar itu bertekuk lutut di bawah kakiku seperti yang seharusnya orang-orang lakukan kepadaku, dan di saat itu terjadi maka dapat kupastikan dia akan mengemis cinta dar...