Taxi yang di tumpangi oleh Zach dan Paul tiba di depan sebuah mansion megah berwarna dominan putih dan di hiasi oleh beberapa ornamen wood yang semakin memperindah bangunan mewah tersebut.
Zach menatap bangunan di hadapannya dengan terkagum-kagum.
"Wow ini sangat mengesankan, apa kau yakin tidak salah alamat? Maksudku dengan wajahmu yang seperti ini aku tidak menyangka jika kau memiliki rumah sebagus ini" ucap Zach yang mampu membuat Paul mendengus jengkel.
"Menurutmu aku seharusnya tinggal dimana?" tanya pria pirang itu dengan kesal.
Zach mengerutkan alisnya. "Entahlah, mungkin di bawah kolong jembatan" jawab Zach dengan wajah tak berdosa miliknya.
"Jika kau tidak berhenti bicara dan masuk sekarang maka aku pastikan jika kau yang akan tidur di bawah kolong jembatan malam ini!" geram Paul.
"Baiklah, baiklah. Jangan terlalu sering marah, kau akan terlihat tua" Zach mengangkat tangannya tanda menyerah dan kemudian masuk kedalam mansion megah tersebut.
Paul menghela napas panjang, lama-lama jika berada di dekat anak itu dia bisa mati karena darah tinggi. Entah apa alasannya sehingga ia membawa begitu ingin membawa bocah ingusan itu ke kediamannya.
"Paulo! Dimana kamarku??" terdengar teriakan dari dalam mansion tersebut.
"Anak ini!" Paul menggeram dan kemudian menyusul Zach kedalam.
"Kamarmu berada di lantai dua, pintu paling pojok" jawab Paul dan kemudian berlalu masuk kedalam kamar nya yang berada di lantai satu.
"Okay, thanks Paulo!" teriak Zach dan berlari menaiki anak tangga.
"Namaku Paul bodoh!" terdengar teriakan dari lantai bawah, hal itu membuat Zach tergelak di tempatnya.
"Pintu paling pojok, paling pojok,,," gumam Zach sembari menelusuri satu persatu pintu yang berada di lantai itu.
"Aah,, pintu paling pojok" ia membuka pintu berwarna coklat di hadapannya.
"What the heck!!" ia melongo melihat apa yang berada di balik pintu tersebut.
Ia segera turun kebawah dan menghampiri Paul yang tengah duduk menonton televisi.
"Are you fucking kidding me?" sembur Zach tepat di hadapan Paul.
"What wrong?" tanya Paul tak mengerti.
"Kau menyuruhku untuk tidur di kamar mandi? yang benar saja dude! bahkan tikuspun tidak mau tidur di dalam sana" oceh Zach.
Paul mengerutkan dahinya.
"Kamar mandi?"
"Ck,,, kau mengatakan kalau kamarku berada di pintu paling pojok tetapi yang aku dapati itu adalah kamar mandi" Zach berdecak kesal.
Sedetik kemudian tawa Paul pecah mengisi setiap sudut ruangan itu.
"Aku tidak menyangka ternyata kau sebodoh itu" Paul menepuk-nepuk pahanya dan kemudian menyeka air mata yang berada di sudut matanya.
"Kenapa kau tertawa? Apanya yang lucu??" sungut Zach.
"Bukankah lantai itu memiliki dua sisi? Pasti kau membuka pintu yang salah, kamarmu berada di sisi yang satunya di dekat jendela" terang Paul.
Zach terdiam sebentar, ia tengah mencerna semua perkataan Paul barusan.
"Tapi kalau kau mau tidur di kamar mandipun aku tidak keberatan sama sekali"
"Sialan kau Paulo!!" Teriaknya dan kemudian berlalu dengan mengumpati Paul dengan semua bahasa yang di ketahuinya.
Blam,,,
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Know
FanfictionSEQUEL WHY DON'T WE? *************** "Akan kubuat kucing liar itu bertekuk lutut di bawah kakiku seperti yang seharusnya orang-orang lakukan kepadaku, dan di saat itu terjadi maka dapat kupastikan dia akan mengemis cinta dar...