"Sepertinya putri kecil itu mulai mencurigai kita Tuan" Ucap seorang pria paruh baya yang sedang duduk di sebuah cafe yang berada di sudut kota.
Pria yang tampak jauh lebih muda darinya itu hanya terkekeh sinis. "Apa yang bisa di lakukan oleh tikus kecil seperti dia?"
"Jangan meremehkannya Tuan, dia adalah gadis kecil yang tangguh lagipula dia adalah sosok paling ambisius yang pernah saya kenal setelah,,, " Ucapan pria tua itu terpotong ketika sepasang mata tajam di hadapannya menatap dengan tatapan membunuh kearahnya.
"Setelah Anda tentunya Tuan" Ucap pria tua itu dengan sedikit menundukkan kepalanya.
Pria di hadapannya hanya tersenyum sinis. "Biarkan dia melakukan apapun yang di inginkan pada detik-detik terakhir kehidupannya, apa kau tahu jika menyingkirkannya semudah menyingkir seekor nyamuk" Pria itu memeragakan gerakan menepuk seekor nyamuk.
"Semudah menyingkirkan ibunya yang keras kepala itu"
*****
"Tidak,,, aku bukan pembunuh! BUKAAAN,,, "
"Zach,, bangun" Caitlyn mengguncang-guncang bahu Zach yang meronta dalam tidurnya.
"Haah,, haah,,, " Zach terduduk di ranjangnya dengan napas yang terengah-engah. Peluh membasahi wajah dan lehernya.
"Kau baik-baik saja? " Tanya Caitlyn dengan cemas. Semenjak mendengarkan cerita Letta mengenai kejadian saat Letta dan Jocellin di culik, Caitlyn semakin mengkhawatirkan keadaan pemuda itu.
Sepertinya rasa bersalah dan trauma membuat psikis Zach sedikit terguncang, walaupun tidak secara langsung tetapi trauma itu datang dalam bentuk mimpi dan membuat Zach kesulitan tidur selama beberapa minggu belakangan ini.
"Haah,,, haaah,,, " Zach duduk dengan napas yang terengah-engah, kedua manik teduhnya membulat sempurna sembari menatap sekelilingnya dengan liar.
"Sshh,, tenanglah, semuanya akan baik-baik saja oke?" Caitlyn menangkup sebelah pipi Zach membuat kedua manik mata mereka bertemu.
"Aku,, astaga! Rasanya aku sudah tidak sanggup lagi" Zach mengusap wajahnya dengan kasar sebelum menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
Tatapan Caitlyn melembutkan saat melihat bagaimana frustasinya Zach saat ini. Ia tahu semua ini pasti berat bagi Zach, bahkan jika itu dirinya mungkin dia tidak akan mampu menyembunyikannya sebaik yang di lakukan oleh pemuda itu.
Mungkin dia akan mengurung diri di dalam kamar dan menjadi gila, tetapi dia bersyukur itu bukan Zach. Siapa yang akan menggaji nya jika bos nya ini mendadak gila?
Really Caitlyn? Di saat seperti ini kau masih memikirkan hal seperti itu? Sepertinya otaknya tertular kebodohan bos nya ini.
"Hei, mau ku beri tahu sebuah rahasia?" Nada bicara Caitlyn melembut, tidak seperti biasanya yang ketus dan menusuk.
Zach masih bergeming pada posisinya. "Memaafkan diri sendiri adalah kunci agar kau terbebas dari siksaan itu, rasa bersalah yang begitu dalam membuat dirimu hancur. Kau hanya perlu mengakui kesalahanmu kepada dirimu sendiri dan kemudian mencoba untuk memaafkan kesalahan itu, bukan melupakan karena bagaimanapun fatalnya sebuah kesalahan tetap tidak boleh di lupakan" Nasehat Caitlyn pada Zach.
"Kenapa?" Tanya Zach dengan sendu. "Jika masalalu itu menyakitkan lebih baik di lupakan dari pada menjadi beban" Sambungnya sembari menatap manik emerald Caitlyn yang baru di sadari oleh Zach ternyata sangat indah.
Caitlyn tersenyum tipis, sangat tipis sehingga Zach tidak menyadari senyuman tersebut. "Jika kau melupakannya maka kau bisa saja suatu hari nanti mengulangi kesalahan yang sama, masalalu itu bukan musuh melainkan guru dalam menjalani hidup. Dia sebagai pengingat atas kesalahan yang pernah kau perbuat agar kau tidak mengulangi kesalahan yang sama. Bahkan keledai pun tidak mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya" Caitlyn menepuk pundak Zach.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Know
FanfictionSEQUEL WHY DON'T WE? *************** "Akan kubuat kucing liar itu bertekuk lutut di bawah kakiku seperti yang seharusnya orang-orang lakukan kepadaku, dan di saat itu terjadi maka dapat kupastikan dia akan mengemis cinta dar...