26

563 77 12
                                    

Setelah menempuh tiga jam perjalanan akhirnya pesawat yang mereka tumpangi telah mendarat dengan selamat di Armando international Airport, Stockholm, Swedia.

Dengan langkah berat Zach melangkah keluar dari pesawat tersebut. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling mengamati setiap sudut Bandara yang tampak tidak banyak berubah sejak dia melarikan diri dua tahun yang lalu.

Akhirnya setelah dua tahun dia kembali lagi ke tanah kelahirannya ini, Ada perasaan bahagia tetapi tak dapat di pungkiri jika dia juga merasa takut. Oh shit! Dia merasa seperti anak gadis yang ketahuan tidak pulang semalaman oleh orangtuanya.

Tidak, tidak. Dia bukannya tidak pulang semalaman tetapi tidak pulang selama dua tahun, entah apa yang akan di lakukan oleh ayahnya saat berhasil menangkapnya nanti.

Tapi pantaskah Zach berfikir seperti itu di saat dua tahun ini dia hidup tenang-tenang saja tanpa ada gangguan dari ayahnya, dia tahu seberapa berkuasanya ayah yang merangkap menjadi raja itu.

Bahkan mungkin dalam hitungan hari setelah kepergiannya ayahnya akan dengan mudah dapat menemukannya.

Ingatannya kembali melayang kepada beberapa tahun yang lalu dimana dia masih berusia 13 tahun.

Flashback on

"Ayo kak, tangkap aku!" Seru seorang gadis kecil kepada anak laki-laki yang terlihat lebih tua dua tahun dari dirinya.

Mereka berdua kini tengah berlari di halaman belakang sebuah istana megah. Sementara itu terlihat beberapa pengawal dan seorang wanita paruh baya yang berdiri tidak jauh dari keduanya tengah mengulas senyum melihat sepasang kakak beradik tersebut.

"Aku lelah Lexa, sudah ya?  Jangan berlari lagi" Ucap anak laki-laki itu sembari membungkukkan badannya dan bertumpu pada lututnya. Dadanya naik turun berusaha menormalkan nafasnya yang memburu.

Gadis kecil bernama Alexa itu mengerucutkan bibirnya saat melihat kakaknya yang tertinggal jauh di belakangnya.

Memang jika di bandingkan dengan Alexa yang sangat aktif dan tidak bisa diam, kakaknya itu tidak terlalu suka kegiatan yang menguras banyak tenaga. Ia lebih menyukai kegiatan yang lebih tenang seperti bernyanyi atau memainkan alat musik.

"Kakak, mainkan harmonika mu untukku please" Pintanya dengan memasang wajah memelas nya yang membuat sangat kakak tidak dapat berkata tidak kepada adik kesayangannya ini.

Anak laki-laki itu mengeluarkan harmonika yang selalu di kantongnya dan mulai memainkan sebuah nada yang sangat indah membuat siapa saja yang mendengarnya dapat merasakan ketenangan dan kedamaian.

Kedua mata anak lelaki itu pun juga ikut terpejam menghayati nada yang tengah di mainkannya, nada yang di ajarkan oleh mendiang ibunya.

"Zachary!" Tiba-tiba sebuah suara menghentikan permainan yang indah tersebut.

Para pengawal dan wanita paruh baya yang sedari tadi berdiri di pinggir halaman hanya dapat menundukkan kepala mereka saat sang Raja berjalan dengan penuh amarah kearah kedua anaknya.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya sang Raja dengan nada dinginnya.

"Aku bermain harmonika Dad" Jawab pangeran yang bernama Zachary tersebut dengan ragu.

"Apa kau sudah kehilangan akalmu?! Kau dapat membahayakan posisimu dengan alat musik bodoh ini" Ucap sang Raja sembari merampas harmonika yang sedari tadi di genggam erat oleh anak lelakinya.

"Tidak Dad, aku yang meminta kakak untuk memainkannya" Sela gadis kecil itu.

Sang Raja menatap putri kecilnya dan mengusap puncak kepala gadis itu. "Jangan melakukan hal bodoh apapun sampai hari penobatanmu atau kau akan tanggung akibatnya" Ucap sang Raja kepada anak lelakinya dengan nada yang sangat tajam.

Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang