5

1.2K 100 22
                                    

Senja di musim gugur terasa begitu menyejukkan, angin berhembus pelan seakan menyambut dedaunan yang mulai berubah warna bersiap meninggalkan rantingnya.

Di sebuah balkon berdiri seorang pemuda bermanik teduh menatap jajaran pepohonan yang berbaris rapi di depan basecamp miliknya dan para sahabatnya.

Di tangannya terdapat sebuah liontin, "sudah dua tahun semenjak aku meninggalkan istana mom" gumamnya sembari mengelus foto ibunya yang terdapat di dalam liontin tersebut.

"Terkadang aku berfikir apakah mereka tidak mencariku? Ah, bodohnya aku tentu saja tidak. Mereka hanya menganggap jika diriku adalah pangeran yang gagal, lagi pula ada adikku yang bisa menggantikan diriku sebagai pewaris tahta" ia bermonolog kepada dirinya sendiri.

Ia menghela napas dan kemudian bersandar pada pagar pembatas balkon.

"Yah setidaknya aku bahagia dengan kehidupanku sekarang mom, aku jadi mengerti tentang rasa bebas yang kau ceritakan dahulu" ia kembali tersenyum kecil dan mengelus liontin tersebut.

"Aku yakin diatas sana kau akan selalu mengawasi dan mendoakan yang terbaik untukku. I love you mom" Zach mengecup liontin tersebut, bersamaan dengan itu terdengar suara umpatan yang cukup nyaring berasal dari luar pagar basecamp.

zach mengedarkan pandangannya hingga tertuju kepada satu titik, di sana tampak seorang gadis tengah mengumpati ban sepedanya yang kempes.

Zach menyeringit melihat gadis itu yang terus menggerutu kesal sembari menendang ban sepedanya, menyebabkan kendaraan beroda dua itu terjatuh.

"Argh,,! Kenapa hariku sial sekali!" kembali terdengar gerutuan dari gadis pirang tersebut.

"Dasar bodoh" Zach terkekeh dan kemudian masuk kedalam kamarnya, sebelum ia menutup pintu balkon ia sempat memandang punggung kecil yang tengah mendorong sepedanya tersebut tentu saja dengan gerutuan-gerutuan yang keluar dari bibir mungilnya.

*****
"You ready guys?"

"Why don't we?" dan kemudian mereka berlima saling bertos ria sementara kru yang lain telah bertepuk tangan. Dari arah depan terdengar teriakan dari para fans yang menunjukkan betapa tidak sabarnya mereka untuk melihat penampilan dari boyband yang tengah naik daun tersebut.

Jack merangkul pundak Zach dengan tiba-tiba. "50$ untuk yang bisa membuat para gadis berteriak hingga pingsan?" ucap pemuda keriting tersebut yang di sambut senyuman miring oleh Zach.

"Deal" mereka berdua saling berjabat tangan. Begitulah kebiasaan kedua sahabat tersebut, mereka sering melakukan taruhan untuk bersenang-senang. Dari taruhan kecil seperti yang sekarang mereka lakukan hingga mempertaruhkan sesuatu yang lebih besar.

Tetapi mereka tidak tahu jika permainan yang sering mereka mainkan ini akan membawa penyesalan terbesar di dalam hidup mereka.

Mereka satu persatu naik keatas panggung membuat teriakan semakin bergemuruh.

Zach tersenyum puas melihat begitu banyak pasang mata yang menonton penampilannya bersama sahabat-sahabatnya.

"Ya benar, inilah duniaku sekarang" gumam Zach sebelum mulai bernyanyi partnya.

Dua jam kemudian konser mereka malam ini ditutup oleh tepuk tangan dan sorak-sorai dari para penonton.

Mereka berlima saling berangkulan dan kemudian membungkukkan tubuhnya sebagai tanda penghormatan bagi para penggemar mereka.

"Wohoo,, satu lagi konser ysng menakjubkan" Zach bersorak girang dan melompat turun dari tangga.

"Hati-hati Zach, kau tentu tidak ingin terjatuh dan terluka bukan?" peringat Jonah.

Never KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang